Pesawat mendarat di tanah lapang yang luas. Serdadu pasukan khusus berlarian membentuk susunan formasinya masing-masing. Satria mengeratkan peluru nya untuk mendapatkan tembakan yang sempurna. Mata Lelaki itu menajam ketika malam hari. Baginya, sebagai seorang prajurit tidak ada kata lelah. Satria berjalan dengan berjongkok memperhatikan sekelilingnya yang sama sekali tidak ada target. Satria sudah mengira kalau penggerebekan ini bocor. Imigran gelap itu sengaja bersembunyi dengan memasang ranjau.
Menurut informasi yang ia dapat, para imigran gelap itu memiliki persenjataan yang banyak juga koleksi bom yang ilegal. Satria menyipitkan matanya, sepertinya imigran itu mulai memunculkan dirinya.
Satria menginstruksikan anggotanya agar tidak salah jalan. "Hati-hati, perhatikan ranjau yang tersembunyi. Jangan melakukan hal yang ceroboh. Bisa saja bom yang sudah disembunyikan meledak tiba-tiba."
Anggotanya berjaga sembari menunggu instruksi selanjutnya secara langsung dari Kapten. Aryo, rekan yang selalu saja berada di belakang Satria juga berhati-hati. Aryo berdecak ketika melihat Satria yang juga belum memberikan perintah untuk menyerang. Satria masih saja terdiam memperhatikan daerah yang gelap itu.
"Sat, kenapa belum kasih instruksi?"tanya Aryo yang berumur dua tahun diatas Satria.
Satria menginstruksikan Aryo untuk terdiam dan tenang. Jelas saja Aryo langsung terdiam. "Saya sedang mencari celah di dalam kegelapan. Saya memikirkan kondisi tim lain ketika saya menyerang. Bisa saja imigran gelap itu menyerang kita dari belakang dan memanfaatkan keadaan gelap gulita ini. Jadi harus bersabar."
Aryo mengangguk mengerti. Mungkin ia harus bersabar dan mengikuti perintah Kapten dengan baik. "Maaf, Kapten. Saya akan mendengarkan instruksi sebelum bertindak."
Satria mulai mendekati rerumputan tinggi yang membuat dirinya harus menyingkirkan rumput itu agar bisa terlewati. Tanpa ia duga sebuah tembakan berhasil dikirimkan ke arah pasukannya. Satria tersenyum sinis. Setelah sekian lama akhirnya imigran gelap itu menampakkan dirinya. Satria membalas tembakan itu dengan akurat. Peluru itu sukses menancap di dada target. Tidak berhenti di situ saja tembakan juga berlangsung dengan panjang. Tim pasukan yang berada di belakang juga mendapatkan tembakan yang tiada hentinya.
Satria kini sudah berada di tengah berjalan dengan Tima Dirga. Sedangkan Tim Hayu berada di belakang untuk menutup akses imigran gelap menembaki Tim Dirga. Terdengar suara laporan dari tim lainnya yang Satria dengar melalui headset.
"Hormat, imigran gelap sudah beberapa berhasil di lumpuhkan. Serangan yang dilakukan nya berhasil dipatahkan oleh Tim Hayu. Kami berhasil mengamankan senjata api yang mereka gunakan."Ucap anggota yang melapor terhadap Satria sebagai Kapten.
Satria mendengarkan laporan itu dengan baik. Lalu kemudian ia menginstruksikan kembali. "Kalian sudah melakukan yang terbaik. Sekarang tetaplah dalam posisi berjaga untuk menghindari serangan susulan. Saya dan tim Dirga akan merangsek masuk ke dalam."ucap Satria dengan yakin.
Langit pun semakin menghitam. Waktu terus bergulir dengan cepat. Sudah hampir Dini hari Satria memimpin tugas kali ini. Satria menembaki imigran yang menghalangi jalan nya. Sudah tidak terhitung berapa peluru yang ia keluarkan untuk membalas tembakan yang dilakukan dengan sengaja oleh imigran itu. Satria melihat peluru yang hanya tersisa lima butir. Dirinya harus memanfaatkan peluru ini untuk keadaan yang tepat. Jika tidak, ia akan gugur.
"Hands off!"instruksi nya dengan keras.
Satria mendobrak pintu yang diduga menjadi gudang senjata. Belum sempat pintu terbuka, ia mendapatkan tembakan. Untung saja ia berhasil menghindar. Satria memasuki gudang yang gelap itu seorang diri. Dirinya sengaja memerintah anggota yang bersama nya untuk berjaga di depan. Dibukalah peti yang berisikan bom banyak itu. Satria memanggil anggota gegana yang ikut dalam penggerebekan kali ini. Raut wajah tim gegana kemudian berubah menjadi terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ok, CAPTAIN! [selesai]
Teen FictionSatria Pramuda, cowok berumur 22 tahun itu memiliki karir yang cemerlang di bidang kemiliteran. Diusianya yang masih terbilang muda, lelaki itu sudah menjabati sebagai seorang Kapten ketika bertugas. Kinan Amarani, cewek berumur 17 tahun itu memili...