43. Aurel.

2.1K 91 0
                                    

Cukup aku saja yang mencintaimu. Jika kamu mencintaiku kembali, aku anggap itu adalah bonus.

● ● ●

Entah siapa yang memberitahu pria sialan itu dimana tempat aku di rawat. Pria yang aku maksudkan adalah Bastian.

Pria itu tiba-tiba datang dan merusak mood ku yang sedang dalam keadaan baik.

Kenapa pria itu datang lagi setelah berabad-abad tidak pernah menghubungi atau memberiku kabar?

"Nyonya Miller.. kandungan anda masih dibilang belum stabil. Jadi, anda harus banyak istirahat dan jangan lupa memakan vitamin yang saya berikan." Aku menoleh pada dokter yang baru saja memeriksa kondisiku.

"Kapan istri saya bisa pulang dok?" Tanya Christian pada dokter itu.

"Sampai kandungannya membaik tuan Miller. Dan nyonya Aurel, jangan terlalu banyak pikiran. Itu juga menjadi penghambat perkembangan kesehatan kandungan anda." Kata dokter itu lagi.

"Ehm.. oke dok." Jawabku.

"Kalau begitu saya permisi." Dokter itu beranjak pergi.

"Terima kasih dok.."

Apa yang pria itu inginkan? Kenapa pria sialan itu datang lagi? Dan yang paling penting adalah siapa yang memberitahu pria itu?

"Jangan banyak pikiran, sayang.." aku merasakan sebuah tangan berada di pipiku.

Aku menoleh dan melihat wajah Christian yang sangat lucu. Aku meletakan tanganku dirahangnya, lalu berkata padanya, "Tenanglah, semua akan baik-baik saja.." aku tersenyum padanya.

"Tapi tidak dengan anak kita. Berhenti terlalu banyak berpikir. Aku tidak ingin kalian kenapa-napa," Christian menatapku serius.

Aku tertawa kecil mendengar penuturannya yang terdengar sangat khawatir but that's heard cute.

"Kamu jadi seperti mama ketika khawatir," aku tersenyum meledeknya.

"You should be ate your medicine and rest," Dia menurunkan sandaran ranjangku, kemudian memberikanku obat dan air.

"Where Daffa?" Tanyaku. Aku menerima obat dan air itu.

"Ada dikantin. Beli makanan ringan," jawabnya.

"Oohh.." aku meneguk obat pahit itu dan meminum air sebanyak-banyaknya.

Christian mengecup keningku dan berucap, "Tidurlah, jangan banyak pikiran. I love you.."

Dan ucapannya yang terakhir berhasil membawaku ke alam mimpi.

● ● ●

Aku terbangun karena mendengar suara yang sangat-sangat berisik.

"Christian?" Panggilku pelan.

Aku berusaha bangun, tapi kepalaku masih sedikit pusing.

Aku mendengar suara teriakan dan makian. Siapa yang bertengkar?

Aku memaksakan diriku untuk berdiri dan menarik tiang infusku berjalan. Perutku juga masih terasa nyeri.

Kamarku ini ada gorden yang menutupi. Sehingga aku harus keluar dari gorden ini dan melihat siapa yang bertengkar.

Aku melihat Jackson, Bastian, dan Christian sedang bertengkar. Ehm.. lebih tepatnya hanya Christian dan Jackson.

"Stop it!" Teriakku.

Aku berjalan menghampiri mereka, dengan tertatih-tatih dan juga menarik tiang infusku.

"Lo berdua ngapain kesini? Mau bikin masalah? Sini sama gue, jangan bawa suami gue. Terutama lo Jackson!" Aku menunjuk wajah Jackson dengan telunjukku. Christian langsung memeluk pinggangku dengan erat.

"MAU LO BERDUA APA SIH?! MAU HANCURIN PERNIKAHAN GUE?! MENDING LO BERDUA GAUSAH BERMIMPI DEH! GUE PUSING URUSIN LO BERDUA! BANYAK MAUNYA!!" Teriakku penuh emosi.

"Rel.. plis.. kasih aku kesempatan buat jelasin semuanya ke kamu.." ucap Bastian penuh permohonan.

"Terus kalau lo sudah jelasin semuanya, lo mau gue balik sama lo? Lo berharap gitu gue berpaling lagi sama lo? Gak gini caranya Bas! Bukannya gue gak mau dengerin penjelasan lo, tapi gue sudah capek berurusan sama lo dan kakak lo yang sama-sama brengseknya kayak lo!" Aku menunjuk lagi wajah Jackson.

"Dan lo tuan yang penuh kekuasaan, gue bukan siapa-siapa lo dan lo gak berhak buat ikut campur masalah gue sama adik sepupu lo ini. Oh dan lagi, lo bilang lo cinta sama gue, mana ada seseorang yang mencintai itu malah mencelakakan orang yang dia cintai? Lo gila!" Oke, aku bisa semakin tua marah-marah begini terus.

Mereka berdua hanya terdiam. Iya, hanya diam sambil menatapku kosong.

"Tuhkan! Lo berdua mingkem aja! Sudah kelihatan banget niatan busuk kalian. Pergi deh lo, sebelum gue bunuh lo pakai tiang infus ini!" Aku sedikit mengangkat tiang infus itu.

"Jackson?! Bastian?! Ngapain lo berdua disini?!" Tanya seseorang dari depan pintu. Yaitu, kakakku, Virsye.

"Gue cuman mau jelasin semuanya sama dia, Vir." Kata Bastian dengan suara seolah dia lah manusia paling patut dikasihani.

"Ohh.. yaudah deh, lanjutin aja. Gue mau ke kantin. Laper." Virsye langsung menutup pintu dan melenggang pergi begitu saja.

"Mending kalian pergi dengan cara gue usir kalian dengan halus. Daripada gue harus memukuli kalian dengan tiang infus ini." Kataku sarkas.

"PERGI!!!" Teriakku.

Mereka berdua langsung berjalan gontai menuju pintu kemudian menutupnya.

"Sayang.. seharusnya kamu jangan teriak-teriak gitu. Nanti pita suaramu putus, terus nanti gak ada yang meneriakan namaku lagi kalau kita diranjang," kata Christian.

Dan ucapannya yang terakhir berhasil membuatku memukulinya - tidak dengan tiang, namun dengan tangan.

● ● ●

"Keadaan nyonya Miller sudah dikatakan berkembang dengan pesat dan mungkin nyonya Miller bisa pulang besok lusa." Kata dokter yang memeriksaku beberapa hari lalu.

Ya, aku dirumah sakit sudah hampir dua minggu lebih. Bosen? Tentu saja!

"Oke dok, terus kandungannya sudah membaikkan dok?" Tanya Christian.

"Sudah bisa dibilang sehat. Nyonya Miller, anda harus meminum susu khusus ibu hamil dan jangan lupa minum vitaminnya setiap hari," kata dokter itu lagi.

"Siap dok" aku membentuk simbol hormat.

"Saya permisi kalau begitu," dokter itu berdiri dan berjalan keluar ruangan.

"Semoga dia lahir dengan sehat dan kamu juga sehat," Christian mencium keningku.

Aku memejamkan mata merasakan kenyamanan. Aku sangat mencintainya dan juga our baby.

Dikit lagi💪💪💪💪
Semangat💪😉💪😉💪😊
Dont forget vote, comment, and share to your friends.

See youuuu...

Something Big ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang