Gue pingin lo cerita ke gue.
Segitu susahnya bersikap terbuka ke gue?
•Kevin•STEFANY POV
Kakiku lemas mengejar Kevin yang telah menjauh. Sungguh, aku ga pernah bermaksud menyembunyikannya dari Kevin, aku hanya belum siap bercerita padanya. Sepertinya Kevin sangat kecewa bahkan marah padaku. Aku tau ini salahku. Dengan bodohnya aku tidak menolak pelukan dari Dave.
'Lo bodoh, Stef.' gumamku sambil menonjok tembok yang tak bersalah.
Dengan kekuatan penuh aku berusaha berdiri dan berjalan menuju parkiran. Aku yakin Kak Nathan pasti belum pulang. Jadi kuputuskan menunggunya di parkiran.
Selang 10 menit, Dave tiba-tiba datang. Aku sangat benci cowok didepanku ini. Aku tau dulu dia tidak bermaksud, tapi dia sembarangan memelukku bahkan juga tak berusaha memberi penjelasan pada Kevin tadi. Aku sungguh muak melihatnya.
"Stef," panggilnya. Tapi aku tak menoleh sedikitpun. Mataku terus mencari keberadaan Kak Nathan.
"Stef, sorry.. Lo pasti makin benci sama gue. Tapi lo tau? gue akan buktiin ke lo kalo gue masih sayang sama lo." ujar Dave panjang lebar yang sama sekali tak kuhiraukan. Aku hanya mengacuhkannya dengan pura-pura merapikan seragam yang jelas sudah rapi.
"Stef, lo dengerin gu-" ujar Dave terpotong saat kulihat Kak Nathan kembali dari extra basketnya dan aku langsung berteriak.
"KAK NATHAN.. CEPETAN DONG, LAMA AMAT!!" teriakku.
Kak Nathan menoleh ke arahku, lalu berpamitan -apaan eh- pada teman-temannya untuk duluan dan langsung berlari menuju tempatku.
"Kok lo nungguin gue? Bukannya tadi bareng-" ucapan Kak Nathan terpotong saat menyadari ada Dave disitu. Kak Nathan menatap Dave tajam. Tangannya sudah mengepal. Kak Nathan sedang emosi saat ini, aku tau itu. Dengan cepat ku raih tangan Kak Nathan dan berbisik, "Jangan hajar dia, Kak."
Kak Nathan yang hampir melayangkan sebuah tonjokan pada Dave tidak jadi dan menoleh padaku.
"Kenapa lo ngelarang gue buat hajar dia?! Udah jelas-jelas dia ninggalin lo tanpa alasan dan sekarang dia tiba-tiba muncul?!" ujar Kak Nathan naik satu oktaf.
"Udah kak, gue jelasin nanti. Ayo pulang...." Ujarku lembut berusaha meredam emosi Kak Nathan. Aku menarik Kak Nathan sekuat tenaga agar dia bergerak menuju pintu mobil lalu aku masuk ke dalam mobil. Kak Nathan tetap menatap tajam ke arah Dave, seakan Dave adalah buruannya. Sebelum akhirnya Kak Nathan masuk dan melajukan mobilnya meninggalkan sekolah.
Selama perjalanan, tidak ada yang mengeluarkan suara. Aku hanya menghembuskan nafas berat. Ga biasanya Kak Nathan diam kalo lagi di mobil. Pasti ada aja keramaian, entah itu menggangguku, menggodaku, tapi kini Kak Nathan hanya diam dalam pikirannya.
"Kak," panggilku pelan.
"Hem," sahutnya. Tuh kan, Kak Nathan kenapa sih, kalo aku panggil ga pernah jawabnya singkat gitu. Kecuali kalo lagi marah sih.
"Kak Nathan masih marah ya gara-gara gue ngelarang Kak Nathan buat ngehajar Dave?" tanyaku hati-hati padanya.
"Enggak, ngapain gue marah sama lo,Stef. Gue cuma kesel Dave deketin lo." jawab Kak Nathan dengan senyum meneduhkan di wajahnya.
"Syukurlah, jangan diemin gue dong kak." ujarku dan mengerucutkan bibirku.
Kak Nathan hanya terkekeh. Tiba-tiba Kak Nathan mengagetkanku dengan pertanyaannya.
"Oh ya, kok lo ga bareng Kevin? Bukannya tadi pagi lo bareng dia?" tanya Kak Nathan.
"Eh-- itu kak.. Kevinnya.. lagi ada perlu.. ya ada perlu." jawabku terbata-bata. Ga yakin Kak Nathan bakal percaya ucapanku. Aku ga pandai bohong. Dan Kak Nathan selalu tau jika aku bohong padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are The One
Teen Fiction[Completed] Gue gatau lagi apa yang terjadi ke gue kalo dia ga ngorbanin nyawanya buat gue. Harusnya lo ga perlu ngelakuin itu buat gue. Tapi sekarang gue ngerti. Lo bener-bener sayang gue. Sorry, gue sempet ga percaya ke lo. Dan sekarang gue nyesel...