41. Christian.

2K 98 2
                                    

Terkadang kita terlalu berlebihan memperjuangkan seseorang yg entah hatinya untuk siapa.

● ● ●

"Cukup! Sekali lagi lo ngomong, gue bunuh lo disini! Gak ada gunanya lo di dunia ini. Nyusahin orang aja kerjanya!" Bentakku.

Diana mundur ke arah jendela besar.

"Sir.. nanti dia akan lompat dan anda akan terkena masalah." Bisik Mike.

"Kamu tenang saja Mike," kataku.

Aku melihat Diana semakin mundur semakin mundur. Sampai dia menabrak jendela.

"Jangan mendekat atau aku lompat." Ancamnya.

"Lompat saja. Lagian gue gak perduli lo mau mati atau enggak." Kataku santai.

Setahuku, Diana itu orangnya takut ketinggian, kecoak, dan serangga.

Aku masih di tempat yang sama seperti tadi dan membiarkan wanita gila itu beraksi layaknya orang yang di tinggal mati kekasihnya.

"Lo mau mati kan? Lompat sana. Gue gak perduli juga. Lagian ya, kalau lo lompat, perusahaan gue gak akan kenapa-napa dan gue malah seneng lo mati. Soalnya, lo gak bakalan celakain Aurel dan gue." Kataku enteng.

"Pak.. polisi sudah datang. Mereka masih mau menuju lantai ini." Kata Andrew.

"Oke,"

Diana langsung maju kemudian berlutut di hadapanku. Dia menangis.

"Jangan bawa aku ke penjara, Christian. Plis.. papa aku gimana kalau tahu aku di penjara? Siapa yang bakalan jagain papa aku?" Katanya dengan isakan.

"Biar papa lo tahu gimana selama ini kerjaan anaknya." Kataku.

"Jangan bawa aku.." dia masih menangis dan menunduk.

"Itu pak orangnya.." kata Mike.

Aku menoleh dan ada 6 orang polisi bergerombol di depan pintu.

"Christian maafin aku.. aku janji gak bakalan muncul dihidupmu sama Aurel. Asalkan jangan bawa aku ke penjara." Diana memegang kakiku erat. Seolah dia akan dijodohkan dengan orang tak di kenal.

"No. Get away from my leg." Aku melepaskan tangannya. "Bawa dia pergi pak. Dan hukum dia seberat-beratnya." Titahku.

"Baik pak.." 2 orang polisi langsung menarik Diana keluar dari ruanganku dan membawanya pergi.

"Christian.. lepas.. Christian.." teriakan Diana yang masih bisa ku dengar.

"Sir.." panggil Mike.

"Ada apa?"

"Saya pamit pulang. Permisi.." katanya.

"Ehm.. oke." Dia langsung bergegas pergi keluar dari ruanganku.

"Pak.. ini proposal kemarin dari klien anda yang dari Jepang." Andrew memberikan sebuah map merah padaku.

"Apa isinya?" Tanyaku sambil menerima berkas itu.

"Mereka menerima kerja sama dengan kita." Jawabnya cepat.

"Oke." Aku membuka map itu. Membacanya sebentar kemudian memberikan tanda tanganku disana.

Something Big ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang