Jangan Seperti Ini

4.7K 197 6
                                    

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Nae
"Aku baik. Dan kelihatannya kamu sangat baik"
"Iya. Seperti yang kamu lihat"
"Ada apa ke China?"
"Abis meeting. Sekarang lagi kencan" ucap Nae melihat sekelilingnya.
"Batz.." Batin Nae kaget
"Sayang.. Batz.. Kamu dimana? Kamu lihat Batz? Perempuan yang bersamaku disini tadi"
Ling menggeleng
"Sudahlah.. Memang dia siapa?"
"Dia tunanganku"
"Hah? Sejak kapan?"
"Kamu ga denger berita?
Ling menggeleng
"Yasudahlah. Mungkin dia balik ke hotel. Aku kangen kamu"
Nae diam sesaat.
"Iya. Aku juga kangen kamu. Tapi Batz saat ini prioritasku. Maafkan aku. Semoga kita bisa bertemu di lain waktu"
"Tapi Nae.." Ling menahan lengan Nae
"Maaf, aku harus mengejarnya"
Nae meninggalkan Ling.
"Kamu sangat beruntung, Batz. Kamu memiliki hati Nae" ucap Ling lesu

Nae menghubungi Batz. Nihil. Menghubungi Darin. Mendapat bentakan. Nae kembali ke hotel dan kaget melihat kamarnya. Nae duduk bersimpuh sambil menangis dan meremas celananya menyesali kebodohannya. Tak lama kemudian, Darin datang.
Tatapan Darin datar setelah masuk dan melihat kamar Nae.
Darin duduk berhadapan dengan Nae dan menggenggam tangan Nae lalu memeluknya.
Nae menangis sejadi-jadinya. Bahunya bergetar hebat menandakan penyesalannya. Setelah dirasa tenang, Darin menjauhkan badan Nae, mengusap air matanya dan diam.

Nae menceritakan kencannya, kedatangan Ling sampai dia tidak tau kepergian Batz.
"F&%$/&* crazy! Stupid! N***! D***! D***! S***! B****! Gw gatau mau ngumpat apalagi sama lo! Sampah! Bisa-bisanya lo ga sadar tunangan lo pergi! F*** you, NAENAE SUTHATTA!!" teriak Darin
Nae hanya menunduk. Kalau sampai Darin seperti itu, kesalahan Nae sudah fatal.

Darin berdiri, mengatur napasnya dan menelpon seseorang.
"Ok.." Jawabnya

"Batz udah di Thailand" ucap Darin dan meninggalkan Nae
Nae kaget. Dia tahu Batz sangat sakit. Tapi kakinya terlalu lemas untuk bangun dan Nae pingsan saat itu juga. Darin yang kembali dari kamarnya untuk mengajak Nae ke Thailand kaget ketika melihat Nae pingsan.
"S***! Bangun b****! Aaarrrrggghhh!" Darin mengambil vodka dan meminumnya, 1 sloki, 2 sloki.
"Nae.. Ayo bangun.. Batz butuh penjelasanmu. Ayolah, Nae" ucap Darin setengah mabuk namun masih terkontrol.

Tak lama, Nae sadar. Darin langsung memberikan minum. Tentu saja air mineral, bukan vodka.
"Come on, b****! Kita ke Thailand, temui tunanganmu!"
Nae mengangguk.

Sesampainya di Thailand.
*tok tok tok*
"Nae.." Ucap Pap
"Maafkan aku. Aku mohon, biarkan aku bertemu Batz. Aku akan menyelesaikannya"
"Kalian bertengkar?"
"Batz tidak berkata apapun, Pap?"
"Tidak, dia bilang kerjaan selesai, dia ga enak badan makanya pulang sama kamu"
*deg*
"Bahkan dia masih memikirkanku" batin Nae
"Iya, kami sedang ada salah paham, Pap. Ijinkan aku menyelesaikannya"
"Naiklah, dia di kamar"
"Makasih, Pap"
Pap mengangguk

"Batz.. Sayang.. Maafkan aku.."
"Tidak ku kunci"
"Hah??" Batin Nae kaget melihat Batz sedang membaca seperti tidak terjadi apa-apa
"Sayang.. Aku ingin menjelaskan" ucap Nae duduk di pinggir kasur
"Jelaskanlah" ucap Batz menaruh bukunya dan duduk menghadap Nae
"Hah?"
"Katanya kamu mau menjelaskan, jelaskanlah. Aku akan mendengarkannya"
"Aku minta maaf"
"Untuk?"
"Mengacuhkanmu"
"Ya, aku maafkan"
"Hah?"
"Aku maafkan" ucap Batz menatap Nae
"Maafkan aku tidak mengetahui kepergianmu"
"Bagus dong, jadi aku ga perlu susah-susah kalo mau pergi lagi. Aku maafkan"
*jleb*
"Sayang.. Jangan bicara seperti itu. Kumohon jangan tinggalkan aku"
"Itukan kalau. Lagian, kamu udah bisa tuh aku tinggalin"
"Sayang.. Ga gitu. Aku minta maaf. Itu kebodohan terbesarku"
"Aku maafkan. Tidak. Kamu, Naenae Suthatta, pebisnis muda yang jenius"
*jleb*
"Sayang.. Jangan seperti ini, aku menyesal. Aku mohon maafkan aku"
"Aku memaafkanmu, Naenae Suthatta. Jadi penjelasannya?"
"Ling.. Ling itu temanku saat kecil. Kami sangat akrab. Kebiasaan kami ya tadi, cium kening, pipi dan bibir. Tapi itu hanya saat kami kecil. Saat umur 7 tahun, Ling pindah. Sejak saat itu, aku tidak pernah bertemu dengannya. Tadi yang pertama sejak 17 tahun yang lalu"
Batz mengangguk, menolehkan wajah Nae, mengangkat dagu Nae dan mencium bibirnya. Batz menghisap bibir bawah dan bibir atas Nae yang membuat Nae menangis. Lalu Batz mencium kilat bibir Nae dan menghapus air mata Nae

"Sudah.. Jangan menangis lagi. Aku sudah menghapus bibirnya dari bibirmu" ucap Batz mengusap bibir Nae
"Sayang..." Nae memeluk Batz erat, sangat erat.
"Kamu terlalu erat. Aku susah bernapas"
Nae sedikit melonggarkan pelukannya namun tetap memeluk Batz. Batz mengusap punggung Nae dengan lembut.

"Sayang, tolong marahi aku, pukul aku. Perlakuanmu yang seperti ini sangat menyakiti hatiku" ucap Nae yang masih menangis di pundak Batz
"Aku tidak suka kekerasan"
"Sayang.. Jangan seperti ini. Aku sangat merasa bersalah"
"Aku sudah memaafkanmu. Ada apa lagi?"
"Kenapa kamu ga marah?"
"Kamu pasti punya alasan"
"Ga. Ga masuk akal. Kamu tetap harus marah"
"Loh kok aneh sih, malah disuruh marah"
"Sayang.. Tolong marah padaku"
"Ga ah. Udahlah jangan dibahas lagi. Sudah larut. Kamu mau pulang apa tidur disini?"
"Aku tidur disini ya?"
"Mandilah. Aku siapkan bajunya"
Nae mengangguk lalu berjalan ke kamar mandi
"Sumpah. Ini ga beres. Gw mau positif thingking tapi ga bisa. Ini aneh. Sangat aneh" batin Nae

Usai mandi, Nae melihat Batz sedang membaca dan ada pakaian di atas kasur. Nae menggunakannya dan duduk di samping Batz.
Batz menaruh buku dan kacamatanya.
"Sudah? Tidur yuk. Aku lelah"
Nae mengangguk. Batz tidur membelakangi Nae. Nae hanya diam.
"Kamu ga meluk aku?" Tanya Batz berbalik melihat Nae
"Eh.. Iya" ucap Nae kikuk dan memeluk Batz.
Batz kembali memunggungi Nae dan terlelap.

"Sayang.. Ku mohon jangan berubah. Aku sangat menyayangimu. Sangat mencintaimu" gumam Nae lalu mencium punggung Batz

Batz meneteskan air mata mendengar kalimat Nae.
"Semoga aku tidak merubah sikapku padamu" batin Batz

Keesokan harinya.
Nae terbangun dan tidak mendapatkan Batz di sampingnya.
"Pagi, Kak Fon, pagi sayang" ucap Nae mencium pucuk kepala Batz
Batz yang sedang makan hanya mengangguk
"Pagi, Nae"
"MamPap sudah pergi?"
"Iya. Belum lama juga kok"
"Oh.. Kakak berangkat bareng kami aja ya?"
"Loh?" ucap K fon bingung
"Maaf, aku belum bilang. Hari ini aku akan pergi bersama kak Fon. Aku sudah ijin sama Darin"
"Kamu mau kemana?"
"Ke tempat nenek di Chiangmai"
"Aku boleh ikut?"
"Kamu ada dua meeting hari ini"
"Bisa aku pending"
"Profesional lah. Meetingmu lebih penting saat ini"
"Baiklah. Diantar supir ya?"
"Ga usah. Kami dijemput paman"
"Oke. Pake pengawal ya"
"Ga enak sama tetangga disana. Terkesan berlebihan. Aku gpp"
"Baiklah. Kamu hati-hati ya. Kak Fon juga. Kabari aku"
Batz mengangguk dan melanjutkan makan

"Keanehan semalam terjawab. Aku kehilangan kehangatan Batz ku. Ini salahku. Aku pantas mendapatkannya. Tapi ini sangat sakit. Lebih baik dia membentak dan memarahiku daripada menunjukkan dinginnya lagi" batin Nae menatap nanar Batz
Batz yang merasa diperhatikan, tidak sedikitpun melirik ke arah Nae.
"Maafkan aku. Biarkan aku menenangkan hatiku sebelum kembali" batin Batz
"Ada yang ga beres" batin Kak Fon

Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang