Jealous

2.3K 219 7
                                    

Mark Pov

Aku menunggu pesan yang dikirimnya padaku.

Tapi hasilnya nihil. Tidak ada satu pesan pun yang Chaerin kirimkan padaku.

"Yoon Chaerin. Beraninya kau membuatku khawatir."

Aku mengambil jaket yang tergantung di pintu dan menyambar kunci mobil di atas nakas.

Aku turun dengan tidak sabaran dari tangga.

Eomma pun menganga melihat ku turun dengan tergesa-gesa.

"Ya bocah bisa pelan sedikit turunya?!"

"Mianhae eomma. Aku harus ke rumah Chaerin dulu. Aku khawatir dengannya."

"Kau bahkan mendahului Chaerin dari dirimu sendiri. Jika jarum pendek sudah menunjukan angka 9, pulanglah segera."

Aku langsung melihat arah jam yang bertengger di dinding ruang keluarga.

"Arraseo eomma. Aku akan kembali. Saranghae."

Ku kecup pipi eomma dengan gemas. Eomma terkejut dan memukulku berulang kali.

"Omo anak ini."

Aku masuk ke bagasi dan mengambil mobilku, menghidupkan mesinnya, memasukkan gigi-nya, dan langsung menancapkan gas full.

Perlu 20 menit aku sampai halaman rumah Chaerin.

Aku keluar dari mobil dan mengetuk berulang-ulang rumah Chaerin.

Sial, rasa khawatir ku tidak bisa hilang.

Akhirnya sesosok tubuh yang ku kenal dengan bingung nya melihat wajah ku.

"Neo wae geure? Kenapa sampai berlari begini?"(kau kenapa)

Aku melihat wajahnya penuh amarah.

Seperti ini orang yang ku sangat khawatirkan.

Aku menarik tubuhnya kedalam tubuhku. Seperti slow motion.

Aku langsung mendekap tubuh mungil dan pendeknya.

Aku sangat erat memeluk tubuhnya. Betapa jahatnya dia padaku.

"Kau baik-baik saja? Aku khawatir padamu!"

Ucap ku lembut padanya. Aku sayang padanya.

Aku berjanji akan melindunginya dari semua orang yang akan menyakitinya.

"Gwenchana. Untuk apa kau khawatir, aku bisa jaga diriku sendiri. Kau lupa, aku sudah nonton berbagai drama action."

"Ige mwoya? Kau masih bisa bercanda dan beraninya kau membuatku khawatir."(apa ini)

Chaerin terkekeh. Nafasnya sangat bisa ku rasakan. Aku sangat menikmati momen ini.

"Oppa, lepaskan pelukanmu. Aku tidak enak harus seperti ini terus."

Aku melepas pelukan ku dengan pelan dan melihat wajahnya.

Dia terlihat bahagia. Apa karena aku memeluknya?

"Aku tidak bahagia karena kau memelukku. Aku bahagia karena kau orang pertama yang peduli padaku. Aku seperti orang spesial bagimu."

Aku tersenyum padanya dan menangkup wajahnya, kemudian berkata.

"Kau seperti adik bagiku. Jadi jangan lupa bahwa kau adalah benda berharga yang ku punya selama ku hidup. Aku akan menjagamu. Aku akan tetap di sisi mu. Dan aku akan..."

Rain (FanFiction Lee Taeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang