Empat | 3/4

17 0 0
                                    

Masih ada dua area sumber yang belum terjamah. Tiffany dan target yang akan ditemui Han sebentar lagi. Keduanya dapat memperjelas garis cabang yang dipetakan dalam imajinasi. Tapi, seakan ada yang terlewat dari pemetaan sebelumnya. Intuisi mengajak berlari kebelakang. Melewati plot-plot kecil sembari memeriksa keteraturan. Memastikan perlahan sampai titik-titik analisis agar tidak ada yang miss. Garis-garis itu kini bagai jembatan. Jejak intuisinya menapaki setapak demi setapak mundur. Hingga langkah itu berhenti mendadak, sedikit hampir tergelincir dalam sebuah panel bolong. Panel itu bernama waktu yang tidak rigid.

Han pun terbangun.

" Pak, jam berapa sekarang ?" tanya Han mendadak.

" Ehm, ben- bentar mas !" jawab sopir sedikit gagap dengan kedua tangan dalam kondisi-awas-di bundaran setir. " emang, sampean ngga bawa HP ?. saya lagi sulit ngeliat jam !"

" Haha, iya iyaa. Maaf, pak !." sembari menepuk pelan bahu sopir " Iya, iya kenapa ngga lihat di handphone saya aja ya ? hehehe"

" Wah, mas nya kurang fokus nih !" sembari melempar tawa kecil. '

Han membalas senyum kecil. Dia melipat kedua tangannya dan bersandar. Matanya sedikit tercengang ketika menyadari jam tangan yang melingkar pada tangan kiri sopir taksi.

*Oh jadi seperti itu, Saat sopir Tuan Tama mengemudi dengan kencang, maka dia akan mengemudi dengan lebih fokus mengingat kondisi waktu itu malam hari dan lengang. Beberapa typical pengemudi tidak memperdulikan orang disekitar dan fokus dengan sudut pandang kedepan, bahkan jika ditanya soal waktu, dia akan sulit melihat jam. Padahal melingkar di pergelangannya sendiri. Dengan begitu, waktu jarak tempuh dari tempat launching ke rumah Tuan Tama belum tentu lima belas menit. Salah satu diantara mereka yang ada di mobil itu pasti salah menginformasikan waktu secara tepat, atau mungkin sengaja di buat salah ?* Mulut hatinya berbicara.

ENCODEWhere stories live. Discover now