"Hallo, kau baik-baik saja? Aku mendengar beritamu di televisi. Aku khawatir."
Kinan merutuki dirinya sendiri ketika ia tersadar dengan apa yang ia ucapkan begitu saja. Kinan tidak sadar ketika mengatakan hal itu. Tiba-tiba saja gadis itu mengambil ponselnya dan menghubungi lelaki itu tanpa alasan yang jelas. Sepuluh menit yang lalu ia melihat acara televisi yang menayangkan pemberitaan tentang kasus yang lelaki itu jalani. Dan dengan polosnya Kinan menanyai kabar lelaki itu.
Tolong! Siapapun hilangkan aku dari dunia ini. Aku begitu malu!
Berbeda dengan dirinya yang merasa malu, Satria yang sedang dalam masa proses penjahitan luka itu mendadak tersenyum. Dia tidak menyangka jika gadisnya begitu mengkhawatirkan dirinya seakan takut kehilangan. Sejak awal seharusnya ia yakin kalau Kinan perhatian terhadap dirinya.
"Hanya terkena luka tembak di bagian punggung. Beruntung tidak terlalu menancap jadi masih aman."Kata Satria dengan lembut.
Kinan mendengarnya langsung melotot. "Hanya? Kau terkena luka tembak namun bisa disebut dengan kata 'hanya'. Di drama korea yang aku tonton, itu bisa membuat orang itu akan kehilangan nyawanya."
Satria tertawa. "Kau tau aku sedang apa, hmm?"
"Memangnya kau sedang apa? Bukankah kau sedang terbaring karena lelah menjalani tugas Negara? Aku tau kau sedang melakukan proses pemulihan luka tembak mu itu."Balas Kinan dengan yakin.
Satria kemudian kembali tertawa. "Kau salah. Aku sedang dijahit. Dan rasanya sakit sekali."
Kinan sukses melempar ponselnya begitu saja. Untung ponselnya terjatuh di daerah tempat tidurnya. Kinan benar-benar terkejut mendengarnya. "Ya Tuhan! Kau sedang dijahit tapi malah berteleponan denganku? Sulit dipercaya."
"Kau yang memulainya duluan. Aku hanya mengangkatnya saja. Lagipula mendengar suaramu itu membuat rasa sakitku berkurang."Rayu Satria kembali dengan jahil.
Kinan menghela napas malas. Tentara itu selalu saja berusaha untuk membuat pipinya merona menjadi merah. Kinan menahan rasa malunya. Dia tidak boleh terlihat berlebihan jika sedang menelpon tentara sok tau seperti Satria itu.
"Aku sudah muak dengan rayuanmu yang berlebihan itu. Satria, apa benar Negara ini akan kembali berperang? Apakah Indonesia akan kembali dijajah?"Tanya Kinan dengan suara khas miliknya. Kedengaran nya gadis itu benar-benar takut jika hal itu terjadi.
Tawa Satria kemudian keluar. Gadis itu terlalu polos sehingga bisa saja untuk dibodohi oleh siapapun yang akan berniat jahat terhadapnya. "Jika Negara ini kembali terjajah. Apa yang akan kau lakukan?"
"Tidak tahu, rasanya aku ingin pindah dari Negara ini saja."
Satria bergumam asal. Kemudian terdengar helaan napas yang ia keluarkan. "Jika kau berpikiran seperti itu, aku pastikan nilai Pkn mu dibawah rata-rata."Jawabnya dengan singkat.
"Apa? Tidak mungkin. Aku kan orang Indonesia mengapa nilai Pkn ku bisa menjadi seperti itu?"Tanya Kinan yang semakin tidak mengerti.
Satria kemudian berubah menjadi dingin. "Karena kau tidak memiliki nilai patriotisme untuk Negara mu sendiri."
Kinan sukses membeku mendengar kalimat itu. Apa benar ia tidak memiliki rasa patriotisme seperti yang Satria katakan? Bukankah setiap orang berhak untuk menyelamatkan dirinya dan bukankah setiap orang juga berhak untuk memiliki hak hidupnya masing-masing? Entahlah, Kinan juga tidak mengetahuinya. Kinan belum bisa menerapkan rasa itu.
"Maaf."ucap Kinan dengan pelan.
Satria yang mendengarnya hanya menyahut iya. Disisi lain ia merasa bersalah karena mengatakan hal itu. Mungkin saja gadisnya kini memikirkan apa artinya patriotisme lebih jauh. Terbukti dengan gadis itu membeku dengan pikirannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ok, CAPTAIN! [selesai]
Teen FictionSatria Pramuda, cowok berumur 22 tahun itu memiliki karir yang cemerlang di bidang kemiliteran. Diusianya yang masih terbilang muda, lelaki itu sudah menjabati sebagai seorang Kapten ketika bertugas. Kinan Amarani, cewek berumur 17 tahun itu memili...