Helikopter itu mendarat di lapangan pintu masuk Gunung Salak. Seluruh pasukan yang membantu tim SAR mulai menuruni helikopter dan siap untuk membantu mengevakuasi korban kecelakaan pesawat. Baru saja lelaki itu sampai di asrama nya. Ketua Tim SAR Nasional meminta anggota TNI untuk membantu dalam mengevakuasi korban Pesawat jatuh. Berita pesawat jatuh sudah terdengar. Kemungkinan pesawat yang terjatuh itu menabrak tebing yang curam di daerah Gunung Salak.
Satria berjalan paling depan. Ia beserta pasukannya sudah mengenakan seragam yang biasa mereka gunakan. Panggilan tugas yang begitu mendadak membuat ia tidak sempat mengatakan hal apapun kepada gadisnya.
"Hormat, Kapten. Anggota sudah lengkap. Segala perlengkapan sudah kami bawa."ucap salah satu anggota yang melaporkan hal ini kepada Satria.
Satria mengangguk tegas. "Dengarkan! Saya hanya ingin melihat kerja bagus kalian. Cari dan temukan korban yang masih tersisa disana. Tetap dalam berhati-hati dan jangan ceroboh. Pastikan kalian tidak terluka."
Aryo kemudian mengangkatnya tangannya. "Instrupsi, Kapten. Sampai jam berapa kita akan melakukan evakuasi para korban?"
Satria berpikir sejenak. Dia berusaha untuk membuat instruksi dan strategi yang terbaik. "Pasang alat komunikasi kalian supaya saya bisa menghubungi kalian dengan mudah. Ingat, jangan ada yang mematikan alat komunikasi."
"Siap, Kapten."
"Satu setiap barisan akan menyelusuri hutan lebat serta tebing yang licin dan curam. Hati-hati dengan langkah kalian. Bisa saja hujan turun dengan deras karena saat ini sedang musim hujan. Seperti yang selalu saya katakan. Fokus, fokus, dan fokus."
Semua anggota mendengarkan instruksi itu dengan baik. "Siap, Kapten."
"Ikuti perintah. Lokasi pencarian tetap ikuti yang sudah ditentukan."
"Siap, Kapten"
"Barisan. Laksakan tugas!"ucap Satria dengan tegas.
Satria menghampiri posko yang sengaja dibangun oleh Tim SAR juga pasukannya. Semua orang yang berada di daerah Gunung Salak ini sibuk mengatasi masalah pesawat jatuh. Ada yang sibuk mengevakuasi korban meninggal, ada yang sibuk memunguti serpihan badan pesawat yang sudah berhasil diamankan, ada juga yang sedari tadi mencatat jumlah korban jiwa.
Papan yang berada disana bertuliskan nama-nama penumpang yang tidak bisa di selamatkan. Senyuman prihatin terlukis diwajah Satria.
Korban meninggal: 78
Korban yang belum ditemukan: 120Satria melangkahkan kakinya untuk mulai memasuki wilayah Gunung Salak yang penuh dengan pepohonan alami itu. Langkahnya begitu yakin untuk mennyelamatkan korban hidup jika masih tersisa. Rasanya kecil kemungkinan korban yang masih bisa bernapas dan bertahan hidup setelah mengalami kecelakaan seperti ini. Satria tidak ingin merendah karunia yang Tuhan berikan. Ia optimis akan membawa korban yang masih bernyawa untuk segera ditangani.
Lokasi jatuhnya pesawat tidak begitu jauh dari titik darat helikopter militer. Diduga pesawat yang sebelumnya akan melakukan pendaratan darurat malah menabrak tebing tinggi yang ada di depan nya. Beruntung pesawat tidak memasuki jurang karena akan menyulitkan evakuasi korban. Satria satu tim bersama dengan Sersan Aryo. Keduanya memang selalu bersama ketika melaksanakan tugas.
Hujan rintik-rintik mulai turun namun pasukan TNI itu masih menyelusuri hutan serta jalan yang cukup terjang. Hujan tidak dijadikan sebagai penghalang niat dan jalannya tugas kali ini. Mereka semua menghiraukan hujan yang turun. Mental serta stamina sudah diatur sejak lama untuk hal yang mendadak seperti ini. Karena kepentingan orang lain adalah yang utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ok, CAPTAIN! [selesai]
Teen FictionSatria Pramuda, cowok berumur 22 tahun itu memiliki karir yang cemerlang di bidang kemiliteran. Diusianya yang masih terbilang muda, lelaki itu sudah menjabati sebagai seorang Kapten ketika bertugas. Kinan Amarani, cewek berumur 17 tahun itu memili...