22. Christian.

2.5K 114 0
                                    

Karena bertahan diantara ketidak pastian
adalah kebodohan.

● ● ●

Aku iba pada wanita yang sedang tertidur pulas di kasur. Dia adalah istriku, Aurel. Sudah seminggu lebih dia muntah terus.

Aku pernah mengalami hal ini dulu saat masih ada Alexis. Alexis dulu juga muntah hebat setiap paginya. Dan dokter mengatakan kalau ia hamil.

Aku berpikiran bahwa Aurel juga hamil. Tapi, aku juga takut ternyata harapan itu sirna sudah.

"Aku gak mau menghilangkan harapan itu, Aurel.. aku ingin anak kita tumbuh dirahimmu.." aku mengelus perutnya yang masih rata itu.

"Aku akan memanggil dokter untuk memastikan hal itu padamu.." aku mencium keningnya lalu beranjak pergi.

Aku mengeluarkan ponselku kemudian menelepon seorang dokter kepercayaanku.

"Hallo dok.." sapaku.

"Ada apa Christian? Tumben telepon. Daffa sakit?" Tanyanya.

"Ehmm.. istriku gak enak badan. Dokter bisa gak periksa dia?" Tanyaku ragu.

"Istri yang mana, Christian? Bukannya Alexis sudah meninggal beberapa tahun lalu?" Tanya dokter itu bingung.

Aku menepuk jidatku. Aku lupa memberitahunya kalau aku sudah menikah lagi.

"Istriku yang baru kunikahi beberapa minggu yang lalu.." kataku.

"Wow.. selamat atas pernikahanmu. Semoga kau bahagia.." katanya.

"Terimakasih dok. Jadi, bisa gak dokter periksa istriku?" kataku pelan. Aku menoleh ke Aurel dan dia masih tidur dengan nyenyak.

"Bisa.. 2 jam lagi aku kesana. Bentar lagi ada operasi dadakan. Yaudah ya.. aku tutup dulu ya." Dokter itu langsung menutup panggilan secara sepihak.

● ● ●

Dan benar.. dokter itu datang 2 jam kemudian. Bahkan lebih. Sampai lumutan aku menunggunya.

"Siang dok.." aku menjabat tangannya.

"Siang Christian. Dimana istrimu?" Tanyanya to the point.

"Dia sedang tidur dikamarnya. Dia tadi sempat menangis gara-gara aku paksa ke dokter." Kataku.

"Yasudah.. kita kesana.." kata dokter itu.

"Silahkan dok.." aku berjalan mendahului nya. Memberi tahu jalannya.

Aku membuka pintu kamar dengan pelan. Takut menganggu Aurel dan menyebabkan ia menangis karna ada dokter disini.

"Bisa aku periksa dia?" Tanya dokter itu.

"Silahkan dok.." aku membuka pintu sedikit lebih lebar dan dokter itu langsung masuk.

Dia meletakan stetoskopnya di perut Aurel yang sedikit terbuka. Aurel sedikit bergerak tak nyaman.

Dia masih sibuk memeriksanya. Aku berdoa agar Aurel tidak kenapa-napa.

Dia melepas stetoskopnya. Lalu menatapku dengan senyuman yang sama persis seperti beberapa tahun lalu saat ia memberi tahu kalau Alexis hamil.

"Dia kenapa dok? Jangan buat aku penasaran deh dok.." kataku sedikit kesal.

"Kapan terakhir kali istrimu datang bulan?" Tanya dokter itu.

"3 minggu yang lalu.." kataku.

"35 minggu dari sekarang, kamu akan jadi ayah. Artinya 9 bulan kurang Aurel akan melahirkan.." kata dokter itu.

Something Big ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang