Satria.
Kalau ada yang memerintah kamu untuk menjauhiku, lakukanlah. Jangan sekali-kali kau melanggarnya. Karena aku akan melakukannya untuk kita.Kinan mengerutkan dahinya membaca pesan yang dikirimkan oleh Satria. Tidak seperti biasanya, Satria mengirimkan pesan yang menurut Kinan terbilang aneh.
Kinan Amarani
Kamu ini kenapa?Satria Pramuda
Lakukanlah. Ini perintah.Kinan langsung menutup telepon miliknya dengan kesal. Kinan tidak percaya Satria akan mengatakan hal itu kepada dirinya. Bukankah ia berjanji akan memperjuangkan segalanya? Lalu mengapa sekarang malah ia menyerah?
Panggilan masuk dari Satria.
Kinan menggeser layar sentuh handphone nya hingga berwarna hijau. Helaan napas ia terdengar gugup untuk menjawab telepon itu.
"Aku mau kita bertemu. Untuk terakhir kalinya."ucap Satria dengan singkat.
Kinan menganga tidak mengerti. "Untuk apa? Kamu mau kasih aku kejutan kan? Sok-sok serius lagi."
"Ngga, Kinan. Ini serius. Setelah pertemuan ini aku mau kamu menuruti suatu perintah apapun itu. Lakukanlah perintah itu meski kamu tidak ingin melakukannya. Perintah ini adalah perintah yang tidak bisa diwakilkan dan dilanggar."
Kinan tertawa. "Aku bukan prajurit kayak kamu, Satria. Aku tidak bisa diperintahkan."
"Kinan. Aku tidak pernah seserius ini. Jadi kumohon, ikuti alur yang ada. Aku ingin bertemu denganmu yang mungkin untuk terakhir kalinya."
"Kenapa harus terakhir kali? Kau kan sudah berjanji tidak akan mati dan menemui ku jika sudah selesai bertugas." Kata Kinan yang juga masih belum paham.
Satria menghela napas dalam. "Aku tidak sedang membicarakan kata pamit untuk bertugas. Entahlah, Kinan. Rasanya aku sulit mengatakan selamat tinggal."
"Aku akan menemuimu malam ini. Dan setelah kita bertemu, berjanjilah tetaplah disini."
Telepon langsung dimatikan oleh Satria. Sementara Kinan masih bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya. Firasat kinan berkata kalau Lelaki itu akan meninggalkannya terlebih dahulu.
***
Satria menelungkupkan wajahnya usai menelpon Kinan. Seluruh jiwanya seakan ingin menguap begitu saja keudara. Rasa sedih bercampur takut menghinggapi dirinya. Ingin rasanya lelaki itu menangis untuk meluapkan segala rasa sedihnya. Hanya saja ia tidak boleh menangis. Ia harus merelakan semua kenangannya hilang layaknya ombak yang mengambil pasir-pasir pinggir pantai. Satria menghelakan napasnya berat. Mungkin ini adalah pertemuan terakhir yang selalu ia takutkan.
Siang ini ia juga harus melaksanakan perintah dari Letnan Kolonel untuk menjemput Silvia di sekolah tempat ia magang. Itu artinya ia bisa saja bertemu dengan Kinan. Sejujurnya ia tidak ingin menyakiti hati gadis itu. Takdir tidak membiarkan keduanya bersatu untuk melangkah lebih maju.
Terpaksa ia yang harus meninggalkannya. Menyakiti hati gadis itu bagaikan memberikan harapan indah sesaat.
"Saya sudah di depan sekolah, Letnan."ucap Satria dengan tegas.
Mata Satria menangkap seseorang yang tengah berjalan berdua. Kinan dan Raka. Nampaknya kedua orang itu bisa saja bersatu. Raka pun masih mencintai Kinan sedangkan Kinan yang belum sepenuhnya melupakan Raka. Seperti yang dikatakan oleh Raka ataupun Tante Ayu. Satria adalah orang asing. Mungkin Kinan akan lebih mudah untuk melupakan Satria.
Jemari Satria mengerikan beberapa nomor singkat. Ia akan menghubungi Silvia. Suara nada sambung terdengar di telepon milik tentara itu.
"Hallo?"ucap suara lembut disana dengan ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ok, CAPTAIN! [selesai]
JugendliteraturSatria Pramuda, cowok berumur 22 tahun itu memiliki karir yang cemerlang di bidang kemiliteran. Diusianya yang masih terbilang muda, lelaki itu sudah menjabati sebagai seorang Kapten ketika bertugas. Kinan Amarani, cewek berumur 17 tahun itu memili...