My Sin

4.7K 189 6
                                    

"Aku pergi ya, sayang. Kalian hati-hati. Kabari aku. Kamu kapan perginya?" ucap Nae sambil mengelus rambut Batz dan menciumnya
"Tunggu jemputan. Mungkin sebentar lagi"
"Oh.. Baiklah. Aku pergi dulu ya, kak"
"Iya, hati-hati, Nae"
Nae mengangguk

Seelah heli Nae tak terdengar.
"Chiangmai? Nenek? Jemputan? Paman? Kebohongan macam apa ini, Batz?" tanya Fon
"Ga ada. Ayo kita berkunjung ke rumah nenek di Chiangmai. Kita naik angkutan, nanti di gang minta jemputan paman" ucap Batz santai dan berlalu membereskan piring ke dapur
"Ga beres" gumam Fon

BatzFon pergi ke Chiangmai naik angkutan umum. Batz hanya diam sepanjang perjalanan. Tatapannya kembali tajam dan dingin namun terlihat ada butiran bening di pelupuk matanya yang segera ia hapus.
"Oh, no! Jangan lagi" batin Fon
"Batz.."
"Ya.."
"Ada apa?"
"Masalah kecil"
"Yakin?"
"Iya. Dia juga udah ngejelasin semalem"
"Terus"
"Aku butuh nenangin hati, kak"
Fon menghela napas. Dia sangat tahu, menenangkan hati versi Batz adalah diam dan mengacuhkan segalanya.

Sesampainya di Chiangmai dan mereka benar di jemput paman.
"See? Tidak ada kebohongan" ucap Batz santai
Fon menghela napas.
"Sudahlah. Hanya sebentar. Aku harap prosesnya hanya sebentar" ucap Batz ragu

"Hai.. Nenek" ucap Batz
"Batz.. Ada apa little B?"
"Kamu selalu tahu. Ada masalah kecil. Dan aku butuh menenangkan hati"
"Ayolah little, nenek sangat mengetahuimu. Fon juga. Menenangkan hatimu itu isolasi. Sudah mendengarkannya?"
"Sudah. Dia sudah menjelaskan"
"Baiklah. Semoga prosesnya cepat"
"Aku juga berharap seperti itu"
"Aku berbincang dengan nenek, panggil aku kalau ingin pulang"
"Siap! Eh, kak Fon, kalau Nae menghubungi, rusakkan sinyalmu"
Fon mengangguk

Di lain tempat.
Begitu sampai kantor, Nae melakukan meeting. Usai meeting.
"Gimana?" tanya Darin
"Aneh. Sangat aneh. Aku takut kehilangannya. Aku sangat mencintainya"
"Aneh?"
Nae menceritakan mulai dari kedatangannya, ciuman mereka, sikap Batz atas masalah mereka serta sikap Batz di pagi hari.

Darin menggeleng.
"Ini lebih serem daripada dia marah" ucap Darin
"Gw juga udah bilang gitu. Hangatnya mulai membeku lagi. Gw takut"
"Positif thinking"
"Kalo lo di posisi gw, bisa positif thinking?"
Darin menggeleng. Nae menghela napas.
"Ajak Aom lunch. Kalo ga bisa, pulang kerjanya" ucap Nae
Darin mengangguk

Usai meeting kedua.
"Lunch?" tanya Nae
"Ga bisa. Pulang kerja aja"
Nae mengangguk
"Udah ngabarin?"
"Diluar jangkauan"
"Kak Fon"
"Ga jelas. Sinyalnya buruk"
"Oh.. Yaudah. Emang sinyalnya buruk. Wajar ga bisa ngabarin lo"
Nae mengangguk namun perasaannya berkata lain. Ia segera menepis pikirannya yang semakin ngawur. Ia harus berbaik sangka terhadap tunangannya.

Pulang kerja, di kantor Nae.
"Ada apa?" tanya Aom
"Aku akan bercerita. Tolong dengarkan dan beri petunjuk"
Aom mengangguk.
Nae mulai bercerita dari kencannya hingga tadi pagi.
Aom menutup mulutnya.
NaeDarin kaget dan mengerutkan dahinya melihat ekspresi Aom.
"Bukan pertanda baik" batin Nae
"Kenapa?" tanya Darin
"Ia tidak marah. Ia kecewa. Bagi yang hanya tau, ia akan mengambil sikap seolah tidak kenal. Bagi yang kenal, ia akan mengacuhkan. Namun saat ia masih berbicara, lo ga akan nemuin kehangatannya sampai ia yang mencairkannya. Batz sangat lemah dalam hal hati. Itulah kenapa dia lama nerima lo. Dia kalo udah sayang, akan sepenuh hati. Dan dia 3x diginiin. Laki, tom, dan sekarang sama lo. So sorry. Itu kenyataannya" ucap Aom penuh penyesalan di tiap kalimatnya

Darin kaget, Nae lebih sangat kaget. Orang yang sangat ia cintai, dengan mudahnya ia hancurkan dalam tiga hari. Dunia Nae serasa runtuh. Ia tidak tahu harus melakukan apa.

"Sekarang, Batz, dimana?" tanya Aom
"Chiangmai" jawab Darin karena melihat Nae yang sudah shock mendengar betapa ia sangat menghancurkan hati orang yang sangat ia cintai.
"Ke tempat neneknya?"
Darin mengangguk
"Ia hanya menenangkan diri. Tepatnya, mengisolasi"
"Maksudnya?"
"Nae udah coba ngehubungin?"
Darin mengangguk
"Ga bisa kan?"
Lagi, Darin mengangguk
"Karena memang dia akan mengacuhkan segalanya. Se-ga-la-nya. Termasuk keluarganya. Ia menyebutnya menenangkan hati. Kami menyebutnya isolasi"
"Ga pernah nyoba ngerubah sikapnya?" tanya Darin
"Udah. Itulah kenapa dia lama nerima Nae. Dia benar-benar memastikan hatinya jatuh pada orang yang tepat. Tapi ternyata, Nae yang paling cepat. Dengan Rai, dalam 6 bulan pasca resmi. Dengan Rabel, dalam 1 tahun pasca resmi"
"Dan Nae, 3 hari pasca resmi" jawab Nae
AomDarin menghela napas

"Soal isolasi, ga nyoba ngerubah?" tanya Darin.
"Saat dengan Rai, ia seperti orang kesetanan. Marahnya tidak terkendali. Perlu obat tidur agar bisa tenang dan terlelap. Saat dengan Rabel, dia masuk rumah sakit karena memukul meja kaca dan serpihannya kena beberapa bagian tubuhnya. Isolasi adalah saat dia ditinggal wafat kakek tercintanya. Ini yang paling ampuh dan tidak menyakitinya"
"Kalo ngomong baek-baek?" tanya Darin
"Dia selalu ngomong baek-baek. Dia ga mau menyesal sebelum mendengarkan. Sama Nae juga gitu kan?"
Nae mengangguk.
"Dia akan ngedengerin. Selama isolasi, dia akan mengendalikan kenetralannya. Cuma butuh waktu yang ga sebentar, kertas yang diremas, ga akan balik mulus. Namun ia akan usaha memuluskannya. Tugas lo, bantu dia memuluskannya. Terus beri dia perhatian dan kasih sayang. Jangan selalu bahas cinta, menurutnya itu berlebihan. Biarkan dia dengan dinginnya. Lo perlahan bikin kehangatan untuk mencairkannya. Gw yakin lo bisa. Cuma sama lo Batz bisa ngobrol senyaman kaya ngobrol ke gw. Cuma lo yang bisa bikin dia tertawa lepas berkali-kali dalam satu obrolan. Yakin aja lo bisa balikin kehangatannya. Gw pasti dukung lo. Sekarang, biarin dia isolasi, tapi jangan lepas dia. Tetap perhatian dan jangan berlebihan"

Nae yang mendengarkan omongan Aom merasa mendapatkan setitik pencerahan. Senyuman terukir di wajah cantiknya.
"Aku akan mengembalikan kehangatanmu, sayang. Aku janji. Maafkan kebodohanku" batin Nae

"Jadi gimana, Nae?" tanya Darin
"Baiklah. Gw akan nunggu dia di rumah" ucap Nae
"Jangan. Lo balik aja. Nanti malam, lo ajak dinner. Kalo dia udah pulang itu juga. Biasanya cuma kak Fon yang pulang. Kalo dia ga pulang, lo bisa kesana. Naek heli lo aja, lapangannya ga jauh kom"
"Oh.. Oke oke.. Makasi banyak ya, Aom"
"Gw begini juga karena kasian sama Batz. Bukan lo. Sampe lo nyakitin hati sahabat gw lagi, gw ga akan segan matahin leher lo" ancam Aom
*glek*
"Nih orang berdua mantan preman pasar ya? Sahabatan kok ya seremnya sama" batin Nae

"Siap! Ga akan. Makasi banyak ya. Mau pulang bareng?" tanya Nae
"Ga usah. Bentar lagi Tina dateng kok. Semangat! Pasti bisa!" ucap Aom yang disambut anggukan kepala oleh Nae

"So?" tanya Darin
"Gw mau ke apartemen. Mau mandi dan ngikutin saran Aom"
"Okesip. Lo tau, hp gw 24 siap"
"Thanks, buddy"
"Everything"
"Maafkan aku, sayang. Aku tahu aku banyak salah. Tapi mencintaimu bukan salah satunya" batin Nae

Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang