Kinan membuka pintu rumahnya yang terbuat daru kayu jati itu. "Ya Tuhan!"pekiknya dengan keras.
Lelaki yang memakai jaket abu-abu dengan kaos oblong berwarna putih itu mendadak tersenyum kearah Kinan. "Selamat pagi, Kinan."
Kinan memutar bola matanya. Dipandangi lelaki yang ada di depannya dengan tatapan tajam. "Kenapa bisa ada disini? Siapa yang menyuruhmu masuk?"
Satria terkekeh. "Kau jangan menatapku seperti itu. Aku masuk sendiri. Karena aku ingin mengantarkan kau ke sekolah."
Kinan menepuk keningnya seraya menghela napas. "Apa alasanmu untuk mengantarku?"
"Karena hanya ingin saja. Tidak ada alasan."
Kinan melirik Satria dengan sekilas. Lelaki itu selalu saja datang secara tiba-tiba tanpa diminta. "Aku diantar oleh supir. Sebaiknya kau kembali."
Satria menggelengkan kepalanya. "Kau harus aku antar. Ini perintah."
Kinan mengerucutkan bibirnya kesal. Kini mata Kinan benar-benar menatap Satria dengan tajam seakan ingin memakannya. "Aku tidak mau."
"Kau tidak.boleh menolak perintah. Terutama dari seorang Kapten sepertiku."
Kinan berdecak singkat. "Aku bukan prajurit atau tentara yang berada di bawah naungan mu."
Satria langsung menarik tangan Kinan. Lelaki tidak peduli seberapa kuat tenaga Kinan untuk melawannya. Kenyataannya tenaga gadis itu masih saja kalah dengan dirinya. Gadis itu tidak bisa menolak. Kinan memang selalu tidak mau kalah. Jika tidak dipaksa seperti ini, mungkin gadis itu masih menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. Entahlah, sepertinya Satria yakin kalau Kinan memiliki perasaan yang sama sepertinya.
Kinan sedari tadi berusaha untuk berontak. Cengkraman Satria begitu kuat sehingga sulit untuk dilepaskan. Kinan menghela napas menyerah. Dirinya tidak bisa lagi untuk melawan. Kinan mendengus kesal. Lelaki itu membuka pintu mobil nya dengan pelan. Satria menginstruksikan Kinan agar segera memasuki mobilnya itu.
Kinan terduduk dengan malas. Dirinya tidak suka jika harus dipaksa seperti ini. Satria sudah ada disebelahnya dan lelaki itu siap untuk mengemudikan mobilnya itu. Kinan tidak menganggap dirinya. Kinan lebih memilih untuk menatap jalan raya yang tidak begitu ramai. Kinan malas jika harus bertemu dengan Satria. Alasannya karena Kinan takut jika Satria mendengar degup jantungnya yang berdebaran ketika di dekat lelaki itu.
"Sampai kapan kamu merhatiin yang ada diluar kaca mobil?"Celetuk Satria yang didengar oleh Kinan. Namun gadis itu pura-pura tidak mendengarnya.
Kinan memejamkan matanya berusaha untuk pura-pura tidur. Satria yang melihatnya hanya bisa terkekeh.
"Kau tidur? Baiklah, aku tidak akan membawamu ke rumah. Aku akan membawamu ke hotel."bisiknya Satria yang mendekati wajah Kinan dengan sengaja.
Kinan yang sedari tadi bisa mendengar apa yang ia ucapkan mendadak membuka matanya. Dirinya terkejut ketika melihat wajah Satria yang begitu dekat dengannya. Kinan tidak bisa memundurkan wajahnya. Kepalanya sudah menyender di kursi mobil. Tubuhnya seakan terkunci. Aroma parfum dari tubuh Satria menelusuk memasuki Indra penciuman nya
"Jauhkan wajahmu."Kata Kinan dengan gugup.
Satria kini mengerutkan keningnya ketika mendengar kalimat itu. "Kalau misalnya aku tidak mau, bagaimana? Wajahmu cantik juga. Dan ada satu jerawat di wajahmu. Kau selalu memikirkan aku kan? Oleh karena itu kau menjadi berjerawat.'
Kinan mendengus kesal. "Sebaiknya kau kemudian mobil ini. Aku tidak mau terlambat."
"Baiklah Putri Aurora."balasnya dengan usil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ok, CAPTAIN! [selesai]
Novela JuvenilSatria Pramuda, cowok berumur 22 tahun itu memiliki karir yang cemerlang di bidang kemiliteran. Diusianya yang masih terbilang muda, lelaki itu sudah menjabati sebagai seorang Kapten ketika bertugas. Kinan Amarani, cewek berumur 17 tahun itu memili...