Late

1.8K 188 16
                                    

Mark Pov

Aku berjalan dan duduk di sofa merah dirumah.

Aku melamun, pikiranku kosong.

Tidak satu kata pun yang ingin ku keluarkan dari bibirku.

Hanya bisa nafas yang mengambarkan semua kekecewaanku.

Aku merebahkan tubuhku ke sofa yang empuk ini.

Aku menangis. Jujur, saat ini aku menangis dalam diam dan hanya memendam perasaan ini.

Rasa sesak di dada cukup membuatku kembali larut dalam kepedihan.

Aku menutup mataku, menghilangkan semua ingatan yang indah. Walau ku yakin itu tidak bisa.

Namun, satu hal yang lembut membelai ku dengan sayang.

Aku membuka mataku dan mendongakkan kepalaku melihat siapa yang membuatku tenang untuk sejenak.

"Anak eomma kenapa menangis? Nilai mu jelek? Belajar yang rajin!"

Aku memperbaiki posisi duduk ku dengan posisi tegak.

"Eomma. Aku sedang sedih. Aku menyesal dengan semua yang ku perbuat. Kenapa aku harus mengorbankan semua ini eomma?"

Isak ku makin menjadi.

Aku makin menyesal dengan semuanya.

"Jangan cengeng. Kau ini anak laki-laki. Kenapa harus menangis. Beritahu eomma apa salah mu!"

"Tapi biarkan aku memberikan eomma pertanyaan."

"Geurae. Apa itu?"

"Jika eomma menyukai seseorang yang benar eomma cintai, eomma akan berbuat apa?"

Eomma berpikir sejenak, untuk memikirkan kata yang akan ia katakan untukku.

"Eomma akan membahagiakan nya bagaimana pun caranya. Walaupun perasaan eomma harus dikorbankan. Selama dia bahagia, eomma juga pasti akan menikmati kebahagian nya. Kenapa kau bertanya itu?"

"Tapi bagaimana dengan perasaan eomma?"

Eomma tersenyum dengan pertanyaan keduaku. Lalu memegang kedua tanganku.

"Eomma yakin, suatu saat nanti dia akan merasakan bahwa cinta eomma melebihi segalanya untuknya."

Aku tersenyum mendengar jawaban eomma.

Aku sedikit terhibur. Walaupun sedikit, tapi aku yakin Chaerin akan tahu perasaanku lebih besar dari Taeyong hyung.

"Jangan-jangan kau menyukai seorang wanita. Siapa dia?"

"Dia... rahasia. Suatu saat   pasti tahu orangnya. Dan orangnya benar-benar cantik eomma."

"Aku tidak ingin punya menantu yang mengalahkan kecantikanku."

Aku tertawa kencang mendengar tutur eomma.

"Aku akan menunggu dia sampai dia sadar bahwa aku selalu ada untuknya."

"Omo... kau membuat eomma merinding. Fighting! Semoga kau bisa mendapatkan cintanya."

Aku tersenyum pada eomma. Menurutku eomma adalah eomma yang terbaik yang pernah ada.

"Mark kau sudah tahu, teman lama appa dan keluarganya akan pindah ke Korea."

"Nugu? Appa-kan ada banyak."

"Keluarga Oh. Kau tidak ingat anak perempuannya."

Aku terdiam, mengingat siapa yang eomma maksud.

Kemudian satu ingatan ku yang menuju satu orang.

Namun, aku tidak yakin orangnya.

"Oh Miso? Miso akan ke Korea?"

Tanyaku syok dengan eomma.

"Em... Miso akan ke Korea. Kau ada teman lagi sepertinya."

Oh Miso.

Dia adalah temanku dari aku berusia 5 tahun.

Miso cerdas, kreatif, cantik, dan sempurna.

Dari sekolah dasar sampai ke sekolah menengah kami selalu bersama.

Namun, Miso harus pindah ke Jerman.

Ayah Miso adalah sahabat dekat ayahku. Mereka bagaikan saudara bahkan.

Jangan salah, aku tidak menyimpan satu perasaan apapun dengan Miso.

Sekedar oppa dan dongsaeng.

Miso sangat ceria, sampai satu orang yang merebut keceriannya dengan merusak semua keinginan Miso.

Miso sangat menyukai pria itu. Pria itu seperti candu bagi Miso.

Miso merelakan semuanya demi pria yang tidak tahu perasaannya untuk siapa.

"Eomma aku akan ke kamar. Aku rasa aku tidak enak badan. Selamat malam eomma."

Aku berjalan ke kamar dan menidurkan tubuh lelahku.

Aku kembali menutup mata mengingat kembali ingat jangka pendek milikku.

Flashback

Aku mencoba menghubungi Chaerin, aku akan menyatakan perasaanku padanya hari ini.

Itu janjiku, aku tidak sabar dengan semua ini.

Saat aku menelponnya, Chaerin berada di Namsan Tower.

Sangat cocok untuk malam ini.

Namun, saat aku menelponnya, Taeyong hyung bertanya dengan Chaerin sedang berada di mana.

Aku lekas memutuskan telpon dengan Chaerin.

Sebenarnya Taeyong hyung ingin apa?

Aku menuju mobil ku yang terparkirkan di bagasi dan tancap gas menuju Namsan Tower.

Saat di jalan, aku khawatir jika aku akan terlambat sampai sana.

Hari semakin kacau. Air dari awan jatuh ke bumi semakin lebat, semakin itu pula aku menginjak gas mobilku.

Aku sekarang ada di Namsan Tower.

Aku keluar dari mobil dan membawa payung untuk melindungi Chaerin dari hujan nantinya.

Aku terus berlari mencarinya.

Sampai akhirnya, aku melihat dua orang sedang dalam satu payung.

Walaupun aku tidak bisa mendengar, aku yakin pria itu sedang menyatakan perasaannya pada wanita itu.

Satu hal yang membuat ku sakit, yaitu saat pria itu memeluk tubuh wanita dengan erat.

Aku berbalik arah. Aku tidak ingin melihat Taeyong memeluk Chaerin disaat seperti ini.

Aku menerobos hujan dengan payungku menuju mobil.

I returned accompanied by remorse that is irreversible.

~To Be Countied~

Hai~~🙋🙋

Ada yang nunggu aku, mungkin sebagiannya ngga ya😔.

Yang setia dengan ff ku siapa? Cintaku seluas Tanah Air ini. 🌱

Yang baca dan menikmati ff ku, cintaku seluas sungai barito ke kalian🌊🌊

Makasih yang udah nunggu. Padahal ini sangat ngawur ceritanya 😳

Tunggu chapter selanjutnya oke😙

Comment 😌

Rain (FanFiction Lee Taeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang