Part 32 [end]

6.2K 233 51
                                    

Maafin gue ga bisa jaga lo lagi.
Maafin gue ga bisa di samping lo lagi. Tapi, gue bakal selalu ada di hati lo.
•Dave•

STEFANY POV

Hari ini aku udah di perboleh kan pulang. Seharusnya ini jadi hari terbahagia di hidupku karena aku sudah sembuh. Tapi, justru ini menjadi hari tersedihku karena mengetahui Dave sudah ga ada di sini.

Dave ninggalin aku.

Sudah 1 minggu sejak aku sadar aku selalu menangis. Kak Nathan dan yang lain ga bisa nenangin aku. Aku akan marah-marah jika mereka berani menenangkanku.

Apa mereka tidak merasa bersalah Dave memberikan ginjalnya untukku bahkan di detik-detik terakhirnya.

Apa mereka tidak merasa tidak enak karena gara-gara Dave aku jadi sembuh total.

Aku rasa mereka tidak merasa begitu. Hanya aku yang merasakan itu.

Setiap hari aku berpikir. Mengapa Dave rela mengorbankan nyawanya demi aku? Kenapa harus dia yang pergi? Kenapa bukan aku aja? Dengan begitu, aku ga perlu merasa bersalah sepanjang hidupku.

Ingin rasanya meminta Dokter Ryan untuk mengambil ginjal yang memang seharusnya bukan untukku. Aku ga pantes dapetin ginjal ini dari cowok yang sangat baik sama aku. Yang selalu nyelamatin aku dari apapun.

Tapi gimana lagi? Dave akan sangat sedih jika aku tidak menerima apa yang dia berikan. Setelah dipikir-pikir​, aku rasa itu bukan pilihan yang baik. Yang terpenting sekarang, aku harus menjaga ginjal ini baik-baik. Karena ini milik Dave.

Aku ingin menangis lagi. Tapi aku menahannya sekuat tenaga sambil menggigit bibirku. Aku gamau Kak Nathan semakin frustasi melihat keadaan yang sangat kacau.

Cukup aku membuatnya frustasi karena memikirkanku saat kecelakaan dan koma. Cukup itu saja. Aku ga mau ngebuat Kak Nathan sedih dan kacau karenaku lagi.

Cukup aku menyusahkan orang-orang disekelilingku. Aku tidak akan menyusahkan mereka lagi. Tidak akan.

"Stef lo baik-baik aja kan? Lo ngelamun?" tanya Kak Nathan menyadarkanku dari lamunan.

Yah, sebenarnya kami dalam perjalanan pulang. Aku duduk disebelah Kak Nathan yang sedang menyetir. Sedangkan Jessy dan Levine di belakang.

Sedari tadi mereka hanya diam. Mungkin merasa tidak denganku jika mereka rame sendiri. Padahal aku tidak memperdulikannya. Aku pun menoleh ke Kak Nathan sambip menggelengkan kepalaku pelan.

Sejak saat itu aku tidak pernah mengatakan apapun. Aku hanya diam. Mereka yang mengajakku bicara hanya kubalas dengan anggukan dan gelengan. Tidak ada niat untuk berbicara. Aku sedang ingin mengobrol dengan siapapun. Aku tau mereka pasti sangat khawatir karena aku ga ngomong apa-apa. Sayangnya aku terlalu malas untuk peduli soal itu.

Lagi-lagi aku menatap keluar jendela. Aku hanya melihat bangunan-bangunan tinggi dan padatnya jalanan. Setelah itu pandanganku kosong lagi.

Terbesit pikiran tentang kenanganku dan Dave dulu. Saat kami masih bersama. Aku sangat menyesal. Sangat-sangat menyesal. Andai aku tau, aku ga akan ninggalin Dave. Aku akan selalu bersamanya. Tapi ini semua memang salahku yang terlalu egois.

Stef, aku sayang kamu. Dan selamanya akan begitu.

Tiba-tiba ingatan lama itu terbesit di otakku. Aku tau Dave. Sekarang aku tau kamu benar-benar mengatakan itu padaku. Bahkan kamu sudah membuktikannya padaku.

"Stef, ayo turun." ujar Kak Nathan menyadarkanku. Aku segera keluar dari mobil dan masuk ke rumah.

"Stef, mau gue temenin?" tanya Jessy sambil menatapku sendu.

You Are The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang