27. Kembali Menyakitkan

30.1K 1.6K 3
                                    

Diluar toko buku ini hujan deras. Kinan terpaksa harus terjebak didalam toko yang ramai ini. Kinan tidak menyukai keramaian, oleh karena itu ia sedari tadi menggerutu tidak jelas karena merasakan keadaan yang bising. Menunggu hujan berhenti rasanya tidaklah secepat menunggu hujan datang. Derasnya hujan yang turun membuat Kinan enggan kembali secepat mungkin, meski ada banyak pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan.

Embun yang tercetak di kaca karena udara dingin itu menjadi pusat perhatian Kinan. Kinan yang sering kali iseng menuliskan nama dirinya dengan sesosok lelaki yang bisa saja dikatakan baru hadir di dalam kehidupannya. Rasanya Tuhan memang begitu adil. Ia menghadirkan seseorang yang lain untuk mengobati luka hatinya. Kinan menuliskan nama Satria disana, senyuman manis ia tujukan dengan senang.

Sedetik kemudian senyum itu menghilang berganti rasa rindu. Hampir dua hari Satria tidak memberitahu kabar selama berada di luar negeri. Satria memang ditugaskan untuk menjaga perdamaian dunia sehingga ia terlalu sibuk untuk memberikan kabar. Namun sebagai seorang wanita, Kinan juga ingin tau bagaimana keadaan kekasihnya itu. Ia khawatir jikalau lelaki itu harus kembali berkutat dengan peluru-peluru yang bisa saja membunuh lelaki itu.

Hujan ketika sore hari memang sering kali membuat jalan raya menjadi macet. Untung saja Kinan menaiki angkutan transjakarta untuk menghindari kemacetan itu. Meskipun ia menggunakan angkutan massal, tetap saja ia harus berdesakan dengan puluhan orang yang juga ingin kembali ke rumah. Kinan lebih memilih menunggu hujan reda dan menunggu halte transjakarta di dekat toko buku ini menjadi sepi. Ya setidaknya ia bisa melihat-lihat novel terbaru dari penulis kesukaannya.

"Sendirian ke sini, Kinan?"tanya suara berat yang membuat Kinan enggan menoleh.

Gadis itu masih berpura-pura tidak mendengar ucapan lelaki itu. Kinan lebih memilih memusatkan perhatiannya kepada buku-buku novel yang terpajang.

"Kamu apa kabar, Kinan?"sahur suara itu kembali.

Kinan sebenarnya menoleh dengan malas. Lelaki yang sukses menyakiti hatinya kini kembali. Untuk apa Tuhan kembali mempertemukan ia dengan lelaki ini?

"Saya baik."jawab Kinan dengan singkat.

"Meskipun kisah kita udah ditutup. Aku nggak mau berakhir dengan permusuhan. Jadi coba menerima apa yang sudah menjadi keputusan kita berdua."ucap Raka dengan singkat.

Kinan mengerutkan keningnya emosi. "Keputusan kita berdua? Bahkan kamu sendiri yang mengambil keputusan itu secar egois."

"Aku minta maaf."

Kinan tersenyum singkat. "Setelah lama menghilang kini kamu datang dengan permohonan maaf."

Raka seakan tidak bisa berkata-kata lagi. Ia benar-benar merasakan pedih dengan perkataan Kinan itu. "Karena keputusan itu emang yang terbaik."

Kinan terkekeh pelan. "Terbaik untuk langkah kamu mendekati wanita lain. Ternyata alasan itu masih terpakai disaat perkembangan teknologi semakin maju. Sebuah kalimat yang sering lelaki ucapkan untuk mendapatkan hal baru karena sudah bosan dengan hal yang lama."

Raka kini menarik tangan Kinan agar Lelaki itu bisa melihat wajah Kinan secara jelas. Pasalnya sedari Kinan tidak menoleh kearahnya melainkan kearah lain.

"Haruskah aku berkali-kali mengatakan kalau ini memang yang terbaik? Kita sudah memiliki kehidupan masing-masing. Aku ataupu kamu memang ditakdirkan tidak bisa bersama."

Kinan menatap dingin lelaki yang ada di depannya itu. "Sayangnya saya tidak menerima permintaan maaf yang begitu berlarut-larut."

"Ingat, Kinan. Kita masih bisa berteman meskipun kau begitu dingin terhadap ku."ucap Raka yang melihat Kinan berjalan menjauh dari dirinya.

Ok, CAPTAIN! [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang