"Hormat, ditemukan seorang wanita yang terjatuh tidak jauh dari daerah yang sudah disterilkan. Laporan selesai."
Suara itu terdengar melalui sambungan headset yang Satria gunakan. Satria yang sedari tadi memandu pasukan yang sedang menguji kelayakan terbang pesawat rakitan ini mendadak segera bergegas untuk kembali ke pusat kumpul.
"Tangani segera dan pastikan nyawa gadis itu selamat."ucap Satria dengan dingin.
Kembali terdengar suara. "Siap, Kapten. Nyawa nya masih ada. Saya akan membawa nya ke pusat kumpul agar segera ditangani oleh pihak kedokteran."
Satria mendengarkan itu. "Bagus. Lakukan yang terbaik dan saya akan kesan an ketika uji coba pesawat rakitan ini selesai."
Satria kembali memantau uji coba yang dilaksanakan dengan baik. Satria menghela napasnya panjang. Pikirannya masih menggantung memikirkannya siapa gadis yang baru saja terjatuh dari atas hingga membuat gadis itu harus menahan rasa sakitnya.
Terdengar kembali sambungan dari headset yang ia gunakan. "Hormat, Kapten. Tim sudah mengevakuasi korban untuk dibawa ke titik kumpul."
"Siap saya akan segera kesana."ucap Satria dengan tegas.
Satria kemudian menghampiri Aryo yang tengah tertawa takjub melihat pesawat rakitan yang ia buat beserta tim melayang dengan baik. Satria menepuk pundak Aryo untuk menyerahkan sementara tugas kepada dirinya. "Saya dipanggil ke titik kumpul. Saya serahkan latihan uji coba ini sementara kepada kamu."
"Siap, Kapten" jawabnya dengan tegas.
Suasana titik kumpul rupanya sudah ramai dengan tim yang menangani gadis yang terjatuh terperosok itu. Satria kini berjalan untuk melihat korban yang diduga adalah peserta acara pelatihan. Sorot mata Satria memicing ketika gadis itu nampaknya sudah selesai ditangani. Satria tersenyum karena pasukannya menjalankan tugasnya dengan baik. Namun dirinya terkejut ketika melihat sesosok wanita itu.
"Kinan,"gumamnya dengan pelan.
Satria langsung mendekati bangsal yang digunakan sebagai tempat istirahat gadis itu. Raut khawatir tergaris dengan jelas. Satria mengkhawatirkan kondisi gadis itu. "Kinan, kamu kenapa bisa kayak gini? Kinan, bangun. Kinan, aku khawatir."
Salah satu anggotanya menghampiri Satria dengan menyerahkan beberapa bukti yang ditemukan di lokasi penemuan Kinan. "Sepertinya korban adalah peserta pelatihan yang diselenggarakan oleh sekolahnya."
Satria menghela napasnya. "Saya kenal dengan gadis ini. Kabarkan pihak sekolah agar mengetahui kejadian ini."
"Siap, Kapten."ucap anggotanya dengan tegas.
Satria mengenggam tangan Kinan yang seakan nyenyak di dalam tidurnya. Satria memandangi wajah gadis itu yang penuh dengan goresan luka karena ranting-ranting pohon kering. Tidak hanya itu perban juga menempel dikepalanya sebagai penanda kalau gadis itu baru saja terperosok dari ketinggian. Kumohon bangunlah, batin Satria.
Tangan gadis itu bergerak seakan ingin mengerjapkan matanya. Satria semakin mengeratkan tangan nya untuk menggenggam erat tangan gadis itu.
"Aww."pekik Kinan ketika merasakan sakit disekitar daerah kepalanya.
Satria terkesiap. "Kinan, kamu udah sadar? Jangan terlalu banyak bergerak. Kepala kamu bocor jadi harus dijahit sama tim penanganan pasukan khusus."
Kinan mengerjapkan matanya yang membuat kedua matanya bertemu dengan mata tajam milik Satria. "Satria.. aku takut."lirihnya dengan pelan.
Satria mengusap Puncak kepala milik Kinan dengan pelan. "Kamu kenapa nggak ngabarin aku kalau ada acara diluar sekolah kayak gini? Aku khawatir pas lihat gadis yang ditemuin itu kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ok, CAPTAIN! [selesai]
Подростковая литератураSatria Pramuda, cowok berumur 22 tahun itu memiliki karir yang cemerlang di bidang kemiliteran. Diusianya yang masih terbilang muda, lelaki itu sudah menjabati sebagai seorang Kapten ketika bertugas. Kinan Amarani, cewek berumur 17 tahun itu memili...