Part 30

2.6K 126 10
                                    

Gue bakal nyelametin lo, apapun caranya. Sekalipun nyawa gue taruhannya gue ga peduli.
•Dave•



Kevin mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Banyak yang membunyikan klakson karena Kevin ugal-ugalan. Dan Kevin ga memperdulikan itu. Saat ini yang terpenting adalah Stefany. Dia terlihat kacau. Alisnya mengerut berpikir. Sesekali mengusap wajahnya kasar.

Hingga saat sudah sampai. Kevin segera berlari ke ruang UGD. Dilihatnya Nathan dan Levine yang duduk di depan ruang UGD dengan penampilan kacau.

"Ada apa dengan Stefany? Gimana bisa kecelakaan?!" seru Kevin pada Levine.

"Entah, yang gue tau dari polisi, Stefany kecelakaan karena balapan. Dan remnya blong. Tapi, Dave menabrak Stefany agar mobilnya berhenti. Dan sekarang Dave juga ada di ruang UGD. Tapi beda rumah sakit. Orang tuanya yang memutuskan untuk beda rumah sakit." jelas Levine.

"Gimana bisa blong?! Apa dia ga ngecek mobilnya?!" seru Kevin frustasi.

"Gatau." ujar Levine singkat.

Napa lo masih balapan sih Stef, batin Kevin.

"Kita lagi nunggu Aldo temen Stefany. Dia bilang dia mau cerita kenapa rem Stefany bisa blong." ujar Levine. Kevin tak menjawab hanya mengacak-acak rambutnya. Sedangkan Nathan masih shock dengan apa yang terjadi.

Setelah itu mereka hanya diam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga Aldo, teman Stefany datang. Mereka segera mendekati Aldo.

"Kenapa rem Stefany bisa blong?"

"Masa lo ga ngecek mobil dia dulu sebelum balapan?"

"Napa lo ga ngelarang dia sih,"

Mereka menyerbu Aldo dengan pertanyaan mereka. Aldo menghembuskan nafas berat.

"Gue udah larang dia, tapi dia tetep keukeuh minta balapan. Dan soal ngecek itu, udah temen gue cek tapi ga ada yang salah. Dan rem blong itu, karena Nael pake cara curang. Entah gimana cara mereka bisa buat curang kayak gitu, tapi mereka bilang itu kesalahan karena tiba-tiba alatnya error." jelas Aldo menjawab pertanyaan mereka.

"Apa lo bilang? Nael yang buat rem Stefany blong?" tanya Kevin.

"Iya,"

"Gue harus kasih pelajaran ke dia." ujar Kevin seraya berjalan berniat menemui Nael di tempat balapan.

"Jangan Vin, Stefany ga bakal suka kalo kita pake kekerasan." cegah Nathan menahan tangan Kevin.

"Tapi dia udah buat Stefany kayak gini?! Lo sebagai kakak ga pingin ngasih pelajaran ke Nael?!" bantah Kevin.

"Jelas. Gue bahkan pingin bunuh tuh Nael sekarang juga?! Tapi gue ga mau ngelakuin hal yang sama. Gara-gara emosi gue dulu, Stefany kacau setiap hari karena gue ngelarang Dave buat nemuin dia sebelum dia pergi ke luar negeri. Dan sekarang gue mau Nael sendiri yang kesini dan minta maaf." ujar Nathan penuh penekanan.

"Tapi ini beda. Stefany diambang kritis Nath?!" seru Kevin.

"Udah Vin, kita semua juga emosi sekarang. Tapi lo harus bisa ngontrol emosi lo. Sekarang, kita harus ada di samping Stefany terus." ujar Levine menengahi.

Kevin mengusap wajahnya kasar. Emosinya mencapai ubun-ubun. Dia pingin banget ngehajar Nael sampe mampus. Tapi gara-gara ucapan Nathan dia menahan emosinya yang memuncak itu.

Akhirnya mereka memilih duduk di bangku sambil menunggu dokter keluar.

Tiba-tiba Dokter Ryan datang dengan wajah paniknya. Dia menemui Nathan yang memejamkan matanya.

You Are The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang