Cukup lo kasih gue luka lama, jangan
kasih gue luka baru lagi,
bahkan luka lama itu belum sepenuhny sembuh.
•Stefany•"Udah sampe neng," ujar sopir taksi.
"Eh iya. Ini," balas Stefany menyeka air matanya dan memberikan uang pada sopir taksi itu.
"Kembaliannya neng," ujar sopir itu sebelum Stefany keluar dari taksi.
"Gapapa, bapak ambil aja," ujar Stefany dan tersenyum.
"Makasih neng," sahut pak sopir itu senang. Lalu Stefany keluar dan masuk ke dalam rumah.
Di ruang tamu Stefany mendengar namanya di sebut-sebut. Karena penasaran dia pun mendekati suara tersebut.
"Bagaimana kalau Stefany saja, pa?" suara Lucy membuat Stefany mendelik. Apa nya yang bagaimana?!, batin Stefany.
"Boleh juga. Daripada perusahaan kita bangkrut," ujar roland.
Perusahaan?! Bangkrut?! Apa hubungannya itu dan dirinya?!
Stefany semakin penasaran dengan arah pembicaraan orang tuanya.
"Ga, pa! gue ga setuju," bantah Nathan.
"Kamu ga usah ikut campur. Ini urusan papa dan mama!" bentak Roland.
"Gue berhak ikut campur karena ini masalah keluarga!" bantak Nathan lagi.
"Diam kamu Nathan!!" bentak Roland sambil menatap nathan dengan tatapan elang. Nathan pun bungkam, dia tidak mungkin melawan papa nya itu.
"Ya sudah, kalau begitu lusa kita tandatangani perjanjian itu." ujar Lucy.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are The One
Teen Fiction[Completed] Gue gatau lagi apa yang terjadi ke gue kalo dia ga ngorbanin nyawanya buat gue. Harusnya lo ga perlu ngelakuin itu buat gue. Tapi sekarang gue ngerti. Lo bener-bener sayang gue. Sorry, gue sempet ga percaya ke lo. Dan sekarang gue nyesel...