Senja. Kita. Cinta

8.8K 253 64
                                    

Nae mengusap air matanya dan keluar dari kamar mandi. Baru ia membuka pintu, sebuah pelukan hangat menghampiri tubuhnya.
Ya, Batz sudah menunggu Nae di depan pintu dan langsung merengkuh Nae dalam pelukannya ketika Nae membuka pintu.
Nae diam, ia membalas pelukan Batz lebih erat. Nae kembali menangis di pelukan Batz. Tangisan penyesalan yang sangat menyayat hati.
Nae mendongakkan wajahnya menatap Batz.
"Sayang.. Aku..."
Ucapan Nae terpotong oleh ciuman Batz. Nae sempat kaget, lalu Batz menghisap bibir atas Nae. Nae kembali menangis dan membalas ciuman Batz. Mereka menggerakkan kepalanya seirama ciuman mereka. Cukup lama untuk saling melepas kerinduan dan memaafkan.
Batz melepas ciuman mereka dan memundurkan wajahnya. Batz menghapus air mata Nae sementara tangan Nae masih di pinggang Batz.

"Aku..." Ucap Nae terpotong oleh ucapan Batz
"Ngobrol di kasur aja ya"
Nae mengangguk.
Saat ini, mereka sedang duduk bersandar di kepala tempat tidur.
"Kamu kenapa?" Tanya Batz
"Aku bodoh. Maafkan aku"
"Sudahlah. Kamu abis ngapain?"
"Kamar mandi. Nangis"
"Tidur yuk. Udah malem"
Nae mengangguk

Batz mengambil posisi membelakangi Nae. Nae tidur terlentang.
"Kamu gamau meluk aku?"
Nae melingkarkan tangannya di perut Batz.
"Astagaaa.. Tanganmu kenapa?" Ucap Batz kaget melihat tangan Nae berdarah bahkan ada yang sudah mengering.
Batz langsung duduk.
"Duduk! Tunggu sebentar!" Ucap Batz sambil berjalan ke arah luar
Nae mengangguk
Tak lama, Batz datang membawa baskom berisi air panas yang sudah diberi antiseptik, sapu tangan dan kotak P3K.
Batz dengan telaten mencuci tangan Nae, membersihkan kotoran dan darahnya, mengeringkannya, memberikan obat merah lalu memperbannya.
"Abis ngapain?" Tanya Batz ketus
"Ninju dinding"
"Kurang ekstrim. Besok-besok kepalamu aja" ucap Batz sarkastik
"Maafkan aku"
"Jika kata maaf mudah dikatakan, apakah kesalahan begitu mudah dilakukan?"
Nae menggeleng
"Jangan bertindak bodoh lagi. Aku membencinya"
Nae mengangguk.
"Tidurlah. Aku membereskan ini dulu"
Nae mengangguk
"Aku mencintaimu" ucap Nae tulus
Batz tersenyum dan keluar kamar untuk membereskan peralatan tadi.

Tak butuh waktu lama, Batz sudah kembali ke kamar dan duduk di samping Nae di atas kasur.
Batz memperhatikan kedua tangan Nae dengan seksama.
"Jika kata maaf dapat dengan mudah mengobati hati yg luka, apakah dengan begitu mudahnya melukai hati seseorang? Kamu tau? Semua kelakuan menyakiti dirimu sendiri itu melukai hatiku. Aku sakit melihatmu menangis. Jangan tanya betapa sakitnya aku melihat kamu terluka"
Nae mengangkat badannya dan menaruh kepalanya di paha Batz.
Tangan kirinya memeluk erat pinggang Batz. Nae menyembunyikan wajahnya di perut Batz.
Batz mengelus rambut Nae perlahan dan mencium pelipis kiri Nae. Nae menatap mata Batz dengan senyum tulusnya. Batz membalas dengan senyuman manisnya.

"Aku sudah memaafkanmu. Berhenti menyalahkan dirimu. Hidup kita masih banyak gelombangnya. Sekarang, saatnya kita pindah gelombang. Biarkan gelombang yang lalu. Aku mencintaimu. Jangan ragukan itu. Aku tahu kamu mencintaiku. Aku percaya itu. Sudahlah. Kita jangan bahas cemburu lagi, justru kita harus buat mereka yang melihat kita cemburu karena kebahagiaan kita. Bukankah begitu Ms. CEO kesayanganku?"
Nae mengangguk
"Iya, sekretaris kesayanganku. Terima kasih atas segalanya. Bumikan aku saat aku melangit"
Batz mengangguk
"Senja. Kita. Cinta" ucap mereka bersamaan lalu saling melempar senyum

"Sayang.. Aku mau punya anak" ucap Nae
Saat ini mereka sudah tidur seperti biasa, dengan Nae memeluk Batz dari belakang.
"Anak kucing?"
"Bukan"
"Anjing?"
"Bukan"
"Manusia?"
"Iya"
"Adopsi?"
"Ga"
"Inseminasi?"
"Iya"
"Yasudah. Ke dr. Jeab aja"
"Kamu mau?"
"Kan kami yang hamil"
"Ih.. Aku gamau hamilnya"
"Eh?"
"Aku takut keguguran. Kamu yang hamil ya?"
"Hah? Kita adopsi aja ya"
"Aku mau anak kita"
"Nanti aku pikirin lagi deh"
"Beneran, sayang?"
"Iya. Tapi nanti"
"Siap, Nyonya. Tapi, sayang.."
"Apa?"
"Sekarang, kita bisa buat dulu dong?"
"Tuh di bawah ada tepung?"
"Kok tepung?"
"Buat kueh dicetak jadi anak aja"
"Ih.. Bukan itu maksudku"
"..."
"Kita buat dede yuk"
"Aku lelah"
"Ayolah, sayang. Kita kan udah lama ga ngelakuinnya"
"..."
"Kamu ga kangen aku?"
"Gak"
"Tapi aku kangen kamu manggil nama aku"
"Nae"
"Bukan.. Tapi saat puncakmu"
"Mesum"
"Sayang.." Ucap Nae telah mengusap perut Batz di balik kaosnya
"..."
"Sayang.. Buat dedek yuk"
"..."
"Kamu tadi bilang lebih baik meladeniku bercinta tiap malam" ucap Nae yang sudah menciumi tengkuk Batz
"Kan ada perbandingannya"
"Kamu tega ngebiarin aku nafsu sendirian gini?"
"Biarin"
"Sayang.. Ayo buat dede"
Batz menelentangkan tubuhnya. Nae menatap wajah Batz.
"Lakukanlah" ucap Batz
"..."
"Katanya mau buat dede?"
Nae tersenyum nakal penuh arti.

Malam itu menjadi malam panas bagi mereka. Mereka memanaskan api cinta yang sebelumnya hampir padam karna angin. Desahan dari keduanya terdengar bersahutan hingga pukul 2 pm. Sebelum akhirnya mereka saling memanggil nama saat mencapai puncak kenikmatannya.
"Terima kasih, sayang" ucap Nae mengecup bibir Batz
"Sama-sama, sayang" ucap Batz tersenyum
"I love you" ucap Nae usai mencium kening Batz
"I love you more, Ms. CEO" ucap Batz

-------the end-------

Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang