Part 28

3.2K 178 36
                                        

Gue emang ga tau alesan lo ngakhiri hubungan ini, tapi gue yakin lo sembunyiin sesuatu dari gue.
•Kevin•


Pagi ini aku sudah di perbolehkan pulang. Aku pun langsung melesat ke sekolah. Aku harus hati-hati mulai saat ini agar tidak kecapean.

Aish, bagaimana mungkin orang begidakan jadi diem. Impossible.

Aku berjalan di koridor yang masih sepi karena masih terlalu pagi. Udaranya masih sangat segar. Rasanya jadi tenang. Disaat aku sedang menikmati segarnya udara pagi, seseorang menepuk bahuku.

"Stef," ujarnya. Aku pun menoleh ke sumber suara.

"Kevin?!" kagetku. Ternyata Kevin. Astaga, apa yang mau dia lakukan?

"Maaf, gue harus ke kelas," ujarku cepat dan melangkah pergi. Tapi tanganku di cekal olehnya.

"Stef, gue gatau kenapa lo minta putus, tapi gue ga peduli alasan lo. Gue cuma mau bilang, gue ga akan pernah mau putus sama lo. Lo tau kan kalo gue sayang banget sama lo?" ujar Kevin membuatku bungkam.

"T-tapi Kevin, gue.."

"Sshh, gue mohon sama lo Stef, gue mohon cabut kata-kata lo kemaren. Gue ga bisa tidur semaleman buat mikir apa kesalahan gue sampe lo mutusin gue. Lo buat gue gila Stef." sela Kevin sambil mengacak rambutnya.

Ya. Kevin terlihat sangat kacau pagi ini. Kantung mata yang menghitam, rambut berantakan, dan seragam yang ga rapi. Maaf, maaf udah buat kamu bingung Vin. Tiba-tiba air mataku menetes perlahan. Aku segera menyekanya.

"Maaf, maaf banget Vin. Tapi, lo harus cari pengganti gue. Gue.. Udah ga sayang sama lo," tiba-tiba kata-kata itu meluncur lewat bibirku.

Sial, bagaimana mungkin gue mengatakan itu? Gue bohong Vin, gue bohong. Maafin gue. Maaf gue harus bohong ke lo. Ini yang terbaik.

Kevin menganga lebar. Matanya menatapku tajam. Seakan mencari kebohongan di mataku. Kuharap dia tidak tau kalau aku bohong.

"Apa lo serius Stef?" ujar Kevin dingin dan datar. Aku tau dia pasti kecewa.

"Ya," balasku dan menunduk.

"Gak, gue ga percaya. Gue ga percaya Stef, gue tau lo bohong." ujarnya sambil mengusap wajahnya kasar.

Jujur aku ga tega ngeliat Kevin gitu, tapi gimana lagi. Aku ga tau harus apa.

"Gue... pergi dulu." ujarku dan berlari meninggalkan Kevin.

"GUE TAU LO BOHONG STEF, GUE GA BAKAL PERCAYA OMONGAN LO TADI!!" teriak Kevin yang sempat kudengar.

Aku berlari dan masuk ke toilet dan menguncinya. Aku menangis dalam diam. Hatiku sakit, sesak, perih. Aku ga mau melakukan ini tapi apa yang bisa kulakukan selain melakukan ini?

Setiap air mata yang keluar itu mewakili perasaan bersalahku. Kalau begini caranya aku ga bakal bisa tenang. Oh God , apa yang mesti gue lakuin?

Kevin ga mau ngejauh dariku. Dia malah semakin mendekat kepadaku. Apa yang harus kulakukan agar dia bisa menjauh dariku?

Ah aku baru ingat, apa aku harus membuatnya benci padaku? Haruskah aku jalan sama Dave agar dia cemburu dan marah padaku? Ya. Itu satu-satunya cara biar Kevin nyerah sama aku.

Dengan begitu, aku ga terlalu sedih saat aku pergi nanti.

Aku pun menghapus bekas air mataku dan keluar dari situ. Aku segera mencari kelas Dave. Tepat di depan kelasnya, kulihat Dave sedang bergurau dengan teman cowoknya. Saat dia menoleh ke arahku, aku mengisyaratkan untuk segera keluar. Dia pun beranjak dari bangkunya dan menemuiku di deoan kelas.

You Are The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang