Part 21

4K 221 28
                                    

Jujur. Sebenernya gue ga bisa marah ke lo. Semakin gue marah, semakin hati gue sakit juga.
•Kevin•

KEVIN POV

Setelah kejadian Stefany menemuiku di cafe, aku tidak bisa tenang. Pikiranku selalu melayang ke Stefany. Bisa saja aku memaafkannya tadi, tapi melihat dia tidak bergeming saat Dave memeluknya sungguh membuat hatiku sakit. Mungkin ini lebay, tapi aku berani sumpah itu sangat menyakitkan. Hatiku dibakar api cemburu. Hingga aku ga bisa berfikir jernih.

Malam ini aku duduk di balkon kamar sambil menatap bintang di langit. Banyak pertanyaan di otakku.

Apa dulu Stefany dan Dave sangat dekat?

Apa Stefany masih memiliki perasaan pada Dave?

Berapa lama mereka bersama?

Dan masih banyak lagi. Kuraih ponselku di meja dan mengetik pesan.

Kevinjs Hoi

Tidak lama setelah itu ponselnya bergetar tanda pesan masuk.

Rivandd Oi bro, watsap?

Kevinjs Watsap2 ga bisa inggris gausah sok.

Rivandd Yaelah bro, ada apa? Kok keliatannya bedmud gitu.

Kevinjs -_- iya nih gue lagi bingung.

Rivandd Bingung napa?

Kevinjs Gue bingung, disatu sisi hati gue sakit ngeliat Stefany pelukan dengan Dave, tapi disisi lain gue ga tega ngeliat Stefany sedih. Arrgghh..

Rivandd Sabar bro, lo mantepin hati lo dulu , gue tau lo butuh waktu buat sendiri.

Kevinjs Hm okelah bro thanks sarannya.

Rivandd Wokehh

Setelah cerita ke Rivan gue agak lega. Well, meskipun kita cowok, kita juga ada saatnya dimana saling curhat. Dan itu sedikit membantu.

Malam ini aku tak bisa tidur memikirkan Stefany terus. Aku khawatir padanya. Aku tau betul Stefany meskipun belum lama mengenalnya. Tapi sifat Stefany mudah ditebak. Dia akan meluapkan amarahnya pada sebuah kegiatan. Apa dia balapan malam ini?

Pikiran itu berputar-putar di otakku. Hingga membuatku frustasi. Ingin sekali meneleponnya, mendengar suaranya yang menenangkan. Tapi kuurungkan. Aku kan lagi marah -mode on-. Akhirnya aku berusaha agar terlelap.

☀☀☀

Setan apa yang merasukiku, yang jelas aku berangkat sangat pagi hari ini. Aku segera memarkirkan mobilku. Setelah itu turun menuju ruang ekskul basket. Karena sekolah masih sepi kuputuskan untuk ke ruang ekskul saja. Itung-itung olahraga pagi.

15 menit sudah berlalu, lumayan olahraga pagi, keke. Aku mengembalikan bola basketnya lalu mengambil tasku dan keluar. Ku kunci ruang ekskul basket. Yaps, kebetulan hari ini aku yang membawa kuncinya.

Setelah mengunci, aku berbalik menuju kelas. Aku hendak melangkah menuju kelas tetapi ku dengar sebuah suara memanggilku, "Kevin, tunggu-"

Mataku menyapu sekeliling mencari sumber suara, ternyata Stefany sedang berlari ke arahku. Ada yang aneh, kenapa dia terlihat pucat? Segera kutepis pikiran itu dan mengubah tatapanku menjadi dingin. Sungguh aku ga tega sebenarnya, tapi ah sudahlah.

You Are The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang