Part 25

3.3K 178 15
                                    

I know there's sunshine beyond that rain
I know there's good time behind that pain.
•Stefany•

"Kevin awaassss!!!" teriakku sambil berlari ke arahnya.

Langsung ku tangkis dengan tanganku. Tapi tetap saja tanganku ga sekuat kayu itu. Hingga kayunya mengenai tanganku juga lenganku.

BUGH.

Itu sangat sakit. Jelas banget kalo cowok itu memukulnya dengan kekuatan penuh. Mungkin tanganku akan retak. Sial, itu sangat sakit. Tapi, setidaknya ga kena Kevin. Jika aku ga menolong Kevin, mungkin akan mengenai kepala Kevin. Syukurlah hanya tangan dan lenganku.

"STEFANY?!" teriak Kevin, Levine, Kak Nathan dan Dave bersamaan.

"Gue ga apa-apa," ujarku pelan sambil menekan tanganku yang kena kayu itu.

Kak Nathan langsung menghajar sampai habis cowok yang membawa kayu tadi. Aku ga tega sebenernya, tapi rasain tuh. Itu akibatnya macem-macem sama aku.
Kulihat, semua temen cowok tadi pada tepar, terkulai tak berdaya.

"Udahlah, mereka udah k.o mending kita pergi dari sini." ujarku.

"Ya," ujar mereka bebarengan.

Lalu kami keluar dari rumah kosong itu. Kevin membantuku berjalan. Kakiku sakit, sakit banget. Apalagi tangan dan lenganku. Rasanya badanku remuk. Sakit sana sini. Aku memegang sudut bibirku. Darah. Sudah ku tebak, karena tamparan tadi sangat keras. Aku segera mengelapnya.

"Kamu yakin gapapa Stef?" tanya Kevin khawatir. Aku tersenyum dan mengangguk.

"Lengan lo pasti sakit banget kan?" tanya Kak Nathan sambil mengelus lenganku.

"Sakit, banget kak.. Sial. Itu tadi kayu. Bukan tangan." seruku meratapi lenganku yang rasanya copot ini. Besok pasti memar.

"Tau kok Stef, kalo sakit. Sapa yang ga tau dipukul kayu itu sakit," sahut Levine lalu tertawa sambil memegangi perutnya.

"Galucu," balasku sambil memutar bola mata malas.

"Sapa yang ngomong lucu?" sahut Dave. Astaga, aku baru ingat ada Dave disini. Ish, jadi canggung. Bagaimana pun aku harus berterima kasih padanya sudah membantu menolongku.

"Ga ada si," balasku dan tersenyum kikuk serta menggaruk tengkukku yang tak gatal.

"WAHAHAHA," tawa mereka sontak membuatku malu. Pipiku panas, sial aku malu bangetsss.

"Berhenti!" seruku membuat mereka terhenti tertawa dan menaikkan alisnya sebelah.

"Dimana komikku?!" teriakku pada mereka.

"Entah?" sahut Levine acuh.

"Gue ga tau," ujar Kak Nathan sambil mengacungkan dua jari.

"Aaarrgh, ga mungkin ilanggg, gue habis banyak buat beli komik itu, huuah... Ada yang limited edition juga!!" racauku.

"Hei. Komik lo aman Stef, ada di motor gue. Gue mengambilnya sebelum kita keluar tadi," sahut Dave nyengir.

"BENERAN?! Ihh, lo pinter banget si. Makasih Dave!" ujarku tanpa sadar sambil menggenggam tangannya.

You Are The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang