Hujan rintik-rintik.
Kinan dengan malas menelungkupkan wajahnya dengan lemas. Sejak jam pelajaran pertama ia sudah malas untuk berpikir. Beruntung hanya penampilan kelompok presentasi lain yang maju kedepan. Jika tidak, sungguh ia malas menjelaskan beberapa materi yang baginya cukup menyusahkan. Kinan memakai earphone tanpa mempedulikan guru yang tengah terduduk di belakangnya. Guru itu tidaklah killer seperti guru lainnya. Guru pelajaran ini cukup sabar menghadapi murid-murid yang sering kali tidak mau mendengarkannya.
Kinan terpejam. Dirinya mulai hanyut terbawa oleh lagu klasik yang saat ini ia dengar. Kinan menyukai musik klasik yang baginya membuat hati menjadi tenang. Baru saja ingin menyelami musik klasik yang begitu tenang ia dikagetkan oleh teman sebangkunya.
"Kinan! Bangun, abis ini kelompok kita yang maju."sahut Rani dengan mengangetkan.
Rani adalah teman sebangku nya sejak masuk ke SMA Cakrawala. Keduanya memang sudah dekat sejak pertama kali bertemu, bisa dikatakan kalau hanya Rani yang dekat dengannya. Mungkin karena keduanya sering melaksanakan diskusi setiap kali guru mengajar atau saat ulangan.
Kinan mengerjapkan matanya dengan malas. Diambilnya kunciran hitam yang ada di pergelangan tangannya untuk mengikat rambutnya yang tidak begitu panjang. Suasana kelas memang membuatnya menjadi gerah karena suhu udara yang begitu panas.
"Kita bukannya kelompok enam?"tanya Kinan dengan asal.
Rani mengangguk singkat lalu gadis itu menyiapkan catatan kecil untuk mencatat pertanyaan yang akan diberikan oleh kelompok lain. "Ini udah kelompok lima. Abis ini kita, lagian lo udah bikin ppt nya kan?"
"Udah kemaren sampe tengah malem. Abisnya gue kesel yang kerja kalo nggak gue ya lo doang. Sisanya? Tinggal nembeng nilai."
Rani tertawa dengan kecil. "Namanya juga nasib. Siapa suruh jadi siswi paling pintar di kelas? Lagian lo juga yang kerajinan haha. Tapi maaf ya kemaren gue gak bantuin lo soalnya ada panggilan dari nyokap."
Kinan mengerucutkan bibirnya. Terkadang menjadi siswi pintar selalu di manfaatkan oleh orang-orang yang tidak ingin bekerja. "Itumah biarin aja. Lah yang lainnya, malah minum kopi di mall yang kena bom itu. Lo tau kan?"
"Mall yang kemarin ada penembakan itu? Gue liat cuman di TV doangan. Emangnya kenapa?"tanya Rani yang kini juga penasaran.
Kinan tersenyum senang ketika mengingat kejadian kemarin. Bagaimana dirinya bisa kembali tersenyum sejak hubungannya dengan mantan pacar nya putus karena alasan perbedaan usia.
"Gue ada foto-foto gedung kemaren secara langsung. Dan gue juga denger tembakan itu secara langsung. Sumpah gue berada di depan gedung yang sedang terjadi penembakan."jelas Kinan dengan nada seru.
Kinan tersenyum apabila ketika mendengar nama Kapten yang kemarin berhasil membuat dirinya membeku. Sebenarnya Kinan tidak ingin terlalu berharap bisa berkenalan dekat dengan Kapten itu. Namun hanya saja rasanya.tidak mungkin. Pikirannya melayang jika memikirkan hal itu. Mencoba memahami kalau pertemuan kemarin adalah kebetulan semata.
"Kinan! Kebiasann banget sih suka melamun. Buruan maju ke depan."sahut Rani dengan keras.
Seketika saja Kinan terkesiap. Seluruh anggota kelompoknya tengah berada di depan dengan formasi yang lengkap. Kinan menggaruk kepalanya karena malu. Kinan memang sering kali melamun namun ia tidak biasanya sampai dikagetkan oleh teman nya seperti itu. Kapten itu benar-benar sudah membuat Kinan memikirkannya. Sekarang gadis itu malah berharap jika ia bisa bertemu dengannya lagi walau rasanya tidak mungkin.
"Sebentar gue ambil kertas print out materi kemarin."Gadis itu lalu mencari dimana kertas itu ia simpan. Ia melupakan letak kertas itu dengan benar. Seingat dirinya ia sudah menyimpannya di tas miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ok, CAPTAIN! [selesai]
Teen FictionSatria Pramuda, cowok berumur 22 tahun itu memiliki karir yang cemerlang di bidang kemiliteran. Diusianya yang masih terbilang muda, lelaki itu sudah menjabati sebagai seorang Kapten ketika bertugas. Kinan Amarani, cewek berumur 17 tahun itu memili...