Kinan POV
Akhirnya aku kembali lagi ke negera ini. Kemacetan yang aku rindukan. Suara klakson setiap hari yang jarang aku temui selama beberapa tahun. Antrian penumpang bus yang setiap hari berdesakan. Aku Akhirnya aku kembali menemui hal yang tidak mudah aku temui. Rasanya tidak percaya aku bisa kembali
Ku eratkan peganganku kepada payung berwarna merah ini. Hujan deras turun tanpa memikirkan sesuatu. Kenangan disaat hujan mengingatkan aku tentang seseorang. Mungkin dia sudah tersenyum di dalam dunia yang berbeda. Dunia yang tidak mungkin aku temui untuk saat ini. Namun aku berharap bisa bertemu dengannya meski di dalam mimpi.
Kenangan kecil yang tidak begtu banyak membuat hubungan ku terasa berharga. Rasa kesal sering kali hadir ketika kami dulu menghabiskan waktu berdua. Aku dan Satria Pramuda. Tidak ada yang menyangka jika akan berakhir seperti ini. Kami benar-benar terpisah karena takdir. Lingkaran takdir ku dan dia berbeda. Sehingga aku harus larut di dalam kesedihan yang mendalam.
"Dokter Kinan!"sahut seseorang yang memanggilku dengan keras.
Aku menoleh. Awalnya aku berpikiran kalau ia benar-benar pergi. Namun aku salah. Dia memiliki banyak nyawa untuk menempati janjinya. Dia kembali menemuiku saat ini. Dia menemuiku dengan keadaan hidup bukan mati.
Kupeluk erat tubuh nya dengan kedua tanganku ini. Air mataku kembali menetes. Dia masih bertahan untukku. Untuk memperjuangkan cinta kami berdua.
"Sat... Satria.."lirihku dengan pelan.
Kulepaskan rasa rinduku ini setelah sekian lama. Kupikir aku sedang bermimpi saat ini. Tidak. Aku tidak sedang bermimpi. Aku bertemu dengannya kembali.
"Sudah membaca surat-surat yang aku kirimkan?"katanya dengan lembut.
Aku kini menatapnya dengan dalam. Sebulan sebelum ini, dia memang sering mengirimiku surat. Hanya saja aku tidak membukanya. Aku terlalu takut. Aku takut jika surat-surat itu kembali membawaku ke dalam rasa bersalah.
"Tiga tahun kita jauh akhirnya aku temui jawaban. Kamu masih hidup."kataku dengan senang.
Satria tersenyum pelan. "Ya.. aku masih hidup." Katanya dengan gugup.
"Jangan pergi lagi. Tetaplah engkau disini. Jangan seperti pelangi."kataku dengan mengancam dirinya. Sungguh! Aku tidak ingin kehilangannya lagi.
Kami berdua kembali dipertemukan.
Kami menghabiskan waktu bersama untuk melepaskan kerinduan ini. Rasanya ingin sekali aku menghentikan waktu. Menebus ke masa lalu itu untuk mengulang segalanya. Aku senang jika ia masih hidup. Aku senang jika ia hadir kembali. Jadi, aku tidak perlu menantikan jawaban pasti akan segalanya.Satria mengenggam tanganku dengan erat. Kami akan berkeliling kota hari ini. Katanya, ia akan menghilangkan rasa kesedihanku. Aku tidak menolaknya. Setidaknya, kami akan melakukan hal romantis pasangan lainnya.
"Sat, aku baru tau kalau kamu ada tahi lalat di pipi kananmu." Kataku dengan singkat.
Dia menoleh kearahku. Raut wajahnya kemudian berubah. "Benarkah?"
Aku mengangguk.
"Oh mungkin ini bekas jerawat jadi kayak gini. Tiga tahun adalah waktu yang lama, Kinan."kata Satria dengan singkat.
Aku mengangguk mengerti. "Kita mau kemana?"
"Minum cappucino di kafe biasa."katanya dengan senang.
Aku mengerutkan keningku tidak mengerti. "Bukankah kamu menyukai kopi hitam?"
Satria membeku seketika. Aku melihat wajah gugup di matanya. Dia seakan menutupi sesuatu yang tidak aku ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ok, CAPTAIN! [selesai]
Ficção AdolescenteSatria Pramuda, cowok berumur 22 tahun itu memiliki karir yang cemerlang di bidang kemiliteran. Diusianya yang masih terbilang muda, lelaki itu sudah menjabati sebagai seorang Kapten ketika bertugas. Kinan Amarani, cewek berumur 17 tahun itu memili...