"Darimana kau mengetahuinya?"
Kalimat itu terlontar begitu saja dari bibir Kinan. Dieratnya pegangan baju itu agar hatinya tidak membeku. Lelaki yang ada dihadapannya kini menatapnya seakan mengingat sesuatu.
Satria kemudian memberikannya sesuatu yang sudah di pendam sejak lama. "Aku selalu mencari tau tentangmu. Aku tau siapa saja pacarmu. Aku tau dimana kau bersekolah. Aku tau dimana kau tinggal. Aku tau segalanya tentangmu. Kau masih tidak mengingatku?"
Kinan melihat foto-foto dirinya ketika masih berpacaran dengan Raka. "Bagaimana mungkin bisa, kau mengikutiku sejak lama?"
"Rasanya aku tidak percaya karena bisa menemukan mu kembali"
Kinan tersenyum singkat. Kenangannya masih teringat jelas di dalam memorinya. "Aku masih ingat ketika seorang anak berseragam sekolah dasar menolongku ketika aku terjatuh dari ayunan. Aku pikir orang itu hanyalah lelaki di dunia dongeng yang kemudian menghilang. Nyata nya dia kembali."
"Jadi, aku tanya sekali lagi. Bagaimana kabarmu?"tanya Satria dengan tertawa kecil.
Kinan kemudian seakan tersenyum sendiri. "Kabarku baik, Kapten."
Tangisan anak perempuan terdengar dengan keras. Gadis itu menangis tersedu-sedu. Sendirian di Taman yang tidak begitu banyak orang membuat tidak ada yang mendengarnya Baru saja yang lalu, gadis itu tidak boleh bergabung dengan teman sebaya nya. Gadis itu tidak boleh bermain boneka yang bahkan sudah ia bawa dari rumah. Pikirnya, gadis itu akan bermain hingga petang untuk menunggu kedua orang tuanya kembali bekerja. Gadis itu hanya ingin bermain namun tidak ada yang mau bermain dengannya.
Matahari yang mulai tertutup awan sebagai penanda waktu. Seorang diri di Taman tidak membuat gadis itu berdiam sendirian. Gadis itu menaiki ayunan yang tidak ada yang menaiki. Duduklah ia diatas ayunan itu dengan pelan. Tangannya berpegangan erat pada rantai yang menggantung agar dirinya tidak terjatuh. Gadis itu menaiki ayunan dengan masih menggunakan seragam sekolah TK nya. Setahun lagi, gadis kecil itu akan memasuki sekolah dasar seperti anak lainnya.
Gadis itu bernama Kinan Amarani.
Bruk!
Tubuhnya terlempar ketika ayunan yang sengaja ia naiki mendadak terputus rantainya. Kinan terdiam beberapa saat sejenak lalu ia menangis. Luka di lututnya seakan sebagai tanda kesakitan.
"Kamu tidak apa?"tanya seseorang itu dengan lembut.
Kinan mendongak menatap wajah lelaki yang umurnya diatasnya dengan terdiam. Dirinya masih menahan tangis agar tidak tumpah.
"Nama kamu siapa?"tanya nya kembali namun Kinan masih saja terdiam menatap lelaki itu. "Namaku Satria. Pegang tanganku biar kau aku bantu untuk berdiri."
Kinan mengangguk ragu. Di genggamnya tangan lelaki itu dengan segera yang akan membantu dirinya. Kinan tersenyum ketika lelaki itu mau menolong nya karena terjatuh.
"Rumahku ada di sebelah sana."tunjuk lelaki itu yang mengarah ke bangunan bergaya minimalis diujung jalan. "Sekarang kita berteman."ucapnya lagi dengan senyuman.
"Namaku Kinan, Kak."kata gadis kecil itu dengan tersenyum.
Satria mengangguk pelan. "Kata mamaku,.wanita itu cantik kalau tersenyum. Kalo kamu senyum kan gak ada aura sedihnya."
Kinan tertawa kecil.
"Aku pulang dulu, Putri Aurora kecil."kata Satria yang berlari untuk segera pulang ke rumahnya.
Perkanalan tidak sengaja itu membuat Kinan merasa memiliki teman. Setiap sore ia berada di Taman berharap jika ia akan bertemu dengan lelaki itu kembali. Kinan masih sering mengunjungi Taman itu hingga ia juga bersekolah dasar. Seusai pulang sekolah, gadis itu selalu saja kesana. Tujuannya tetap sama. Karena ingin bermain di Taman dengan lelaki itu. Lelaki yang sebagai teman pertamanya sejak kepindahannya ke Jakarta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ok, CAPTAIN! [selesai]
Teen FictionSatria Pramuda, cowok berumur 22 tahun itu memiliki karir yang cemerlang di bidang kemiliteran. Diusianya yang masih terbilang muda, lelaki itu sudah menjabati sebagai seorang Kapten ketika bertugas. Kinan Amarani, cewek berumur 17 tahun itu memili...