10. Christian

3.2K 143 7
                                    

Hai hallo pakabs? Baek-baek aja kan? Hehe.. keep vomment ya.

● ● ● ●

Hatiku benar-benar tertohok atas ucapan yang dikatakan Aurel barusan. Benar yang dia katakan. Kami menikah bukan di atas namakan cinta. Tapi, sebuah permintaan tolong.

Tapi, aku mulai bisa mencintainya. Atau lebih tepatnya, aku sudah mencintainya. Segala yang ada di dirinya. Aku mencintainya.

Aku tahu, dia ingin sekali memiliki seorang anak. Aku tahu itu. Pasti. Seorang perempuan selalu ingin mempunyai buah hati yang lucu. Tapi, dia menyembunyikannya.

Bukannya aku gak mau. Aku sangat mau. Dan tentu saja aku sangat ingin. Tapi, keadaan yang tidak memungkinkan. Karna, Aurel akan pergi jauh dariku saat waktunya ia pergi.

Sebenarnya aku tidak ingin dia pergi dariku. Tapi, karna surat sialan itulah aku jadi terikat dengan seorang yang bernama Diana. Karna, surat itulah Aurel menolak untuk tinggal denganku.

Jika saja aku bisa menyobeknya. Tapi, surat itu bukan berada di tanganku. Tapi, ditangan papanya Diana!

Dulu aku sangat bodoh. Kenapa aku setuju untuk menanda tangani Surat itu?! Apa karna aku dulu juga tertarik dengan wajah Diana ya? Entahlah!

Dan saat ini, aku menatap malas ke arah wanita yang sedang berbicara panjang lebar denganku. Siapa lagi kalau bukan Diana.

"Sudah? Aku capek dengerin kamu ngomong terus." Kataku pelan tapi tajam.

"Kamu kenapa sih Christian? Aku salah apa lagi di kamu?" Tanya nya dengan suara yang manja yang dibuat-buat.

Kalau bukan karna surat itu, mungkin sekarang aku pastikan Diana ku lempar ke luar dari jendela ku dilantai 20 ini.

Aku menggaruk bagian mataku. "Gini ya, telingaku itu capek dengerin kamu ngomong terus. Sekarang kamu boleh keluar." Kataku. Aku masih berusaha sabar.

"Gara-gara cewek sialan itu kamu berubah Christian!" Katanya. Hampir seperti bentakan.

"Lo gak berhak bilang istrinya sialan. Dasar jalang!" Itu bukan suaraku. Tapi, suara orang yang kukenal.

"Virsye? Ngapain lo kesini?" Tanyaku bingung. Aku menatapnya dari atas ke bawah.

"Lo mending pergi, daripada gue sebarin kebusukan lo." Kata Virsye pada Diana.

"Diem lo. Kakak sama adek sama aja. Sama-sama sialan." Desisnya.

"Keluarlah Diana. Aku gak mau ruanganku berubah menjadi arena tinju." Kataku. Aku mengusap pelipisku. Pusing dengan tingkah mereka berdua.

"Dengerkan lo cewek sialan? Lo mending keluar." Kata Virsye lagi.

Diana menghentakan hak tingginya ke lantai. Lalu dia pergi keluar ruanganku.

"Pengantin baru. Gimana nih kehidupan baru?" Tanya Virsye.

Dia duduk di sofa yang ada di ruanganku. Kakinya di taruh di atas meja.

"Hei.. turunkan kakimu. Dasar gak sopan." Kataku memperingatinya.

"Ini kantor adik ipar gue. Jadi, bebas gue mau ngapain. Haha.." katanya sambil ketawa garing.

Something Big ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang