Hilang.. lagi..

4.5K 179 16
                                    

"Bisa aku lanjutkan?" Tanya Batz
Nae mengangguk
"Sampai dua hari yang lalu akhirnya kita debat hanya karna hal sepele. Bukankah kita biasa saling mengecek hp? Kenapa jadi permasalahan? Bukankah kamu yang meminta itu sejak kita resmi jadian? Hanya karena hasutan Nut kamu merubah peraturan yang kamu buat. Sejak kapan kamu marah ketika tidak ada email dan aku memberitahumu? Sejak kapan?" Teriak Batz
Kali ini Batz benar-benar emosi di tiap kalimat yang ia lontarkan. Nae hanya bisa tercekat melihat Batz sangat marah.

"Hal yang biasa, kamu ubah jadi pemacu amarah. Hebat sekali seorang Nut mempengaruhimu. Kamu pergi, aku tahu kamu ke tempat Nut. Tapi aku tidak tahu apa yang terjadi. Jelaskan!" Ucap Batz datar
"Aku.. Aku cerita tentang masalah kita. Dia.. Dia memelukku. Dia mendekatkan wajahnya padaku. Tapi kami tidak berciuman, saat semakin dekat, aku memalingkan wajahku. Lalu aku pulang" ucap Nae takut
"See? Ciuman lagi, ciuman lagi. Langkah awal bercinta memang dari ciuman"
"Tapi kami tidak berciuman"
"Ya. Aku percaya. Lalu kamu pulang dan kita berdebat karna hal lebih sepele. Karena apa? Karena aku menanyakan kamu kemana. Hanya masalah itu. Aku tahu kamu menyembunyikan kamu darimana. Tapi kamu memperuncing masalah. Dan kamu ingin pergi lagi untuk nenangin diri. Aku ga paham pemikiranmu. Makanya aku yang pergi. Saat aku ke taman untuk menulis, Rabel datang. Ia habis bertemu client dan lewat sana melihatku. Ia nyamperin aku. Kami berbincang biasa. Dia memang masih mencintaiku. Tapi aku tegaskan aku sudah milik kamu. Soal tangannya yang merangkul, aku sama sekali ga tau. Lalu kamu datang. Di mobil, kita kembali berdebat. Oke, masalahnya Rabel. biasanya, kita saling mendengarkan penjelasan tapi tidak dengan kemaren. Kamu terus berasumsi. Penjelasanku tertelan asumsi dan hasutan Nut. Aku muak! Itulah mengapa aku minta turun. Tak lama, gosip beredar. Pasti keluarga dan sahabat kita bertanya padamu. Karna aku hanya menjelaskan pada Mam kalau ada salah paham. Aku menonaktifkan hp ku. Aku terus mencari info keberangkatanmu ke Bali. Tidak, aku tidak melarikan diri ke rumah nenek. Aku hanya mencari info. Apakah Darin menamparmu?"
Nae menggeleng
"Baguslah. Dia bilang dia akan menamparmu"
"Dia hanya berteriak padaku"
Batz mengangguk
"Aom, Darin, Kak Fon tau masalah kita. Aku tidur di rumah Aom. Mereka emosi melihat kelakuanmu. Dan mereka juga yang membantuku mencari semua informasi itu. Aku tau kamu berusaha mencariku dan berpikir aku ke rumah nenek. Pekerjaanmu penting, itulah mengapa kamu tidak menyusulku. Ya, aku tau dari mereka. Aku ga sanggup menyimpannya sendiri. Aku sudah muak dengan semua asumsi dan hasutan wanita itu"
Batz kembali menegak minumannya
"..."
"Keesokan harinya, kamu ke Bali. Aku juga disana, sayang. Aku terus mengawasimu. Sore hari, AomDarin menyusulku. Aku tau Nut sudah membooking private room dari dua hari yang lalu. Berbekal namamu, aku mengganti ruangan Nut. Aku dapat melihat jelas kelakuanmu melalui cctv di ruangan sebelah kalian. Aku meminta khusus dengan menggadai namamu. Saat ia membuka kancing atas kemejanya, Darin sudah bersiap ingin mendobrak kalian. Namun aku masih penasaran apa yang akan dilakukan selanjutnya. Apakah aku diam saja? Aku menangis, sayang. Aku menangisi kesayanganku yang sudah terbuai tubuh indah orang lain. Kamu tau? Itu sangat sakit!"
"..."
"Sampai ia membuka rok dan duduk dipangkuanmu, Aom dan Darin sudah siap ingin membunuhnya. Kami sudah keluar dan ada di depan ruanganmu. Setelah aku menghapus semua air mataku, aku membuka ruangan kalian. Lagi, aku masih menyelamatkan ciuman yang seharusnya hanya untukku. Telat sedikit, aku jamin ia sudah menghisap bibirmu. Nut sudah diurus oleh Aom dan Darin. Ia aman. Setidaknya mereka tidak membunuhnya. Dan kita disini sekarang"
"..."
"Bagian cemburu dan cintaku mana yang kamu tidak pahami sekarang?"
"..."
"Setelah penjelasanku, masih belum pahamkah kamu arti dari 'aku menyerahkan hidupku hanya untukmu' Naenae Suthatta?"
"..."
"Tenang, orang tua kita tidak ada yang mengetahui kebenarannya. Aku bilang ini masalah rumah tangga biasa. Hanya salah paham. Sudah seperti sebelumnya, media hanya membesar-besarkannya"
"..."
"Maafkan aku membentakmu. Aku lelah dengan semua asumsimu.
Sekarang, apa maumu? Aku akan mengikutinya"
"Ma-maafkan aku"
"Ya. Aku memaafkanmu"
"Sungguh aku menyesal"
"Ya. Aku dapat melihatnya"
"Kita tetap di rumah ini bersama"
"Ya. Kita disini"
"Kita tetap seranjang"
"Ya. Kita tetap tidur bersama"
"..."
"Sudah? Hanya itu?"
"..."
"..."
"Jangan tinggalkan aku"
"Ya. Aku tidak akan meninggalkanmu"
"..."
"Jangan diami aku"
"Ya. Tidak akan"
"Marahi aku"
"Sudah"
Nae berdiri dan duduk disamping Batz.
"Maafkan aku, sayang. Aku sungguh sangat menyesal. Aku sangat bodoh sudah meragukan cintamu. Maafkan aku yang sudah terhasut oleh orang-orang yang berusaha menghancurkan hubungan kita. Kumohon maafkan aku. Aku akan lakukan apapun untuk menebus kesalahanku"
"Percaya padaku"
"Iya, sayang. Aku janji akan percaya 100% padamu. Maafkan keraguanku. Boleh aku memelukmu?"
Batz mengangguk.
Nae memeluk erat Batz namun tidak ada balasan dari Batz.
"Aku tau ini sangat menyakitimu. Sungguh maafkan aku, sayang" ucap Nae memeluk Batz erat
"Sudah ya. Aku mau mandi" ucap Batz mendorong tubuh Nae
"Sayang.. Kita dinner diluar ya" ucap Nae
Batz mengangguk.
"Dandannya jangan cantik-cantik ya, sayang"
"Iya. Aku boleh mandi?"
"Iya, sayang"
"Makasih, Nae" ucap Batz dan berlalu ke kamar mereka
"Dia memanggil namaku. Aku kehilangan hangatnya lagi. Dasar Nae bodoh" umpat Nae dalam hati
Nae menghela napas dan mandi di kamar sebelah.

Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang