"Kinan, nama lo masuk di daftar yang ikut pelatihan itu. Soalnya nilai lo agak kurang dipelajaran olahraga jadi kena imbasnya deh." Ucap Rani yang membuat Kinan mendengus kesal.
Kinan kembali melanjutkan menyantap semangkuk mie ayam yang sudah ada di depannya itu. Dugaannya benar kalo ia juga dimasukkan ke dalam daftar nama-nama pengikut acara yang menurutnya sangat tidak begitu penting itu.
"Kinan, lo kayaknya akan menghabiskan waktu weekend lo disana deh. Sumpah itu keren bgt!"ujar Rani dengan nada suara berlebihan.
Kinan menjitak kepala Rani dengan segera. "Berisik! Gue males ikut acara gituan. Mendingan gue di rumah tidur sampe puas atau nggak nonton drama korea kesukaan gue."
Rani terkekeh pelan. "Kerjaan lo cuman bisanya gitu doang. Olahraga mager. Gue ajak jalan mager. Gue ajak kesini, mager. Lo itu demennya di kelas dan anteng sama buku-buku lo itu. Itu alasannya kenapa lo gak punya temen. Dan cuman gue yang jadi temen deket lo."
"Beradaptasi bagi gue nggak gampang."
Rani mengangguk mengerti. "Tapi kalo kayak gini terus, satu angkatan gak kenal sama lo, Kinan. "
Kinan menatap Rani sejenak. "Gue nggak mau jadi charming atau apalah di sekolah. Gue dateng sekolah buat belajar dan ngejalanin hingga akhir. Bukan untuk hal-hal yang gak penting."
"Untung lo masih di kenal sama beberapa orang karena sikap lo itu. Jadi masih aman"Celetuk Rani yang mencoba mencairkan suasana.
"Mereka semua kenal gue hanya Kinan anak aneh dan Kinan anak serius. Bukan sebagai teman."ucap Kinan dengan pelan.
"Lo harus merubah cara hidup lo. Biar gak terlalu dibawa serius dan kepikiran."saran Rani dengan benar.
Kinan terdiam membiarkan otaknya menerima kata-kata itu. Rani memang ada benarnya, seharusnya ia tidak terlalu serius sehingga melupakan daerah di sekitarnya. Namun tetap saja ia dianggap berbeda dengan yang lainnya.
Semangkuk mie ayam Kinan sudah ia habiskan. Kini Kinan mulai merapikan mangkuk ia ia pinjam. Matanya mengarahkan Rani agar menemani ia ketempat tujuan lain. Rani menurut, gadis itu menemani Kinan untuk kembali ke kelas. Seperti biasa, Kinan tidak terlalu suka berlama-lama di kantin sekolah. Sedari tadi Kinan tidak hentinya menunggu sebuah pesan masuk. Entah pesan berisikan menanyai kabar atau pesan permintaan maaf. Kinan menantikan itu, namun sama sekali tidak ada.
Masih teringat jelas dua hari yang lalu lelaki itu membatalkan janjinya kembali disaat akan terwujudkan. Lelaki itu pergi setelah menerima telepon, sama seperti sebelumnya. Jujur saja Kinan kecewa karena kejadian itu. Tapi disisi lain ia juga merasa khawatir. Rasa takut jika pertemuan itu adalah pertemuan yang tidak akan pernah terjadi lagi.
Rani menyenggol lengan Kinan dengan sengaja. Sedari tadi Kinan hanya memandang kosong kearah depan seakan memikirkan sesuatu.
"Kinan! Kebiasaan kan. Melamun erus sampe ompong"ledek Rani dengan tertawa kecil.
Kinan terkesiap. "Gak melamun kok."
"Mendingan lo mikirin siapa guru pengganti Pak Cakro. Kira-kira umurnya masih muda atau nggak ya?"
Kinan mendengus malas. "Mendingan gue mikirin Kang chul drama kesukaan gue. Daripada pusing mikirin gituan."
"Yah, Kinan."
Kinan kembali menelungkupkan wajahnya. Mencoba untuk memejamkan mata untuk menghilangkan rasa lelah karena harus berlama-lama menantikan jam pulang sekolah. Sesekali ia melihat kearah Rani yang sibuk menata rambutnya dengan sisir di tangan yang sedari tadi Rani pegang. Kinan tertawa simpul pasalnya Rani selalu saja berdandan seperti itu. Terutama di hadapan kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ok, CAPTAIN! [selesai]
Teen FictionSatria Pramuda, cowok berumur 22 tahun itu memiliki karir yang cemerlang di bidang kemiliteran. Diusianya yang masih terbilang muda, lelaki itu sudah menjabati sebagai seorang Kapten ketika bertugas. Kinan Amarani, cewek berumur 17 tahun itu memili...