Thank you for being you

5.4K 218 36
                                    

"Ini dimana?" tanya Batz
"Ini villa private, sayang. Aku membangunnya tanpa sepengetahuan siapapun. Termasuk MomDad. Tidak ada yang pernah aku ajak kesini. Aku kesini saat benar-benar penat dan ingin sendiri. Disini ada mang Ujang yang mengurus rumah ini jadi selalu terawat"
"MomDad ga tau? Kok aku?"
"Lagi, sayang. Hatiku memilihmu. Bahkan kalau kamu tau seberapa besar rasa cintaku, aku rasanya ingin meledak sayang tiap kali aku melihatmu, rasa cintaku terus bertambah"
"...."
"Sudahlah. Masuk yuk" ucap Nae menggenggam tangan Batz
Batz hanya mengikuti Nae naik. Villa ini terletak di atas seperti lereng pegunungan dalam posisi datar.

Villa yang sangat menggambarkan Nae sesungguhnya.
Di desain dengan kesan mewah di luar, dengan warna cat putih dan lampu di empat sisi rumah, jendela dan pintu modern dari kayu jati asli. Namun di dalamnya ada kejujuran, dua buah kamar yang berwarna biru muda dengan tema hotel Jepang. Mininalis namun hangat. Ada balkon dibalik sliding door, lemari kaca untuk penyimpanan baju, lemari rias disampingnya, dua buah sofa berbentuk L di sudut ruangan serta kamar mandi yang berisi satu toilet, satu bathup dan shower tertutup kaca. Kamar satunya di buat sam persis.

Ruang tengah di depan kamar, diisi empat sofa berwarna coklat susu dibentuk setengah lingkaran dengan meja kayu semi klasik yang warnanya serasi sebagai pusatnya. Di depannya ada tv terpasang di dinding. Serta karpet hangat bermotif leopard di bawah sofa dan meja.

Di samping ruang tengah ada dapur minimalis yang sangat modern. Semua tempat seperti laci yang apabila dibuka, kita dapat menemukan apapun yang kita butuh. Tidak ada peralatan yang terlihat tampak luar. Kulkas juga dibuat seperti rak dengan laci bersusun.

Dengan bersekat kulkas berlaci, ada meja makan dengan enam kursi, dua untuk kepala, dan empat di sampingnya. Kursi yang dipilih merupakan kursi seperti plastik berwarna putih. Bukan plastik dalam arti sesungguhnya. Bahannya terlihat ringan namun tidak juga saat kita mencoba mengangkatnya. Mejanya juga putih serasi.

Lalu ada satu lemari buku di samping pintu masuk, lemari kayu dengan sliding door kaca. Sudah dapat di tebak, isinya merupakan buku bacaan Nae. Mulai dari komik, majalah, novel bahkan buku bisnis. Mulai dari chibi maruko chan hingga buku dengan judul yang akupun tidak tahu bagaimana membacanya.

Villa ini benar-benar seperti Nae ku.
"Nae ku? Tidak! Setidaknya, belum" batin Batz
"Penuh kemewahan dari luar namun tetap seorang wanita biasa yang mendamba kejujuran. Penuh wibawa dan ketegasan, namun tetap gadis manja penuh kehangatan dan cinta" gumam Batz
"Kamu bicara apa, sayang?" tanya Nae
Saat ini, mereka sedang di kamar, Nae sedang di kamar mandi.
"Tidak ada" ucap Batz lancar
"Kamu sangat mengenalku tanpa aku mengatakannya, sayang. Ah.. Aku makin menggilaimu" batin Nae
Ya, Nae mendengar gumaman Batz, sangat jelas malah.

"Kamu sering kesini?" tanya Batz yang saat ini sedang menghirup udara segar di balkon
"Ga juga. Ga sempet" ucap Nae mengambil jaketnya dan menghampiri Batz
"Keluar yuk, sayang" ucap Nae setelah mencium pundak Batz
Batz mengangguk

"Kita mau kemana?" tanya Batz yang sedang digandeng Nae ke arah luar
"Bentar yaa" ucap Nae mencium pipi Batz
Batz mengangguk
"Mang, aku mau ke rumah dulu ya"
"Iya, miss. Sudah saya bersihkan juga" "terima kasih, mang"
"Sama-sama, miss"
"Eh, sayang, bentar ya, ada yang ketinggalan di mobil"
Batz mengangguk
"Miss namanya siapa?"
"Batz, mang. Ga usah pake miss"
"Oh.. Miss Nae ga pernah ngajak siapapun kesini, termasuk orang tuanya. Nak Batz pasti istimewa. Tolong jaga miss Nae, dia sudah seperti anak mang Ujang sendiri. Di balik wibawanya di luar, hatinya sangat lembut. Dibalik sifatnya yang merangkul orang, sesungguhnya dia yang perlu dirangkul. Dia sangat rapuh, Batz. Kamu sudah merasakannya?"
"Iya, mang. Aku tahu itu"
"Benar, kamu memang sudah mengertinya. Pasti dia sangat mencintaimu"
"Iya, mang. Aku sangat mencintainya. Gimana, mang, cantik kan tunanganku?" tanya Nae yang sudah kembali
"Sangat cantik, miss. Kalau miss gamau, mang ujang juga mau"
"Mang Ujang pengen gunung ini aku gusur?" ucap Nae datar
"Kamu mengerikan" ucap Batz
Mang Ujang dan Nae tertawa.
"Oh.. Ini yang lagi dihebohin di tv yang, miss?"
"Iya, mang. Dia"
"Yang miss ceritain ke mamang itu?"
"Ceritain?" tanya Batz
"Eh.. Yuk kita ke rumah" ucap Nae mengalihkan pembicaraan
"Aduh.. Mang Ujang pake keceplosan segala" batin Nae
"Ada perkenal secara tidak langsung ya?" ucap Batz menatap Nae
"Nanti aku jelasin" ucap Nae mencium bibir Batz kilat
"Ih.. Nyosor mulu" gerutu Batz
"Kamunya ngegemesin. Yuklah. Pergi dulu ya, mang" ucap Nae menggandeng Batz

"Rumah apaan?" tanya Batz
"Nanti juga kamu tau"

"Sampaaaiii" ucap Nae tersenyum
"Mana rumahnya?" tanya Batz celingak-celinguk
"Di atasmu, sayang" ucap Nae
Batz menengadah
"Kamu ga takut ketinggian, kan?" tanya Nae
Batz menggeleng.
"Yuk. Kamu duluan yang naik"
Batz mengangguk.

Setelah mereka sampai di atas.
"Ini sangat indah" ucap Batz terkagum
"Iya, indah"
Batz menoleh lalu menghela napas.
"Pemandangannya" ucap Batz mengalihkan pandangan Nae
Indah yang dimaksud Nae berbeda dengan Batz. Nae sedang menatap Batz, bukan pemandangan.
"Hehehe kamu lebih indah, sayang"
Batz tersenyum
"Aku boleh duduk di depanmu?" tanya Nae
Batz hanya diam. Nae diam.
"Astagaaaa katanya pintar, tapi emang dia sangat payah dalam kode balik" batin Batz
"Sini" ucap Batz menepuk bagian depannya.
Saat Nae sudah duduk, Batz melingkarkan tangannya di perut Nae lalu memajukan wajahnya dan menaruhnya di pundak Nae. Nae terkejut namun tersenyum dan memeluk tangan Batz yang sedang memeluknya.
"Semua orang bilang kamu genius, tapi kaya tadi aja ga ngerti"
"Kamu diem aja, aku pikir ga boleh" ucap Nae polos lalu menyandarkan tubuhnya di badan Batz

"Kalau ini mimpi. Aku ingin waktu berhenti saat ini juga"
"Kalau ini mimpi, aku akan mewujudkannya" ucap Batz di telinga Nae
Nae tersenyum, sudah bisa dipastikan wajahnya sangay memerah
"Kamu kenapa? Sakit?"
"Eh??"
"Mukamu memerah"
"Ih.. Inikan karna kalimatmu" ucap Nae malu
"Hahahahaha kamu lucu kalo malu"
"Sayang.. Jangan diketawain"
"Kamu lucu banget"

Mereka terus berbincang hingga malam. Nae menceritakan kehidupan dan masa sekolahnya. Batz hanya mendengarkan dan menjawab pertanyaan Nae.
"Kok kamu ga cerita tentangmu, sayang?"
"Idupku biasa aja. Ga semenarik ceritamu"
"Tapi kan aku mau tau. Cerita ya"
Batz mengangguk dan bercerita. Nae sangat antusias mendengarkan. Ia seperti anak kecil yang baru di belikan buku dongeng dan dibacakan.
"Kamu keren, sayang"
"Apanya yang keren?"
"Itu, nakal gitu. Kalo aku kenal kamu dari masa sekolah, pasti dari saat itu juga aku jatuh cinta sama kamu. Aku suka iri sama orang yang bisa bebas seperti kamu"
"Itu aib loh. Tapi dari semua cerita, aku dapet inti 'semua akan tertawa pada akhirnya' buktinya saat ini, saat mengingatnya, kita pasti tertawa. Dan untuk para pendengar, 'belajarlah dari pengalaman orang lain' supaya ga jatoh di lubang yang sama"
"Tuh kan keren"
"Ga sekeren kamu"
"Aku mengangumimu, sayang. Thank you for being you" ucap Nae

"Nae.. Soal di rumah itu.."
Nae menghela napas.
"Baiklah.. Aku harus siap. Sudah cukup lama juga aku berdua dengannya hari ini" batin Nae
Pikiran Nae entah kemana
"Nae..."
"...."
"Nah kenapa ni anak. Nae.. Hey.."
"...."
"Nae..."
"Eh iya, sayang"
"Kamu kenapa?"
"Gpp. Tadi mau ngomong apa?"
"Soal di rumah itu.."
"Bentar.." Nae membalikkan tubuhnya.
Sekarang tubuh mereka saling berhadapan. Nae memajukan badannya, jarak mereka cukup dekat.
"Sayang.. Aku sangat mencintaimu. Apapun keputusanmu, aku akan tetap mencintaimu. Meski kita tidak jadi, aku akan tetap mencintaimu sebagai adik, sahabat atau apapun itu. Aku tidak memaksamu. Biarkan aku tetap mencintaimu. Maafkan keegoisanku. Aku..."
Ucapan Nae terpotong oleh ciuman di bibirnya. Nae kaget namun langsung membalas ciuman Batz. Bahkan Batz menekan tengkuk Nae untuk memperdalam ciumannya lalu melepasnya.
"Kan aku yang mau ngomong. Kok kamu yang ga berenti sih?"
"Aku takut, sayang. Aku bener-bener takut denger jawaban kamu" ucap Nae menunduk
Batz mengangkat dagu Nae lalu mencium bibir Nae dengan lembut.
"Dicium terus. Jangan bikin gw makin takut dong, sayang" batin Nae namun tetap membalas ciuman Batz
Batz melepaskan ciumannya.
"Jadi kamu gamau denger jawabanku?"
"Aku mau, sayang. Cuma aku takut. Maafkan aku. Aku sangat mencintaimu, sayang. Aku..."
Lagi-lagi ucapan Nae terpotong oleh ciuman Batz
"Too much, sayang. Aku juga mencintaimu. Hatiku memilihmu" ucap Batz lantang
Nae diam mematung. Bukan hanya karna jawabannya adalah diterima. Tapa Batz mengucapkannya dengan lantang, pasti dan yakin. Nae sangat senang.
"Gw rasa gw beneran bisa kena serangan jantung sekarang" batin Nae
"NAEEEE!!" Ucap Batz kali ini dengan nada yang agak tinggi
"Eh iya, sayang. Maaf. Ta-tadi i-itu be..ne..ran?" Ucap Nae
"Iya beneran, Naenae Suthatta, sayaaaang" ucap Batz melembut
Nae menepuk pipinya.
"Awww.. Sakit.. Bukan mimpi ternyata" ucap Nae
"Hahaha kamu lucu. Bukanlah. Ini nyata"
"Aku terlalu senang, sayang. Jadi sekarang?"
"Ya, kita pacaran. Ralat. Kita tunangan beneran" ucap Batz
"AAAAAAAAAAAAAA!!"
Nae berteriak sangat kencang
"Kamu kenapa?"
"Aku sangat senang, sayang. Makasi ya. Aku juga sangat mencintaimu" ucap Nae.
"Sama-sama, sayang"
Nae mendekatkan wajahnya ke Batz, Batz menutup matanya.
Malam itu, di rumah pohon, mereka meresmikan pilihan hatinya. Di bawah bintang-bintang, mereka berciuman penuh cinta. Dengan senyum yang tak lepas di sela ciuman mereka.

Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang