Satria menyusuri tebing yang memiliki terowongan kecil. Langkahnya semakin maju ketika melihat bayangan seseorang yang sepertinya akan berbuat sesuatu. Satria mempersiapkan peralatan tembak seperti pistolnya. Jika keadaan mengancam, ia memiliki pernyerangan yang cukup memadai. Terowongan kecil ini tidak begitu gelap. Terdapat beberapa penerangan yang berasal dari sinar matahari. Belum mencapai tengah dari terowongan, Satria sudah mendapatkan penyerangan. Tembakan gas air mata seakan menjadi peringatan untuknya agar tidak berjalan terlalu jauh.
Satria memejamkan matanya agar gas itu tidak menyakiti mata elangnya. Dikeluarkan masker yang ia bawa. Masker itu ia pergunakan untuk menutupi bau yang cukup menyengat.
"What are you doing here?"tanya Seseorang yang mengangetkan dirinya.
Satria menyembunyikan senjatanya yang ia pegang. "Nothing."
"Indonesian! What are you doing here?"bentak seseorang lain yang sengaja dengan keras.
Satria tertawa sejenak. " Is not your bussines."
"Hands off!"seru Lelaki lain yang kini menodongkan pistol di kepala Satria.
Satria mengangkat tangannya sesuai dengan perintah. Dengan kecerdikannya ia menghajar dua lelaki yang menodongnya itu dengan cepat. Diambilnya tembakan yang membuat lelaki tadi terpaku. Satria berkutat untuk menghajar kedua orang yang sengaja untuk mengancamnya. Satria mencoba untuk membuat lumpuh lawannya namun tidak bisa. Mereka memiliki kekuatan yang begitu besar dibandingkan dirinya.
Satria menyambungkan headsetnya agar terhubung dengan Letnan Kolonel Purnomo yang berada di Indonesia. Meski sulit nyatanya Satria tidak menyerah.
"Hormat. Kabarkan kepada keanggotaan PBB kalau ada penyusup yang memasuki kawasan pelatihan. Banyak korban jiwa yang terenggut. Pasukan Indonesia sudah berhasil diamankan. Laporan selesai."kata Satria yang tidak berharap pesan itu akan dibalas.
Satria menyerah. Tidak ada jawaban.
Perlahan keadaan membaik. Satria menepikan dirinya untuk berkumpul di titik pendaratan. Bergabung dengan pasukan lainnya yang berada disana. Senyuman tergaris di bibirnya. Jika ia memang harus dihukum karena melanggar hukum dan perintah ia menerimanya.
Asalkan tidak ada korban jiwa yang terenggut.
Korban tembak serta tusukan benda tajam berkumpul di titik pendaratan utama. Tim medis dari beberapa Negara bergabung menjadi satu untuk membantu korban luka. Satria berpikir kalau teror ini ada hubungannya dengan penculikan serta penyanderaan yang terjadi di beberapa Negara. Satria berjalan menghampiri tenda Indonesia yang terbangun di sebelah Selatan. Terlihat dengan jelas Kapten Aryo yang tengah tertidur lemas karena luka tembak.
Satria menghampiri Aryo yang sedang dalam keadaan lemah itu. Satria kemudian hormat kepada Aryo.
"Hormat. Sepertinya kasus ini akan bisa di selesaikan asal beberapa Negara mau bekerja sama. Kasus ini sangat berhubungan erat dengan penyanderaan di berbagai Negara. Saya sudah mencoba untuk menghubungi letnan Kolonel Purnomo namun belum ditanggapi. Laporan selesai."Kata Satria dengan tegas dan lantang.
Aryo kemudian tersenyum sejenak."Laporan diterima. Letnan Kolonel Purnomo memberitahuku. Ada kabar baik untukmu, Satria. Lencana ini akan kembali kepada kamu."
Satria menatap Aryo dengan penuh tanya. "Kenapa begitu, Kapten?"
"Tembakan serta gemuruh adalah latihan yang diberikan. Kau berhasil melewati nya dengan baik."
Satria masih bingung dengan semua ini. "Latihan? Lalu, korban tembak dan luka-luka?"
Aryo tersenyum kecil. Ditunjuklah beberapa tentara yang hampir saja gugur. "Ini hanya ujian. Dan kau berhasil melewatinya. Indonesia patut bangga karena kau bisa melewati semua ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ok, CAPTAIN! [selesai]
Ficção AdolescenteSatria Pramuda, cowok berumur 22 tahun itu memiliki karir yang cemerlang di bidang kemiliteran. Diusianya yang masih terbilang muda, lelaki itu sudah menjabati sebagai seorang Kapten ketika bertugas. Kinan Amarani, cewek berumur 17 tahun itu memili...