23. Aurelia.

2.5K 125 4
                                    

Hallooooo... i'm kambek. Miss me huh?:v yaudahlah ya.. aku gak mau banyak bacot aja. Mending kalian baca terus vommentnya jangan lupa. Mksh.

● ● ●

Aku bergelayut manja di lengan Christian. Entahlah kenapa sifatku jadi kekanakan dan merasa tak ingin ia tinggalkan. Ini bukanlah sifatku yang sebenarnya.


Keadaan itu sampai kami masuk ke halaman lobi kantor Miller Company.

"Pagi tuan Miller.. pagi nyonya Miller.." sapa seorang satpam yang membuka pintu untuk kami berdua.

"Pagi pak!" Sapaku dengan ceria.

"Pagi pak.." sapa Christian. Tangannya melingkar posesif di pinggangku.

"Pagi Monica!" Sapaku pada resepsionis yang aku temui beberapa minggu lalu.

"Pagi nyonya Miller.." dia tersenyum. "Pagi tuan.." sapanya.

"Pagi." Sapa Christian singkat.

Kami berdua berjalan memasuki lift. Di dalam sana ada seseorang yang mengingat kejadian dulu saat ia hampir memperkosaku.

"Ngapain lo disini?" Tanya Christian dengan suaranya yang dingin. Aku memegang lengannya erat.

"Gue cuman mau ketemu temen lama gue aja kok. Eh ternyata dia disini sama istrinya." Dia tersenyum licik.

"Keluar dari lift itu. Gue sama istri gue mau masuk. Bisa-bisa anak gue ketularan virus lo lagi." Kata Christian tajam.

"Apa?! Hamil?!" Tanyanya kaget. Aku menatapnya seolah dia adalah musuh terbesarku.

"Iya.. kenapa? Sah aja kan kalo Aurel hamil.. lagian gue sama dia sudah nikah. Kecuali, kalo kita belum nikah. Baru lo boleh marah. Sudah sana minggir. Lo itu virus." Aku mengangguk setuju.

"Rel.. ini bohong kan?" Tanyanya seakan tak percaya akan ucapan yang dikatakan oleh Christian barusan.

"Sayangnya ini bukan kebohongan Tuan Jackson Wood. Saya mohon, keluar dari lift. Karna, saat anda satu lift dengan saya, saya merasa marah pada anda. Jangan sampai saya menendang masa depan anda karna saya marah. Jadi, anda boleh keluar." Kataku panjang lebar dan diplomatis.

Dia berjalan keluar dengan tatapan kosong. Aku dan Christian langsung masuk ke dalam lift.

Ya.. tadi orang itu adalah mantan bos sekaligus orang brengsek yang hampir saja memperkosaku di ruangannya sendiri. Jackson Wood.

Aku melihat ke meja nenek lampir itu. Dia disana, mengetikan sesuatu di ponselnya. Sepertinya dia sadar kalau Christian sudah datang dan dia siap melancarkan jurus rayuan menjijikannya itu.

"Pagi Christian.." sapanya. Dia tak melihatku ada disini!

"Hai tante!" Sapaku dengan riang.

"Apa maksudmu memanggilku tante?!" Katanya marah. Matanya melotot seakan mata itu ingin copot dari tempatnya.

"Kau pantas di panggil tante. Karena, lihatlah riasan wajahmu yang sangat menor seperti pelacur di club malam! Ini kantor, bukan club malam!" Kataku sarkas.

Dia menggeram. Tangannya terkepal erat di kedua sisi tubuhnya. Matanya memejam menahan emosi.

"Ngapain lo gerem kayak motor yang akinya mau habis? Jangan-jangan lo begini karna Christian gak kasih lo uang lagi ya?" Aku tersenyum miring. "Kasihan banget hidup lo.." ejekku.

Something Big ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang