Rencana

5.7K 219 4
                                    

"Baiklah. Papah Mamah mau pergi dulu. Fon juga akan kerja. Kalian di rumah jangan macem-macem. Dan kami menunggu orang tuamu" ucap Papah
"Pasti, Pah. Aku akan menjaga suci Batz sampai sah. Iya. Aku akan segera memberitahu mereka"
"Memang orang tuamu sudah tau Batz?" Tanya Mamah
"Aku sudah mengirimkan poto Batz, Mah"
"Respon mereka?"
"Yang penting aku bahagia. Mereka juga menyukai Batz bahkan merestui kalau kami jadi" ucap Nae
"Oh.. Yasudah. Hati-hati di rumah" ucap Papah
Nae mengangguk
"Kalian juga hati-hati"
Mamah tersenyum sementara Papah mengacungkan ibu jarinya.

Saat ini di rumah hanya tinggal BatzNae.
"Sayang..." Ucap Nae mencari Batz.
Nae masuk ke kamar Batz. Ia mengaktifkan hp nya. Baru saja aktif, ada panggilan masuk.
*Mom*
"Sidang kedua deh" gumam Nae
"Halo, mom. Iya. Ceritanya panjang. Kalian dimana? Kita bicarakan di rumahku ya. Nanti di kalian di jemput heli. Aku akan mengajak Batz, baiklah. Much love, mom. To dad too"
*Darin*
"Wasap, buddy? Iya. Pance. Lo mau kerumah gw apa kita ketemu nanti? Ortu gw mau kerumah. Oh oke. Gw ga ngantor. meeting penting, pending. Kalo ada yang bisa lo handle, lakuin. Bye"

"Sayaaang.. Batz.."
Nae masih mencari Batz. Nae turun dan melihat masih ada pengawalnya di depan rumah.
"Sayang.."

Di halaman belakang.
"Iya. Pance. Ya gara-gara semalem itu. Iya, nikah. Ketemu ajadeh kita. Iya. Jam 10..."
"Ga bisa sayang, kita harus ketemu orang tuaku dulu. Setelah itu baru aku anter kamu ketemu Aom ya" ucap Nae memotong pembicaraan Batz dengan Aom sambil memeluk Batz dari belakang.
"Kyaaaa! Apa yang kamu lakukan? Hus.. Hus.."
Batz berusaha melepaskan tangan Nae.
"Aom menunggu jawabanmu tuh" ucap Nae yang masih memeluk Batz
Batz menghela napas.
"Iya. Nanti kita ketemu setelah aku bertemu orang tua Nae ya. Oke. Thanks ya"
Nae menciumi punggung Batz selama Batz menelpon. Batz menggeliat meronta namun ia masih fokus menelpon. Usai telpon.
"Awas. Aku mau mandi" ucap Batz mendorong tubuh Nae pelan
"Bajuku, kamu yang ganti ya? Wah curang. Udah liat semua dong?"
"Aku yang ganti, merem. Ga liat" ucap Batz dan berlalu ke kamar.

Saat ini Nae sedang duduk di depan tv sambil makan makanan ringan.
"Mandilah" ucap Batz
Nae berdiri, mendekati Batz, dan memegang tangan Batz.
"Maafkan aku. Aku sungguh menyesal. Aku memang ingin menikahimu. Tapi bukan seperti ini. Aku akan menunggumu, sampai kapanpun. Kita akan bertunangan dulu. Kalau kamu memilihku, kita akan menikah, kalau tidak, kamu bisa memutuskan pertunangan itu. Aku sangat mencintaimu. Sekalipun peluang aku memilikimu seutuhnya sudah di depan mata, aku tidak ingin membuatmu menderita memaksakan perasaanmu. Kamu berhak bahagia" ucap Nae tegas, lantang dan sungguh-sungguh.
Nae berjinjit untuk mengecup dahi Batz lalu mengecup singkat bibir Batz.
Batz hanya diam dan menutup matanya.
"Aku mandi dulu" ucap Nae setelah mencium punggung tangan Batz

Batz diam terpaku dan berkaca-kaca.
"Kamu sudah berhasil, Nae. Aku juga mencintaimu. Tapi untuk menikah denganmu, aku masih mempersiapkan mental. Aku belum terbiasa. Belum lagi orang-orang di masa lalumu. Kuatkan aku" batin Batz menatap Nae yang sudah masuk ke kamar Batz
Batz membuat sarapan dan menunggu Nae di ruang tengah.

"Sayang.. Kita sarapan a... Wah.. Sepertinya enak" ucap Nae langsung duduk di meja makan
"Sayang, ayo sini. Kita sarapan bareng" ucap Nae menepuk kursi disebelahnya.
Batz menghampiri, duduk dan mengambilkan Nae minum
"Dekat denganmu seharusnya aku sangat senang tapi mengapa ada sesak?" Batin Nae
"Jangan mendiamiku. Ini sesak. Lebih baik kamu memarahiku atau memukulku" ucap Nae lesu dan menunduk mengambil sendok
Batz mengambil sendok Nae dan makanannya.
"Makanlah. Ga baik murung di depan makanan" ucap Batz menyuapi Nae
Nae tersenyum.
"Aku merindukanmu. Meski di depan mata, aku masih merindukanmu" batin Nae
"Jangan menatapku seperti itu" ucap Batz yang sedang makan dan menyuapi Nae
"Aku makan sendiri aja ya. Nanti kita ke rumahku" ucap Nae mengambil piringnya
"Rumahmu dimana?"
"Phuket. Kita kesana naek heli ku. Disini lapangan terdekat dimana?"
"Dua rumah dari rumahku"
"Sip. Nanti mobilku biar dibawa supir"
"Ada gosip apa?"
"Nae sudah menikah, Nae menginap di rumah pacarnya, Nae bertengkar hebat dengan pacarnya, pacar atau sahabat Nae, bla bla bla.. Ga ada yang penting"
"Meeting kita?"
"Udah di urus Darin dan Bossui. Nanti Darin sama Aom kita ajak kumpul bareng aja ya"
Batz mengangguk.
"Semalem gimana?"
Batz menceritakan kejadiannya. Terlihat raut menyesal di wajah Nae.
"Maafkan aku. Soal Teddy.."
"Sudahlah. Aku malas membahasnya"
"Tapi kamu harus tau.."
"Aku sudah tau"
"Darimana?"
"Jam berapa kita pergi?" Ucap Batz yang sudah ke dapur
"Eh sayang. Kamu tau darimana? Jangan percaya omongan orang. Kamu cuma bisa percaya sama Darin kalo orang lain"
"Iya"
"Serius, sayang. Kamu tau darimana? Nanti salah info nya"
"Ga"
"Apalagi media. Jangan percaya"
"Iya"
"Bahaya banget nih orang. Diem-diem menakutkan" batin Nae
"Mikir apa kamu?" Ancam Batz
"Eh.. Ga kok. Aku ganti baju dulu, kita pergi sekarang ya. Ortuku udah di rumah"
Batz mengangguk

30 menit kemudian.
BatzNae sudah sampai di rumah Nae. Batz kaget bukan kepalang. Batz hampir lupa betapa kayanya Nae.
"Halamannya aja 5x lapangan komplek gue" batin Batz
Mereka turun dari heli, Nae mengulurkan tangannya.
"Aku bisa sendiri. Belum jompo" ucap Batz
Nae tertawa dan memasukkan tangannya ke kantong celana.
Pengawal dan beberapa pelayan Nae juga ikut menahan tawa.
Lalu Nae berbalik badan menunggu Batz turun.
"Dia Batz, pacarku. Mulai sekarang, apapun perintahnya adalah perintahku. Beritahukan ke semua pegawai disini" ucap Nae kepada seluruh pelayannya
"Siap, Miss" ucap mereka kompak
"Makasih, Joe" ucap Batz pada sang pilot
"You're welcome, miss" ucap Joe tersenyum

"Sayang, masuk yuk" ucap Nae
Batz mengangguk
"Pelayanmu tampan-tampan ya" ucap Batz berbisik
Nae langsung menghentikan jalannya.
"Eh.. Kok berenti" tanya Batz
Nar menggenggam tangan Batz dan bergegas mengajaknya masuk.
"Mulai deh posesifnya" batin Batz

"I'm home" ucap Nae
"Di ruang tengah" teriak Mom
"Guten morgan! Wie geht's?" Ucap Nae
"Sehr gut, Danke!" Ucap Dad
"Kamu pasti Batz" ucap Mom
"Yes, Mom" ucap Batz
"You're so beautiful. Lebih cantik daripada di poto ya, Dad"
Dad hanya mengangguk
"Duduk, sayang" ucap Mom
Batz tersenyum dan duduk.

"Ada apa semalam?" Tanya Dad to the point
Nae menjelaskan secara rinci dari awal di kantor dia kedatangan Teddy, hickey yang dibuat tidak sadar hingga sidang tadi pagi.
"Astaga, Naenae Suthatta. Mengapa kamu bisa seceroboh itu?" Tanya Mom dengan nada kecewa.
"I'm sorry, Mom" ucap Nae
"Wie heisst sie?" Tanya Dad
"Teddy, Dad" jawab Nae
"Kamu pernah punya hubungan dengannya?" Tanya Mom
"Tidak pernah"
"Jangan sampai kecolongan lagi, Nae. Fatal" ucap Dad
"Iya, Dad. Aku akan lebih hati-hati"
"Lantas bagaimana selanjutnya?" Ucap Mom
"Siang ini, aku ingin Mom dan Dad bertemu orang tua Batz. Meminta Batz secara resmi. Nanti aku akan memohon untuk sebatas pertunangan dulu. Sore nanti, baru aku akan mengadakan konferensi pers. Bagaimana?"
"Kami mengikuti rencanamu. Iyakan Dad?" ucap Mom
Dad mengangguk
"Padahal kalo menikah langsung, Mom ga keberatan. Mom juga pengen kamu jadi mantu di keluarga ini. Kamu gimana, beib?"
"Agree" jawab Dad
"Jangan  dipaksa, Mom. Belum tentu aku diterima" ucap Nae lemas
"Usaha dong" ucap Mom
Nae menghela napas.
"Sudah clear, kan? Sekarang Dad mau ngobrol sama Nae berdua"
"Baiklah. Ke samping aja, Dad. Aku menyusul"
Dad mengangguk dan berlalu.
"Aku ngobrol sama Dad dulu, kamu sama Mom ya" ucap Nae mencium punggung tangan Batz.
Batz tersenyum malu dan mengangguk.

Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang