7. Aurelia.

3.5K 162 3
                                    

Cinta sejati dapat ditemukan dari perjuangan seseorang yang terus berusaha menggapai cintamu itu. - FannyAmanda.

Kemarin aku sudah fitting gaun pernikahan dengan om gila itu. Eh maksudku Christian.

Aku sebenarnya gak pernah terbayang akan menikah dengan seseorang yang gak seberapa aku kenal.

Aku bahkan berharap dapat menikah dengan pujaan hatiku kelak. Tapi, mimpiku semua hilang saat aku akan menikah dengan Christian.

"Eh cewek gila!" Panggil om itu. Aku langsung tersadar dan menatapnya.

"Kenapa om?" Tanyaku bingung.

"Kau mau yang mana cincinnya?" Tanyanya. Aku bingung.

"Cincin yang mana memangnya?" Tanyaku tambah bingung.

"Jadi, aku ngomong sendiri dari tadi?!" Kesalnya. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.

"Tadi, kau bilang apa saja om?" Tanyaku polos. Dia menatapku sebal.

"Aku tanya, kau mau yang mana. Cincin yang itu atau yang itu." Dia menunjuk dua cincin.

Aku melihatnya. Yang satu memiliki berlian berwarna hitam. Dan yang satu lagi bermodel hati dari berlian berwarna pink.

Aku berpikir sejenak. Yang mana ya? Keduanya bagus. Tapi, aku harus memilihnya satu.

"Yang pink bagus. Tapi, kalau yang hitam juga bagus. Au ah om. Pusing." Aku menyerah.

"Aku sih lebih suka yang hitam. Karna, warnanya gak norak." Katanya.

"Yaudah. Yang hitam saja." Kataku.

"Oke. Mbak, tolong ya cincin yang itu." Dia menunjuk cincin berlian hitam itu.

"Baik tuan." Mbak itu langsung mengangguk tanda ia mengerti.

"Jadi, setelah ini kita kemana?" Tanya nya.

"Kerja lagi." Jawabku cuek.

"Dating with me? Maybe?" Katanya.

"Are you okey?" Tanyaku.

"Yeah. I'm really okey." Dia tersenyum.

"Enggak om. Aku harus kerja." Kataku.

"Oh ayolah. Cuman jalan doang. Masa boss mu itu pelit sekali. Sudah tahu, pegawainya mau nikah malah disuruh kerja." Katanya.

"Ada beberapa hal. Nanti setelah menikah, aku juga bakalan berhenti bekerja." Kataku pelan.

Itu memang janjiku dulu. Saat aku sudah menikah, aku akan berhenti dari pekerjaanku dikantor.

"Oke. Oke. Aku akan mengantarmu kerja." Katanya. Sepertinya ia menyerah.

"Terima kasih om." Kataku pelan

ΔΔΔΔΔ

Sesuai janjinya, ia mengantarku kembali ke tempat semula ia menjemputku. Ya. Dikantor.

"Thanks ya om." Kataku.

"Berhentilah memanggilku om, Aurel. Aku gak setua yang kau bayangkan!" Katanya.

"Memang berapa usiamu?" Tanyaku.

"32 tahun." Jawabnya.

"Itu belum tua? Hell no. Itu sudah tua om. Sudahlah. Aku belum terbiasa memanggilmu dengan nama. Enak memanggilmu om." Kataku.

"Oke oke. Terserah kau saja mau memanggilku apa." Katanya.

"Aku harus kembali bekerja om. Bye om." Aku langsung berlari kecil saat keluar dari mobilnya.

Something Big ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang