Cukup Dengarkan

4.3K 169 8
                                    

Batz kembali duduk. Kali ini mereka duduk berhadapan. Dibatasi oleh meja.
"Aku sangat merindukanmu. Aku tahu ini masalah pekerjaan. Namun aku memperhatikan gerak-gerikmu. Kamu sangat tidak pandai berbohong, sayang. Kamu menjaga jarak denganku. Kamu terus ingin membuktikan kecemburuanku. Tapi apa yang bisa aku cemburui ternyata tidak ada bukti. Sangat kekanakan dan mencari masalah kalau tiba-tiba aku meneror cintamu karena chat client yang hanya membahas pekerjaan. Meski aku cemburu, itu bukan alasan logis untuk cemburu. Itu tanggung jawabmu. Lunch, dinner, semata-mata hanya sebatas pekerjaan. Ga ada yang bisa jadi bukti kuat atas cemburuku. Sampai akhirnya kamu bertemu Nut"
"..."
"Dia sangat frontal. Aku tau dia teman SD mu"
"..."
"Teman SD?"
"Bahkan kamu tidak mengenalinya. Dia teman SD mu, dari SD dia sudah menyukaimu dengan alasan kamu membantu membereskan bukunya yang berjatuhan saat ia tersandung di jalan. Namun dia harus pindah ke luar kota karena ayahnya pindah tugas. Dia masih menganggapmu malaikat kecilnya. Dia makin terobsesi denganmu saat kamu terus menghiasi layar kaca. Dia sangat sakit melihat kita menikah. Saat ada kesempatan menjalin kerjasama, dia sangat senang. Dia juga mengetahui kalau kita jarang berjumpa karna jadwal kita bertabrakan. Ia memanfaatkan itu. Kamu kaget aku tahu sedetail itu? Mau aku jelaskan lebih detail pekerjaan ayahnya dan apa yang ia lakukan setelah pindah ke luar kota?"
Nae menggeleng
"Aku takut, Nae Suthatta. Aku sangat takut kehilanganmu. Aku mencari tahu tentangnya lebih dalam. Aku sampai menggunakan jasa orang untuk mencari tahu karna Darin pun tidak tahu siapa dia. Aku sangat mencintaimu, aku benar-benar takut kehilanganmu. Kali ini cemburuku sangat beralasan. Semua chat mu dan dia melewati batas rekan kerja. Rekan kerja mana yang sibuk menanyakan rasa cinta istri rekan kerjanya?" teriak Batz yang sudah menangis
"Sayang.." ucap Nae yang sudah berdiri
"Tetap disana! Aku belum selesai!" tunjuk Batz di kursi Nae sebelumnya
Nae duduk dan menatap sedih Batz yang sudah menangis.
Batz menghapus air matanya dengan tisu. Bukannya berhenti air mata Batz makin deras mengalir. Bahunya berguncang menahan isaknya.
Nae sadar, ia telah menyakiti Batz sangat dalam. Batz tidak pernah seperti ini.
Nae sangat menyesal. Ia menyadari betapa bodoh dirinya saat ini. Namun percuma, Batz sudah terlalu sakit.
"Sayang.." Ucap Nae sendu
Dengan mengangkat tangan kanannya, Batz menyuruh Nae berhenti berbicara dan duduk diam disana.

Cukup lama Batz menangis. Bahkan ia menggigit bantal untuk menahan teriaknya. Nae tidak kuat melihat Batz seperti itu lebih lama. Nae berdiri dan langsung menarik Batz dalam dekapannya.
Batz terus meronta dan memukuli Nae namun pelukan Nae semakin erat. Batz menangis makin keras, batz juga memukuli dada Nae. Nae hanya diam membiarkan Batz melepaskan amarahnya. Akhirnya, pertahanan Batz runtuh. Emosinya mereda. Batz terus menangis namun pukulannya melemah. Nae semakin mengeratkan pukulannya, diusapnya rambut dan punggung Batz, diciuminya pucuk kepala Batz dengan terus mengucapkan kata maaf.

Batz masih menangis. Batz lebih menangis saat mendengar Nae ikut menangis sambil terus mengucapkan kata maaf. Dengan perlahan, Batz membiarkan Nae memeluknya. Tangannya sudah tidak bertenaga untuk memukul Nae.
Mereka terus berada dalam posisi itu selama 30 menit. Tangis Batz perlahan mereda. Tak ada lagi isak. Hanya sisa air mata di pipinya.

Setelah dirasa tenang, Nae memundurkan badan Batz. Nae mengusap air mata Batz dengan ibu jarinya. Nae mengecup lama kening Batz penuh cinta.
"Maafkan aku" ucap Nae
Hanya kata itu yang mampu ia ucapkan. Seandainya ada kata lebih ampuh, Nae akan menggunakannya untuk membuktikan betapa ia sangat menyesal.
Batz memundurkan badannya. Ia mengambil minum.
"Kembalilah kesana. Aku masih akan menyelesaikan ceritaku" ucap Batz datar.
Nae hanya mengikuti perintah Batz. Nae kembali ke kursinya dan meminum coke yang sudah disediakan.

"Kita sudah sangat jarang bertemu. Aku tau kamu lelah. Aku selalu memperhatikan wajahmu kala tidur, aku benar-benar tidak dapat kehilanganmu. Kita hanya berbagi ciuman kala hendak tidur dan bangun tidur. Bahkan mungkin ada beberapa yang kamu tidak rasa karena kamu telah terlelap maupun belum bangun. Tapi aku selalu memberikannya. Rasanya aku ingin kembali ke awal kita menikah. Aku lebih memilih memenuhi kemauanmu bercinta tiap malam daripada keadaan saat ini. Ya.. Aku juga merindui saat kita bercinta. Wajar kamu ingin bercinta dengan wanita lain, pasti kamu merindukan kegiatan itu seperti aku"
"Sayang.. Itu.."
"Aku belum selesai! Dengarkan dulu ceritaku! Inikan yang kamu mau tau tentang cemburu dan cintaku? Cukup dengarkan!" Ucap Batz dengan nada meninggi
"..."
Batz menghela napas.
"Maafkan aku, sayang. Aku lelah dengan keraguanmu" batin Batz

Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang