Part 19

4.8K 221 26
                                    

Untuk saat ini, maaf, gue belum bisa cerita ke lo tentang dia.
•Stefany•

AUTHOR POV

"Dia itu..."

"Ini pesanannya," ujar pelayan yang membawa pesanan Stefany dan Kevin.

Stefany menghembuskan nafas lega. Kedatangan pelayan itu sungguh membantu Stefany, setidaknya dia tidak jadi mengatakan sebenarnya.

"Selamat Makan!!" ujar Stefany riang dan melahap makanannya.

Kevin hanya menggelengkan kepalanya dan memakan makanannya. Selama itu, hanya hening yang menemani.

10 menit sudah berlalu, Stefany dan Kevin telah mengakhiri acara makan mereka.

"Duh, kenyyyaaanggg.." ujar Stefany.

"Yakali udah makan segitu banyak masih laper, honey." sahut Kevin disertai kekehan.

"Hehe, pulang yuk." ajak Stefany.

"Oke, bentar gue bayar."

"Kalau gitu, kutunggu di parkiran ya?" usul Stefany.

"Hem, iya deh. Jangan pergi kemana-mana, honey." ujar Kevin dan melesat ke kasir.

Stefany pun keluar dari kafe dan menuju motor Kevin. Sambil menunggu, Stefany memainkan ponselnya. Lalu, ponsel Stefany bergetar tanda pesan masuk.

From : 0857********

Lihat belakang, Stef.

Membaca pesan itu, Stefany bergidik ngeri. Nomor tak dikenal? Menyuruhnya menoleh ke belakang lagi?! Dengan hati-hati Stefany menoleh ke belakang.

Tidak ada siapa-siapa disana, tanpa sengaja matanya menuju bawah pohon. Disana ada DAVE?!

Stefany menganga terkejut. Dengan reflek dia menutup mulutnya.

"DAVE?? Ada apa dia disana?" gumam Stefany agak keras.

Lalu Kevin menepuk bahu Stefany.

"AAAAAA......" teriak Stefany sambil menutup matanya.

"Hei, hei, ini aku Kevin." ujar Kevin panik sambil mengguncang bahu Stefany.

"Kevin? eh- sorry hehe.." ujar Stefany saat melihat ternyata memang Kevin.

"Kamu kenapa?" tanya Kevin khawatir.

"Gapapa, udah ayok pulang." ujar Stefany sambil mendorong-dorong tubuh Kevin yang sama sekali tak bergeser.

"Iya,iya, yaudah yok pulang." ujar Kevin sambil mengelus kepala Stefany dan menaiki motornya.

Selama perjalanan, hati Stefany was-was. Dia sama sekali tidak tenang. Pikirannya selalu tertuju pada Dave. Berulang kali Stefany melupakan kejadian tadi, tapi tidak bisa. Terlalu sulit memang untuk melupakan orang yang pernah singgah di hati, dan itu membutuhkan waktu yang lama.

'Lupain Dave, Stef.' batin Stefany berulang kali.

Tidak lama kemudian, mereka telah sampai di rumah Stefany. Stefany pun turun. Seulas senyum menghias wajah cantiknya. Meskipun itu fake smile.

"Mau mampir dulu?" tanya Stefany.

"Engga, lain kali aja ya," jawab Kevin pelan dan lembut sambil mengelus kepala Stefany.

"Oh, oke. Aku masuk dulu ya." ujar Stefany.

"Iya," balas Kevin dan terkikik pelan.

"Yaudah, sana pulang."

You Are The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang