Hurt me, break me, even kill me, but dont touch my girl.
•Kevin•
Tapi, tak jauh dari mereka, seseorang menatap mereka berdua dengan tatapan sendu. Orang itu adalah Dave.Ya. Tatapan sendu. Andai dulu dia tidak terjebak oleh rubah sialan itu. Andai dia tidak pernah setuju oleh tawaran rubah licik itu. Andai. Dave hanya bisa berandai-andai. Masalalu tidak bisa diubah. Kecuali kalau punya mesin waktunya doraemon,keke.
Dengan segera Dave meninggalkan sejoli yang lagi kasmaran itu. Dave berjalan di koridor. Semua menatap Dave dengan tatapan memuja. Jelas saja, Dave ganteng tingkat kuadrat yang level nya diatas rata-rata.
'Ahhh, pangeran berkuda putih gue lewattt... Oemji.. ganteng banget siii'
'Siang bolong gini gausah mimpi deh cuy'
'Liat deh, ahh calon imam keluarga gueeee,'
'Njir, gausah sok, Dave kan pacar gelap gue, makanya kita rahasiain hubungan kita,'
'Huuuu, mimpi aja terus sampe pala lu ketiban duren.'
'Sirik lo'
Dan masih banyak lagi. Tapi Dave sama sekali ga peduli. Dia hanya terus berjalan. Seakan dunia hanya ada dirinya.
Teett.. Teett.. Teett..
Bel pulang sudah berbunyi. Seluruh murid Stufen High School berhamburan keluar. Stefany berjalan ke parkiran. Tiba-tiba ada yang menyentuh bahunya. Tanpa menoleh Stefany lari terbirit-birit hingga akhirnya tangannya di cekal oleh Kevin.
"Kok malah lari, Stef, aku panggil-panggil dari tadi tau." ujar Kevin sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Eh, jadi kamu tadi yang noel bahuku?" tanya Stefany sambil melihat sekitar.
"Iya, siapa lagi emang."
"Njir.. Aku kira setan." ujar Stefany sambil terkekeh pelan.
"Pacar sendiri kamu bilang setan babe?" ujar Kevin sambil pura-pura syedih.
"Kan aku cuma bilang 'kira' , bukan berarti setan beneran. Kalo orang ngomong tu di pahami, di dengerin." ujar Stefany menahan tawanya.
"Males, mending mandangin kamu." goda Kevin sambil menaik-turunkan alisnya.
Sial, pipiku panas.
"Jiah, au ah. Aku mau pulang."
"Bareng aku Stef. Ayo!" ajak Kevin sambil menggandeng tangan Stefany menuju motornya.
☀☀☀
Dilain tempat, Dave sedang duduk di sebuah cafe. Dia memainkan ponselnya sambil sesekali menyesap coffelatte nya. Hingga sebuah suara yang tak begitu jauh membuatnya menoleh dan menajamkan pendengarannya.
"Lo mau kan bantu gue?" ujar seorang cewek dengan pakaian yang ketat dan minim.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are The One
Teen Fiction[Completed] Gue gatau lagi apa yang terjadi ke gue kalo dia ga ngorbanin nyawanya buat gue. Harusnya lo ga perlu ngelakuin itu buat gue. Tapi sekarang gue ngerti. Lo bener-bener sayang gue. Sorry, gue sempet ga percaya ke lo. Dan sekarang gue nyesel...