Asumsi

3.6K 157 11
                                    

Keesokan harinya.
Batz sedang mengecek hp Nae di atas kasur.
"Kamu sedang apa, sayang?" tanya Nae memeluk Batz
"Sejak kapan kamu meladeni chat orang?"
"Siapa?"
"Nut"
"Oh.. Itu karena besok aku mau ke Bali"
"Kok kamu ga bilang?"
"Kita aja jarang ketemu. Udah deh, sekalinya ketemu kenapa harus berantem deh"
"Aku ga ngajak berantem"
"Yayaya.. Aku mau buka email"
"Ga ada email"
"Sejak kapan kamu ngurusin emailku?"
"Aku lagi megang hp mu dan ga ada email masuk"
"Kamu kenapa deh?"
"Hah? Aku?"
"Iya. Kamu mau dapet?"
"Aku baru selesai. Kamu kali yang mau dapet"
"Bahkan kamu lupa aku baru seminggu lalu dapet"
"Bukan gitu"
"Aku ga ngerti deh sama kamu sekarang. Kenapa kita malah jadi debat gini"
"...."
"Kamu kenapa diem? Diem ga nyelesain masalah"
"Emang kita ada masalah apa?"
"Gatau lah. Aku mau keluar aja"
"Kamu mau kemana?"
"Gatau"
"Kita lagi libur, udah jarang bareng, sekarang ada waktunya kenapa kamu malah pergi?"
"Buat apa kita bareng kalo debat"
"Ya maafkan aku"
"Aku mau cari udara dulu"
"Nae..."
"Bahkan dia memanggil namaku" batin Nae
Nae menoleh
"Aku ikut"
"Kamu belum mandi. Aku hanya sebentar"
Nae membuka pintu kamarnya, keluar dan mengendarai mobilnya sendiri.

Di kamar
"Aaaarrrrgghhhh.. Kenapa jadi gini sih?" ucap Batz mengacak rambutnya

Di mobil
"Saat aku ada waktu, kenapa malah begini? Aaaaaaaaa!!" teriak Nae memukul stirnya
"Kamu dimana?"
"Di kantor. Ada apa?"
"Aku kesana"
"Oke"

Di kantor
"Hai, Nae. Tumben, ada apa?"
"Gpp, Nut. Kok libur gini lo ke kantor?"
"Ada yang perlu diberesin. Lo kenapa keluar?"
"Cari angin aja. Gw duduk di kursi lo ya"
Nut mengangguk
"Santai aja. Anggep kantor sendiri. Sorry ya gw cuekin"
"Oke"

30 menit kemudian
Nae sedang membaca emailnya.
"Kamu lelah?" tanya Nut
"Biasa aja"
"Aku pijitin ya" ucap Nut yang sudah memijit pundak Nae
"Ga usah, Nut. Gpp"
"Gpp. Ngebantu temen aja"
Nae mengangguk
"Pijitanmu enak. Kenapa ga buka panti pijat"
"Hahaha gila kamu"
Nat pindah posisi duduk di meja depan Nae
"Kamu ada masalah?"
"Gak"
"Cerita aja"
"..."
"Aku ada waktu kok buat dengerin"
Nae menceritakan kalau dia dan Batz habis debat.
Nat berdiri dan memeluk Nae. Nae menaruh kepalanya di perut Nat. Perlahan, Nat duduk di pangkuan Nae.
"Menangislah"
Nae memeluk pinggang Nat dan menangis di pundak Nat.
"Aku ga pernah berantem kaya gini. Kenapa dia ga ngertiin kalo aku cuma mau berduaan sama dia"
"Mungkin dia juga sedang lelah"
"Bahkan dia ga pernah cemburu"
"Kamu yakin?"
"Iya. Aku pernah poto sama cewe lain, dia ga cemburu"
"Kita coba lagi mau?"
"Coba gimana?"
Nat mendekatkan wajahnya ke Nae, saat bibir mereka akan menempel, Nae memalingkan wajahnya.
"Maaf, aku ga bisa"
"Oh.. Maaf. Aku terbawa suasana"
"Iya. Sampai jumpa besok. Aku pulang dulu. Terima kasih"
"Iya. Hati-hati"
Nae mengangguk

Nae mengendarai mobilnya dan pulang ke rumahnya.
"Kamu darimana?" tanya Batz
"Cari angin"
"Kemana"
"Apaan sih kamu. Ya cari angin aja"
"Kan aku cuma nanya kemana"
"Udahlah. Aku malas debat"
"Aku ga ngajak kamu debat, aku cuma nanya"
"Ah.. Tau gini aku ga pulang"
Nae mengambil kunci mobilnya lagi.
"Mau kemana lagi?"
"Nenangin diri"
"Jadi aku buat kamu ga tenang?"
"Apaan sih, Batz. Udah deh. Ga penting"
"Dia memanggil namaku" batin Batz
"Kamu disini aja. Aku yang akan keluar"
"Kamu mau kemana?"
"Biar kamu tenang"
Nae hanya diam

Batz menyetop taxi dan pergi ke taman.
"Batz.."
"Rabel.."
"Lagi apa?"
"Cari angin"
"Angin kok dicari. Kenapa ga nyari aku aja?"
"Hahahaha kamu ngapain?"
"Nyari kamu"
"Bohong banget"
"Hahaha abis ketemu client. Lewat sinu, ngeliat kamu"
"Oh.. Gimana usahamu?"
"Lancar kok. Nae mana?"
"Ada di rumah"
"Kalian bertengkar?"
"Ga. Aku emang pengen nyari inspirasi. Aku mulai nulis"
"Oh.. Kamu emang berbakat. Bentar ya aku beli es krim dulu"
Batz mengangguk
"Kamu masih ingat kesukaanku"
"Apapun tentangmu aku masih ingat, Batz"
"Sudahlah, Bell. Aku sudah punya istri"
"Iya. Aku tau. Tapi kamu juga pasti tau, cinta ga bisa dipaksa"
Batz mengangguk

Mereka berbincang, Rabel menaruh tangannya di belakang badan Batz tanpa sepengetahuan Batz seolah merangkulnya.

"Oh.. Ini alasan kamu mau keluar"
"Nae.."
"Siapa dia?"
"Aku Rabel. Kamu Nae kan?"
"Kamu pun sudah tau. Kamu mau pulang?"
Batz mengangguk
"Aku pulang dulu, Bell. Makasi"
Rabel mengangguk

Di mobil
"Rabel mantanmu?"
"Iya. Dia mantanku"
"Kamu keluar hanya ingin bertemu mantanmu?"
"Itu ketemunya kebetulan"
"Kamu tau aku ga percaya kebetulan"
"Aku lagi disana nyari inspirasi buat tulisanku. Dia nyapa"
"Tulisan? Sejak kapan kamu nulis?"
"Hah.. Bahkan kamu tidak tau aku suka menulis"
"Kamu yang ga terbuka sama aku"
"Aku? Ga terbuka? Itu masalah sepele yang seharusnya kamu tau karna melihat buku-bukuku"
"Kamu tau kan seberapa sibuknya aku"
"Iya. Sibuk banget. Tapi yang aku tau, dulu juga kamu sibuk dan masih ada waktu untukku"
"Oh.. Jadi sekarang aku ga ada waktu, kamu nyari mantanmu yang bisa ada waktu untukmu?"
"Kenapa bawa-bawa Rabel sih?"
"Aku ga nyebut nama. Aku hanya bilang mantanmu. Bukan hanya dia kan? Ada apa denganmu dan Rabel"
"Dia hanya sebatas mantanku. Ga lebih. Tadi juga udah aku bahas"
"Bahkan dia masih ingat es krim kesukaanmu"
"Itu hal yang biasa. Jangan dibesar-besarkan"
"Aku ga membesar-besarkan. Itu kenyataannya. Dia masih sangat peduli denganmu"
"Wajar kan? Dia sahabatku"
"Sahabat? Aku tau, hanya Aom dan Nat yang pernah menyukaimu itu sahabatmu"
"Ya aku berteman dengan Rabel, ga lebih"
"Oke. Urusan Rabel terserah. Tapi kenapa kamu biarkan dia memelukmu?"
"Memelukku?"
"Hahaha bahkan kamu diam saja dia memelukmu"
"Dia ga memelukku"
"Ga meluk gimana?" tangannya merangkulmu dari belakang"
"Tapi aku gatau dia melakukan itu"
"Kamu gatau apa gamau tau?"
"Aku gatau"
"Dia masih mencintaimu!"
"Tapi aku ga. Aku hanya mencintaimu"
"Ini memang kalimat yang biasa diucapkan seseorang setelah ketauan jalan dengan orang lain"
"Ah.. Sudahlah. Percuma. Mau aku jelaskan gimana juga kamu tetap pada asumsimu. Turunkan aku sekarang!"
"Ga"
"Turunkan atau aku nekat"
"Ga"
Batz hendak membuka. Nae mengerem mendadak.
"Hati-hati. Redakan amarahmu. Jangan mencariku!" ucap Batz menutup pintu mobil Nae
Nae terdiam

Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang