Part 22

3.6K 220 23
                                    

Gue sadar, hidup di dunia nyata emang ga semulus di dunia khayalan.
•Stefany•

Cahaya mentari memasuki kamar Stefany lewat celah-celah jendela. Suara burung berkicau mengawali hari yang cerah ini.

Stefany masih tertidur dengan tenang dan damai. Ia sedang berkelana di dunia mimpi. Hingga suara alarm memenuhi ruangan, Stefany menggeliat di kasurnya dan mematikan alarm itu. Tanpa membuka mata, Stefany kembali memposisikan tubuh nya se-PW mungkin lalu melanjutkan tidurnya.

"STEF, BANGUN.. LO GA MAU TELAT KAN? UDAH JAM BERAPA INI?!" teriak Levine sambil menggedor-gedor pintu kamar Stefany.

Stefany menggeliat lalu bangun dari tidurnya. Dia mengerjapkan matanya berulang-ulang membiasakan matanya dengan cahaya yang masuk melalui celah-celah.

"Iya, gue udah bangun." balas Stefany dengan suara serak akibat nangis semalaman.

"Cepet turun. Gue anter lo." ujar Levine.

"Ga-"

"Ga ada penolakan." sela Levine cepat dan meninggalkan Stefany.

"Huft, Levine apaan sih," gumam Stefany sambil melirik jam weker di nakasnya.

"WHAT THE FVCK! UDAH JAM 7!! SHIT!" teriak Stefany langsung berlari ke kamar mandi.

Karena Stefany keturunan the flash, dia tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk memoles diri. Cukup dengan bedak tipis. Tidak lupa memakai kacamata yang digunakannya untuk menutupi mata sembabnya, well meskipun itu tidak berpengaruh. Dengan tergesa-gesa Stefany menuruni tangga. Kali ini dia merutuk dirinya sendiri karena memilih kamar lantai atas.

Tangga sialan.

Di ruang tamu, Levine sudah siap dengan kaos dipadu kemeja dan jeans. Tampak cool. Tanpa banyak bicara, Stefany menarik Levine keluar untuk mengantarnya. Levine yang ditarik hanya menurut saja disertai senyum mengembang.

"Cepet!" seru Stefany.

"Sadar mbak kalo udah telat banget?" sindir Levine disertai kekehannya.

"Bodo. Cepetan." perintah Stefany.

"Iya, iya.." ujar Levine lalu menaiki motornya.

Stefany meraih helm yang diberikan oleh Levine. Lalu segera naik ke jok.

"Pegangan Stef, gue bakal ngebut nih," ujar Levine sambil menyalakan motor. Tanpa banyak cincong Stefany memeluk Levine erat. Ia tau gimana Levine kalo udah ngebut. Dijamin nyawa bakal ilang separuh.

Setelah itu, Levine melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Stefany hanya memejamkan matanya berharap dia selamat sampai sekolah.

Tak ada yang bicara selama perjalanan, gimana mau ngobrol orang Levine ngebut. Levine hanya fokus pada jalanan. Targetnya dia datang sampai sekolah hanya 10 menit. Wow itu sangat gila bung, karena biasanya Stefany membutuhkan waktu 20 menit. Dan Levine akan mengantar Stefany 10 menit lebih cepat. Yang benar saja.

Mulut Stefany komat-kamit membaca doa. Hanya satu yang ada di otak Stefany. Sampai sekolah dengan selamat. Itu saja.

10 menit kemudian mereka sudah sampai di parkiran SHS. Dengan jantung berdetak hebat Stefany turun. Dia memegangi kepalanya.

"Gila lo Vine, lo mau buat gue mati muda?!" omel Stefany setelah pusing di kepalanya mereda.

"Hehe, yang penting lo ga telat kan?" ujar Levine terkekeh dengan watados.

You Are The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang