34. Christian.

2.1K 102 2
                                    

"Apa sumber patah hati?
Harapan. Berharap. Dan ternyata tidak terpenuhi."

- Tere Liye.

● ● ●

Aku berjalan ke arah kantor dengan senyuman yang terus aku berikan.

"Lagi bahagia tuh pak Christian.." aku mendengar suara bisik-bisik dari sekitar.

"Iyalah.. bininya lagi hamil. Sudah empat bulan." Bisik yang lainnya.

"Sstt.. kalian ini. Orangnya lagi lewat malah di omongin.." tegur yang lainnya.

"Pagi pak.." sapa resepsionis yang mengenal Aurel.

"Pagi Monica.." aku menyapanya balik.

"Bapak kenal lo?!" Tanya suara yang lumayan keras.

"Anjir.. iyalah. Nyonya Aurel aja deket ama gue." Sahutnya.

Dan aku masuk ke dalam lift.

Hari ini aku ingin bertemu dengan Pak Albert -papanya Diana- untuk membatalkan surat yang sudah aku tanda tangani dan akan mengembalikan sahamnya dua kali lipat.

Lagian dia cuman memberikan sahamnya hanya sekitar 250 juta kepadaku. Jadi, aku mengembalikannya 500 juta.

Dan sekretarisku berganti. Menjadi pria. Iya. Beneran pria. Cukup handal orangnya.

"Pagi pak." Sapa sekretarisku yang baru.

Aku memecat Diana dan membantunya untuk mengeluarkan barangnya dari sana dengan segera.

"Hari ini jadwal saya hanya bertemu pak Albert kan?" Tanyaku langsung.

"Iya. Meeting dengan beberapa klien dari Jepang diganti besok. Pukul 3 siang." Katanya dengan cepat.

"Oh iya, Andrew.. siapkan uang lima ratus juta untuk mengembalikan saham yang sudah diberikan oleh pak Albert." Kataku.

"Cek?" Tanyanya.

"Iya. Cek. Dan saya harap, uangnya dapat dicairkan secepat mungkin dan tolong minta surat yang sudah saya tanda tangani dulu. Bawa pengacara kita juga," kataku lagi.

"Siap pak. Saya akan melakukan segala yang bapak perintahkan." Katanya.

"Oke."

Aku masuk ke dalam ruanganku dan aku menemukan wajah yang sangat kubenci.

"Ngapain lo kesini lagi?" Tanyaku sinis.

Dia menatapku sambil tersenyum miring. "Lo gak mau nyerah? Serahkan Aurel ke gue. Beserta anaknya. Gue bakalan rawat mereka dengan rasa cinta. Gue gak yakin, kalau lo bisa rawat Aurel dan calon anaknya itu dengan baik." Katanya.

Aku menatapnya datar, dingin, dan kesal, dan juga lagi marah.

"Udah deh ya.. kalau lo mau ambil atau nyuruh Aurel ceraian gue, dia gak bakalan mau. God damn! She doesn't like you." Kataku kejam.

"Kenapa lo mecat Diana? Bukannya lo sudah tunangan ya dengan dia? Aurel belum tahu? Oke, gue bakalan kasih tahu dia." Katanya begitu.

"Ohh.. sayangnya, Aurel sudah tahu tentang itu dan dia gak masalah. And she knows if I'm really hate Diana." Dalam hati aku tertawa menang.

"Gak punya bahan buat hancurin gue kan? Sudah. Sana pergi. Ruangan gue dipenuhi kuman jahat nanti." Usirku.

"Ohh.. dia belum tahu tentang kenapa lo bertunangan dengan Diana kan? Gue bakalan kasih tahu dia segalanya tentang lo." Dia tersenyum menang.

Something Big ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang