23. Adakah Hal yang Lebih Indah?

30.9K 1.7K 15
                                    

Bom berdaya ledak kecil seketika saja meledak. Satria berdecak pelan melihat seorang anggotanya yang tidak sengaja menginjak zona latihan itu. Anggotanya sudah ceroboh dan hampir saja membuat keributan ketika dalam melaksanakan pelatihan di Singapura ini. Satria melirik sekilas kearah anggotanya itu seraya memberikan instruksi untuk teliti dan hati-hati. Bukannya mendapatkan sikap baik dari lawan dalam pelatihan itu, kini Satria beserta tim nya mendapatkan gelak tawa yang menggelegar.

Satria menatap dingin kearah Kapten Negara lain yang terlihat begitu angkuh dan sombong. Satria tidak boleh terpancing emosi hanya karena masalah yang tidak begitu penting. Ia harus menjaga sikap ketika sedang berada dalam pelatihan Negara bersahabat seperti ini.

"Indonesian? HAHA! Loser!"ucap sang ketua Kapten lain yang dengan sengaja memancing amarah Satria.

Satria memutar bola matanya kesal. Ingin sekali ia menghajar kapten dari Negara lain yang angkuh itu. Bahkan sekarang aura wajah Satria berubah menjadi 180 derajat. Satria benar-benar menampilkan wajah dinginnya itu.

"Indonesian! Hello, Kapten! You're so stupid. HAHA."ledek dari anggota Negara itu dengan sengaja. Sedetik itu kemudian, salah anggota yang lainnya melempari sebilah kayu kearah Satria dengan sengaja.

Satria meringis ketika kayu itu menghantam keningnya secara tiba-tiba. Luka cairan darah tercetak disana. Kening Satria terluka karena kayu itu. Satria kini telah menahan rasa sabarnya. Ia tidak bisa lama-lama menahan rasa sabarnya. Satria melempar kembali kayu yang berhasil mengenai keningnya. Namun sayang kayu itu malah meleset.

"HAHA! Kapten Satria. Apa yang diharapkan dari pasukan khusus Indonesia?"kata Kapten pasukan Negara itu dengan sengaja. Bahkan kapten itu berbicara dalam bahasa Indonesia meski sedikit berlepotan.

Satria menatap kearah Kapten Negara lain dengan sinis. Raut wajahnya seakan menandakan ketidaksukaan dengan lelaki itu. Satria melangkahkan kakinya mendekati Kapten itu.

"Bisa berbahasa Indonesia? Baguslah, kalau begitu seharusnya kau bersikap sebagai seorang kapten." Sedetik kemudian Satria melemparkan kembali kayu tadi namun tidak mengenai Kapten yang angkuh itu.

Kapten Negara itu kemudian memukul wajah Satria dengan sengaja. Satria tersenyum dengan singkat. Satria benar-benar membuatnya merasa kesal. Kini ia juga membalas pukulan itu dengan keras. Keduanya terlibat perkelahian yang tidak terhindarkan. Bahkan kedua anggota pasukan hanya bisa terdiam memandangi kedua Kapten nya yang tengah bertikai itu. Luka lebab mulai membekas. Darah mengalir sesekali membuat noda di seragam masing-masing Kapten.

Satria menghela napas panjang. Dirinya benar-benar tidak pernah terpancing emosi seperti saat ini.

"KAPTEN!!! HENTIKAN."teriak anggotanya yang berusaha memperingatkan Satria kalau tidak usah melakukan hal itu.

Satria menoleh kearah suara itu. Namun sebuah tendangan berhasil ia dapatkan yang membuat dirinya menjadi terpental. Satria meringis pelan. Lelaki itu kemudian kembali berdiri untuk memukul lawannya kembali.

"STOP!!!!!"teriak salah seorang penjaga keamanan yang berusaha untuk melerai keduanya.

Satria menghentikan perlakuannya itu. Dia tersenyum sinis kearah Kapten Negara lain itu. Keduanya kemudian diamankan untuk mendapatkan sanksi atas perbuatannya.

"Sersan Aryo, bagaimana dengan nasib Kapten?"tanya anggotanya dengan berbisik.

Aryo menggeleng pelan. "Kedua kalinya ia bertindak ceroboh."

Satria membiarkan kapten dari Negara lain itu berdusta dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kapten Negara itu sengaja memutar balikan fakta yang sudah terjadi. Kasus ini seakan Satria yang menjadi tersangka. Satria bersikap dingin. Sorot matanya seakan memberikan tatapan yang mengerikan. Satria kemudian membiarkan petugas kedokteran tetap melakukan tindakan karena luka di keningnya itu.

Ok, CAPTAIN! [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang