Tujuh | 5/5

19 0 1
                                    

Para tamu begitu pula dengan keluarga Prastama, masing-masing dari mereka telah menerima salinan surat wasiat Tuan Tama. Sesekali terdengar riuh akibat diskusi kecil yang muncul usai mereka membaca sekilas isi surat itu. Bung Andi kembali menjernihkan suasana dengan dehaman pelan.

"...itu tulisan tangan asli Tuan Tama. Agar lebih jelas, saya akan bacakan dan harap disimak dengan sebaik-baiknya. Saya mohon semuanya tenang dan tidak memberi tanggapan terlebih dulu sebelum saya selesai membaca seluruh isi surat ini !".

Bung Andi membenarkan posisi kacamatanya.

"...langsung masuk ke alinea kedua, ya !."

...Surat ini saya buat, karena saya merasa hidup saya tidak lama lagi. Bukan karena penyakit yang saya derita, tapi karena akhir-akhir ini ada ancaman, terror dalam bentuk pesan singkat yang menghantui dan mengganggu aktivitas saya. Entahlah, apa yang mereka inginkan dari saya. Tapi, kemungkinan bahwa mereka menginginkan saya mati. Itu selalu ada.

Jujur, saya tidak peduli dengan bagaimana dan oleh siapa saya dibunuh. Karena, jika pada akhirnya saya memang meninggal dengan cara dibunuh. Saya takut pelaku yang melakukan terror dengan yang membunuh saya adalah orang atau pihak yang berbeda. Tapi, yang saya pedulikan adalah siapa pelaku terror itu !. Teror dan ancamannya yang dilakukannya telah amat sangat merusak pribadi dan mental saya. Oleh karena itu, saya ingin pelaku terror itu segera ditemukan.

Ada beberapa hal yang sudah saya pesankan pada Bung Andi secara khusus. Tapi, ada hal lain yang juga penting dan harus diketahui oleh pihak keluarga Prastama, eksekutif PT. Prastama dan Pihak kepolisian, diantaranya sebagai berikut : .....

***

" Kalau kamu masih ragu, aku sendiri yang akan ke kantor polisi !" jawab Tiffany dengan nada ketus.

Dia berlari seketika keluar dari ruangan itu. Langkahnya cepat seolah mengabaikan petugas yang berlalu lalang menyelidiki TKP, hingga sesekali terjadi tubrukan kecil. Tiffany terus bersikap acuh, walau Han berulang kali berteriak untuk menghentikan langkahnya.

" Hey !. Tunggu... !"

Han terus mengikuti langkah cepat Tiffany.

***

...yang pertama, mengenai kasus terror. Siapapun atau pihak manapun yang bisa menemukan pelaku terror, atau mungkin ada pihak yang menyerahkan diri dan mengaku sebagai pelakunya. Maka saya memberikan seluruh hak kepemilikan saham yang saya miliki di perusahaan kepada pihak tersebut. Selanjutnya mengenai proses hukum, saya serahkan pada pihak yang berwajib

....yang kedua, jika saya meninggal dengan dugaan tindakan criminal. Sepenuhnya saya serahkan prosesnya pada pihak kepolisian dan saya harap tidak ada pihak lain yang ikut campur. Selanjutnya, apabila dinyatakan sebagai kasus pembunuhan. Bagi si pelaku, saya juga menghadiahkan sesuatu yang sudah saya titipkan pada Bung Andi.

Hal-hal lain menyangkut perusahaan, pembagian harta keluarga dan lain-lain yang belum dijelaskan. Sepenuhnya saya percayakan urusannya pada pihak-pihak yang berkepentingan didalamnya.

Terima kasih.

Bung Andi merapikan berkasnya. 

ENCODEWhere stories live. Discover now