Tuan Nata menekan remote, memastikan pintu mobil sudah terkunci aman. Pak Nardi dan Bibi Fay mengiringi rombongan keluarga itu untuk masuk rumah menuju ruang utama. Diikuti oleh rombongan lain dari mobil kedua yang sedari tadi belum memperkenalkan diri. Sekilas mereka beranggotakan seorang perempuan seusia atau mungkin sedikit lebih tua dari Tuan Tama. Dia tidak sendiri, tetapi bersama seorang laki-laki yang tampak seperti suaminya. Mereka seperti satu keluarga, melihat ada perempuan muda dengan model rambut sedikit pirang kemerah-merahan yang mengikutinya. Mungkin dia anaknya.
Ruangan setelah pintu utama cukup luas. Bagian pertama yang dijumpai adalah ruang tamu dengan jejeran sofa melingkar dan meja ditengahnya. Tuan Tama memang suka menerima tamu, sehingga membuat suasana ruang tamu yang senyaman mungkin. Karpet tebal menjadi alas untuk menambah kesan hangat. Tampak pula beberapa AC di sudut ruangan. Televisi di sisi kanan agar tamu lebih relax dan bisa menjadi hiburan sembari menunggu Tuan Tama yang terkadang sedang tidak ada di rumah.
Sofa yang empuk nan besar langsung menjadi sasaran para rombongan keluarga Tuan Tama untuk merebahkan diri. Perjalanan menuju Jakarta cukup jauh dan melelahkan. Wajah letih terlihat dari kelopak mata dan gerak Tuan Nata yang sedikit melonggarkan dasi dan membuka kancing kerah. Melihat hal itu Bibi Fay segera izin ke dapur untuk menyiapkan kue dan minum. Pak Nardi undur meninggalkan ruang tamu menuju halaman depan, mengingat gerbang depan yang belum dikunci.
" Bibii ! Tiffany kemana ?" tanya Arya dengan nada sedikit keras Arya memotong langkah Bibi Fay yang hampir menjauh dari ruang tamu. Suara Arya juga sedikit menggema.
" Non Tiffany ada dikamarnya, den !." sembari mengepalkan tangan sopan dan jempol menunjuk kearah kamar Tiffany di lantai dua. Tidak lupa dengan senyum khasnya, Bibi Fay mengangguk dan berbalik melanjutkan langkahnya kearah dapur.
Arya bergegas menaiki anak tangga meninggalkan ayahnya dan yang lain di ruang tamu. Kaki-kakinya sudah hafal dengan kamar Tiffany, karena Tuan Nata memang sering mengajaknya ke rumah ini ketika liburan sekolah dan ketika sedang ada tugas di Jakarta.
" Aryaaa. Tunggu !. Aku ikut !". gema suara perempuan dari arah bawah.
Gerak kaki Arya mendadak pelan dan berhenti. Kepalanya otomotis mengarah kebawah ke asal suara yang cukup keras itu
" Ayoo !, Kamu belum pernah ketemu lady home kan ?" teriak Arya tidak kalah kencang dengan bersemangat sambil mengayunkan tangan tanda ajakan. Tangan itu mengajak perempuan berambut pirang.
YOU ARE READING
ENCODE
Mystery / Thriller2 x 24 jam. Itulah waktu yang diberi ayahnya untuk menyelesaikan sebuah kasus terbunuhnya Tuan Tama. Dalam prosesnya, Hannada terjebak dalam motif kasus yang membingungkan. Banyak alur, kode, serta motif yang sulit dipecahkan. Kode-kode itu muncul d...