Satria membuka matanya. Sedetik kemudian ia terkejut. Dirinya masih berada di dalam pesawat tempur yang ia naiki untuk pergi pelatihan militer. Lampu-lampu pesawat masih menyala dengan baik. Prajurit lainnya juga masih terjaga di dalam tidurnya. Satria mencubit lengannya pelan. Dia tidak sedang bermimpi sekarang. Posisi duduknya masih sama. Kapten Aryo yang ada disampingnya juga beberapa prajurit lain yang juga masih sama. Satria mengingatnya. Tidak ada perubahan. Lalu bukankah pesawat tempur ini akan terjatuh sebelumnya?
Dia tadi bermimpi.
Matahari mulai menampakkan sinarnya. Sebuah kaca transparan kecil seakan memberikan jawaban sudah berapa lama ia mengarungi langit yang kelabu serta bersama petir. Satria memijat keningnya pelan. Kepalanya cukup pusing karena tertidur dalam posisi terduduk seperti itu. Lelaki itu mengambil sebotol air minum yang ada dikolong kursi duduknya. Diteguklah air itu hingga tidak bersisa. Kemudian terdengar suara napas yang ia hembuskan.
"Pesawat berada di ketinggian 3800feat yang akan mendara di titik yang sudah ditentukan. Pastikan memakai sabuk pengaman dengan kencang karena pesawat akan terbang meluncur kebawah."
Pengumuman itu sengaja disiarkan agar memberitahu kepada prajurit yang sedang berada di dalam pesawat. Semua prajurit menaati instruksi tersebut dengan baik.
Getaran semakin terasa ketika pesawat terbang dalam posisi rendah. Seluruh prajurit rupanya sudah mulai tersadar. Satria sekilas melirik kearah Aryo. Rupanya dirinya semakin sibuk ketika menjabat sebagai pemimpin sebagai pengganti dirinya. Setidaknya Satria bisa beristirahat sejenak dari kepemimpinan nya yang tidak tau kapan akan ia jabat kembali. Satria memegangi kalung pemberian orang tuanya dulu. Kalung yang berbentuk persegi dengan sebuah nama yang bertuliskan nama dirinya sendiri. Kalung itu selalu menemani Dirinya kemanapun. Bahkan kalung itu seakan memiliki sejarah dalam kehidupan nya.
"Perhatian semuanya. Saya mendapatkan informasi dari Letnan Kolonel Purnomo. Pelatihan militer ini akan memberikan banyak sekali kemampuan di dalam bidang militer. Saya harap kalian semua bijaksana untuk mengikuti pelatihan kemiliteran ini."Aryo mulai memberikan mandat dengan baik dan tegas.
"Siap, Kapten!"jawab prajurit lainnya dengan tegas termasuk juga Satria.
Pesawat mendarat dengan sempurna. Seluruh anggota turun dengan tertib. Salam penghormatan ditujukan kepada rombongan pasukan Indonesia oleh panitia penyelenggara pelatihan militer.seluruh pasukan berjalan dengan tertib melewati berbagai pasukan dari Negara lain yang sudah berbaris dengan rapi. Pasukan Indonesia tidaklah terlambat. Hanya saja perjalanan nya sempat terganggu karena cuaca buruk. Untung saja apa yang diimpikan tidak terjadi nyata.
Seluruh anggota berbaris di lapangan yang sudah ditentukan. Mata elang Satria menyipit ke daerah sekitarnya. Satria terkesiap ketika rekannya mencolek dirinya agar fokus dengan aba-aba. Aryo kembali menyiapkan pasukan. Suara Aryo juga terdengar begitu tegas dan keras.
Instruksi kemudian terdengar. "Ingat! Fokus, fokus, dan fokus!"ucap Aryo dengan tegas.
"Siap, Kapten!"
Pasukan Indonesia yang sudah siap untuk mengikuti pelatihan kemudian bergabung dengan pasukan lain yang sedari tadi berbaris disebelah Utara. Satria berdiri dibarisan kedua dari depan. Tekadnya sudah bulat, ia harus mengikuti pelatihan dengan serius. Setelah acara sambutan yang dimulai oleh keanggotaan PBB, semua prajurit atau tentara berlari sebanyak 15 kali putaran. Jarak yang cukup jauh tidak membuat Satria menyerah karena lelah.
Awalnya acara berlangsung dengan aman sesuai dengan kendali. Namun sepertinya terdapat penyusup yang lolos untuk meluluhlantakkan suasana. Pagi hari yang belum begitu terik, sebuah tembakan berhasil membuat salah satu tentara Negara lain terjatuh terkena peluru. Penyelusup itu tidak hentinya untuk menembaki siapa yang ada di depannya sedangkan yang lainnya menembaki siapa yang ada dibelakangnya. Satria yang menyaksikan itu langsung berkomunikasi dengan Aryo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ok, CAPTAIN! [selesai]
Fiksi RemajaSatria Pramuda, cowok berumur 22 tahun itu memiliki karir yang cemerlang di bidang kemiliteran. Diusianya yang masih terbilang muda, lelaki itu sudah menjabati sebagai seorang Kapten ketika bertugas. Kinan Amarani, cewek berumur 17 tahun itu memili...