33. Tentang Hati

2.9K 253 9
                                    

"Santen ih alay banget sih!" Aldo yang sedang fokus pada layar ponselnya pun seketika menatap Karel yang tertawa saat jari-jari perempuan itu mengacaukan strategi perang di sebuah game yang Aldo sedang mainkan.

Kedua anak itu sekarang berada di ruang tamu rumah Karel. Seperti yang diucapkan oleh Farah, Selda sudah harus kembali bekerja sejak dua hari lalu. Karna sekolah juga sedang libur, jadi Aldo memutuskan untuk menghabiskan liburannya bersama Karel.

"Hahaha, biasa aja dong," ucap Karel yang duduk di samping Aldo. "Serius banget, kaya lagi ngerjain UN."

Aldo meletakan ponselnya di meja kayu berbentuk persegi panjang di depannya. Ia langsung mengacak-acak rambut Karel dengan tangan kanannya. "Rese ya, kamu!" Aldo pun langsung mendekap Karel ke dalam pelukannya.

"Abisnya main hp terus dari tadi, ih. Kan bete." Karel pun menjawab.

"Iya deh iya, gamain hp lagi," jawab Aldo. "Eh, kamu bete banget gak sih kalo liburan di rumah aja?"

"Bete. Bete banget." Karel pun melepaskan pelukan Aldo terhadapnya.

"Bandung yuk?"

"Ngapain? Karen gimana?" Karel pun seketika langsung teringat tentang adiknya yang swkarang sedang dirumah temannya.

"Ajak lah, kalo perlu ajak Vanka, Aya. Terus Mamat, sama Radit. Biar rame."

"Eh, boleh juga tuh! Kayanya seru," jawab Karel antusias. Namun sepersekon kemudian, terdengar suara pintu yang terbuka dari arah depan. Jelas sekali bahwa itu pintu utama yang terbuka.

Aldo dan Karel langsung menoleh ke sumber suara. Aldo nampak mengerutkan alis. Sedangkan Karel memasang ekspresi terkejut sambil sedikit membuka mulutnya. "Jeje?" Karel memastikan kalau yang ia lihat benar-benar pria yang tempo hari menghubunginya.

Jack berjalan masuk dan mendekat ke arah Karel. Sambil menggendong tas ransel dan menyeret kopernya, laki-laki berusia sekitar dua puluh satu tahun itu menatap kosong dengan ekspresi wajah datar.

"Je, are you okay?" Tanya Karel yang langsung berdiri dan menghampiri Jack. Aldo yang tidak tahu menahu dengan sosok di hadapannya, hanya bisa ikut berdiri sambil menunggu kelanjutannya.

"Im such a looser."

******

Setelah dua setengah jam menemani Jack, Karel mencoba menghubungi Aldo. Tadi ia menyuruh Aldo untuk pulang terlebih dahulu karna Jack butuh dirinya untuk teman bicara.

Setelah Jack untuk pertama kalinya menghubungi Karel lagi, pria itu menceritakan masalahnya kepada Karel. Dan ia tidak menceritakan hal tersebut pada Aldo.

Karel mengunci pintu kamarnya sebanyak dua kali. Ia menempelkan ponselnya ke telina kanannya. Sambil menunggu panggilan terjawab, Karel berjalan menuju balkon. Udara sore hari terasa segar disana.

"Hallo Rel, kenapa?" Suara bariton akhirnya terdengar juga dari seberang.

"Do, maaf ya tadi aku nyuruh kamu pulang dulu."

"Gapapa kok, ohiya, cowok yang tadi itu siapa?" Tanya Aldo santai.

Karel yang hanya menggunakan kemeja kebesaran miliknya dengan celana pendek itu pun duduk di kursi putih kecil. Ia menyandarkan punggungnya sambil menarik nafas berat. "Dia saudara sepupu aku. Namanya Jack. Panggilannya Jeje. He been go thru so much things," ucap Karel yang sedikit mengendurkan kunciran rambutnya. "Dia kuliah di London. Tapi ada sesuatu yang tertinggal disini. Sesuatu yang sulit untuk dia gapai lagi."

Stranger From ChatousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang