Lima | 5/6

14 0 0
                                    

Arya dan Kinay mengunci mulut rapat. Entah mengapa, mereka mulai mengeluarkan keringat dingin. Pikiran negatif mulai campur aduk seolah mengiyakan firasat Tiffany. Mereka hanya saling pandang dan sesekali melihat langkah Tiffany yang berjinjit pelan menuju daun pintu. Tangan Tiffany mulai meraih slot pengunci pintu. Tanpa bersuara menahan hembusan nafas, dia menariknya pelan. Klek. Sekarang kedua tangannya memegang daun pintu bersiap membuka. Keringat dingin mulai terasa keluar dari pelipis Tiffany. Namun, dia berusaha tenang walaupun rangsangan kulitnya mendapati badan pintu yang terasa hangat. Hatinya memberikan aba-aba. Dan tangannya menggerakkan daun pintu.

Gubraakkk !!!

Tampak tubuh seorang laki-lakit mengguling kelantai bagian dalam kamar.

Aaaaaaaa !!!!

Diikuti teriakan keras setelahnya.

Teriakan itu juga menarik perhatian dari tamu-tamu diruang utama. Tuan Nata bangkit dari kursinya turut menggemakan suara.

"Aryaaa... Kinaaayy ! ada apaaa ?"

Lelaki itupun bangun membenarkan posisinya. Dia membersihkan bajunya yang lusuh sambil terus memijiti sendi tangan kirinya yang sedikit terkilir. Sementara itu Tiffany bergerak menjauh dan mendekap erat tubuh Kinay, dan Arya terdiam kaku. Lelaki itu mulai menunjukkan wajahnya, mimiknya berusaha menenangkan mereka yang anic. Dia mulai bingung mana yang akan ditenangkan terlebih dahulu. Muda-mudi dalam kamar atau para tamu dan tuan rumah yang ada dibawah. Dengan keputusan singkat dia berjalan keluar dan mengarahkan kepalanya kebawah.

" Maaf... Tenang semuanya !" dia mengayunkan kedua tangannya untuk menenangkan. " Tidak ada apa-apa !. Anak-anak teriak karena melihat kecoa !. hahaha" mimiknya mulai cengengesan.

Mendengar jawaban itu, gema suara dari arah bawah mendadak riuh oleh tawa yang membaur. Disambung anic kecoa yang saling bersahutan diantara mereka, membuat suasana semakin gaduh. Ekspresi anic berganti lega terpancar diwajah mereka. Walaupun jawaban kecoa sedikit konyol, tapi mampu membuat Tuan Nata membenarkan posisi duduknya kembali seolah percaya dengan keadaan sebenarnya tanpa perlu mengecek langsung ke lantai dua. Hanya satu orang yang menanggapi beda tentang kekonyolan itu.

*ada-ada saja ulah detektif konyol itu, dasar kecoa !* gumam Inspektur Ronald dalam hati.

ENCODEWhere stories live. Discover now