"Eh dengerin deh. Nanti siang sampai malam bakalan ada kunjungan dari pasukan keamanan khusus gitu. Mereka akan datang ke sekolah kita untuk sosialisasi tentang Cinta Tanah Air. Jadi jangan ada yang pulang dulu."
Baru saja Oki, sang ketua kelas memberikan pengumuman yang membuat siswa atau siswi menjadi malas. Entah mengapa jika mendengar kata 'jangan pulang dulu' semakin membuat orang itu ingin kembali ke rumah daripada menghabiskan waktu gak jelas di sekolah mendengarkan sesuatu yang lumayan penting namun membosankan.
Kinan yang sedari tadi memakai headset kemudian melepaskannya. Kinan yang sepertinya ketinggalan pengumuman itu kemudian hendak bertanya kepada Oki. "Ada acara apaan, Ki?"
Oki menghela napas sejenak."Kalo ada orang ngomong makanya dengerin. Pokoknya nanti jangan pada pulang dulu dan diabsen sama guru. Sekali-kali dengerin apa kata ketua napa." Gerutu Oki dengan kesal.
Seisi kelas kemudian terkekeh. Pasalnya selama menjabat menjadi ketua kelas tidak ada yang mau mendengarkan Oki. Terlebih lagi tugas piket yang kadang membuat sang ketua harus menjalani hukuman karena anak buahnya tidak mau mendengarkan perintah dengan baik.
"Ada bayaran tambahan gak? Kan sekolah udah pake jam bebas kita."celetuk siswa lainnya dengan nada bercanda.
Oki melemparkan spidol papan tulis yang sedari tadi ada di meja guru kearah murid itu. Pertanyaan yang bagi Oki tidak bermutu. "Sekali lagi lo bicara gue lempar pake penghapus."
Kinan yang memperhatikan tingkah ketua kelasnya itu hanya terkekeh. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kinerja sang ketua kelas. Hanya saja penunggu kelas Xii. IPS 3 ini bertingkah semuanya. Terlebih lagi sebagai pelajar SMA tingkat tiga membuat teman-teman nya terkadang malas melakukan apa yang dulu pernah mereka lakukan. Misalnya, piket kelas yang sama sekali tidak pernah lebih dari tiga orang dalam pelaksanannya. Pulang cepat serta les adalah alasan yang sering disalahgunakan oleh penunggu kelas pojokan ini.
Bel istirahat berbunyi dengan nyaring. Kinan mempercepat langkahnya untuk mengantri mie ayam di kantin sekolahnya. Ditemani dengan Rani, gadis itu kini berkutat dengan siswa lainnya. Entah perasaan Kinan saja atau tidak, nampaknya penampilan kantin sekolahnya seakan tertata lebih rapi dibandingkan biasanya. Hiasan bendera merah putih juga digantungkan di dinding kantin sekolah yang membuatnya semakin ramai. Kinan menghela napas sejenak. Sekolah nya selalu saja terlihat harus sempurna ketika ada tamu yang akan hadir untuk berkunjung atau memberikan seminar.
"Kinan! Gue ke tukang bubur dulu yak. Kayaknya gue makan bubur aja deh yang gak rame."sahut Rani dengan berbisik ditelinga Kinan.
Kinan yang mendengarnya langsung menganggukan kepalanya. Dirinya kemudian berdesakan untuk menjadi barisan di paling depan. Kinan berteriak dengan keras menyebutkan pesanannya. Bukannya di dengarkan, ia selalu saja di selak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Kinan merasakan kesal. Untung dia masih berbaik hati.
Kinan menghampiri Rani yang sedari tadi sudah menyantap bubur yang sebelumnya ia pesan. Kinan membanting dengan keras sendok yang ia bawa sehingga memunculkan bunyi keras.
"Kenapa lagi sih, Kinan?"tanya Rani dengan terkekeh.
"Gue antri duluan eh seenaknya aja di ambil sama orang."
"Sabar ae udeh."
Kinan menyantap mie ayam nya dengan nikmat. Suasana kantin dimanapun memang selalu ramai. Tawa serta ledekan terdengar dengan jelas. Kinan buru-buru menghabiskan mie ayamnya dengan segera karena namanya dipanggil oleh wakil kepala sekolah melalui speaker yang tertempel di tembok atas kantin sekolahnya. Kinan mendengus kesal. Setiap kali ia di panggil hanya untuk kegiatan lomba yang membuat dirinya harus berpikir keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ok, CAPTAIN! [selesai]
Teen FictionSatria Pramuda, cowok berumur 22 tahun itu memiliki karir yang cemerlang di bidang kemiliteran. Diusianya yang masih terbilang muda, lelaki itu sudah menjabati sebagai seorang Kapten ketika bertugas. Kinan Amarani, cewek berumur 17 tahun itu memili...