1. Pertemuan

87K 4.1K 101
                                    

"Mampus gue!"gerutu Kinan dengan pelan.

Cewek yang tengah memakai sepatunya hanya sebelah perlahan melemparkan sepatu lainnya dengan sembarangan. Dia tidak mau lelaki yang sedari tadi menatapnya dingin dari jauh itu berkoar-koar memarahinya karena dengan sengaja melempar sepatu. Kinan merapikan penampilan serta rambutnya agar tidak terlihat menyembunyikan sesuatu. Dirinya harus mencari alasan yang masuk akal agar lelaki itu tidak memarahinya. Kinan terduduk dengan menatap arah lain seakan tidak terjadi sesuatu.

Lelaki itu kini sudah berada di depan Kinan. Sorot mata nya penuh dengan tanda tanya seakan ingin mencari siapa pelaku yang sesungguhnya. Kening lelaki itu terlihat memerah karena lemparan sepatu yang begitu keras. Kinan berdoa dalam hati agar Lelaki itu tidak berbicara kepadanya saat ini.

Lelaki memakai baju berwarna hitam lengkap dengan lekukan tubuhnya yang sepertinya pelukable berdehem sejenak. "Kau tau siapa yang melempar sepatu ku ini?"

Kinan menggeleng dengan yakin. Lalu pandangan mata nya diarahkan kearah lain. "Saya tidak tau, Kak!"dusta nya dengan sengaja.

Lalu lelaki itu tertawa secara tiba-tiba. Kinan hanya menaikkan alisnya saja seakan tidak mengerti. "Kau tidak memakai sepatu? Kemana sepatu mu?"

"Bukan urusan anda!"

Lelaki itu kemudian mengeluarkan sebuah pistol dari sakunya. Kinan sukses membeku seketika. Dia mungkin akan terbunuh saat ini juga. "Aku bisa saja menembak pelaku yang melemparkan sepatu ini. Setidaknya jika ia mengaku, aku bisa memaafkan dirinya."

Kinan menelan ludah nya dengan gugup. Lelaki itu dengan terang-terangan membawa sebuah pistol hitam yang akan membunuh nya. "Kau seorang penjahat yang bahkan membawa pistol untuk membunuh? Kau begitu kejam."

Lelaki itu tertawa kembali. Kali ini ia menertawakan Kinan begitu lepas. "Kau bahkan tidak mengenaliku siapa."

Kinan menatapnya seakan penuh dengan tanya. Siapa lelaki yang ada di depannya ini. Usia yang mungkin diatasnya, dengan memakai pakaian serba hitam serta membawa sebuah pistol di kantung celana belakangnya. Tunggu dulu, apakah dia seorang teroris?

"Saya tidak harus mengenal anda."jawab Kinan dengan ketus.

Lelaki itu menaikkan alisnya dengan heran. Gadis ini benar-benar tidak mengenalinya sama sekali. Pemberitaan serta kasus-kasus yang berhasil ia selesaikan tidak cukup diketahui oleh gadis ini?

"Kau benar-benar tidak pernah melihat televisi rupanya."sindir lelaki itu dengan keras.

Hingga akhirnya suara lelaki lain memanggil sebuah nama dengan keras. "Kapten Satria! Dipanggil Letnan Purnomo."katanya dengan keras.

Lelaki itu kemudian memasukkan pistolnya kedalam kantung celana nya. Mata lelaki mengarah ke Sumber suara yang memanggilnya tadi. "Senang bertemu denganmu, Kinan."kata lelaki itu yang sengaja melihat name tag yang tempel di baju seragam milik Kinan.

Gadis itu menyapu seluruh keringat yang membasahi keningnya. Hampir aja ia terbunuh hanya karena melemparkan sebuah sepatu hitam miliknya. Hampir saja ia akan mati karena kesia-siaan atas dasar patah hati sesaat. Untunglah Tuhan masih menyelamatkan dirinya.

Kinan menghembuskan napasnya kasar. "Kapten Satria? Dia seorang prajurit atau seorang tentara?"

***

Satria tengah berkumpul bersama dengan pasukan penjaga keamanan lainnya. Sesekali ia bersenda gurau untuk menghilangkan suasana ketegangan yang ada di sekitarnya. Negara tetangga memang beberapa kali sering tertangkap mengambil kekayaan Indonesia tanpa izin yang menyebabkan Indonesia harus mengalami kerugian sumber daya alam nya. Kali ini ia harus menjalankan tugas barunya dengan baik. Dirinya tidak boleh ceroboh karena hal-hal yang sepele.

Ok, CAPTAIN! [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang