Delapan | 1/5

14 1 1
                                    

Beberapa raut wajah tampak terkejut mendengar pesan. Tuan Tama. Sejatinya pesan itu seperti memancing sang pelaku untuk keluar dengan hadiah saham sebagai umpannya. Sepertinya, Tuan Tama sudah tahu dimana kolam tempat ikan yang dicarinya sedang berenang. Melalui sebuah pesan, dia lantas mengumpulkan ikan-ikan itu malam ini. Lalu, secara tidak langsung membuat situasi agar ikan-ikan itu bertarung dengan sendirinya mempertaruhkan umpan. Jika sang pelaku terror maupun pembunuhan adalah salah satu dari mereka di forum itu. Posisinya sekarang bagaikan berada antara dua gambar pada mata koin. Dia harus memilih dua gambar pada koin itu dengan cepat. Gambar yang pertama adalah mengakui kejahatannya dan mendapatkan saham perusahaan, tetapi otomatis hidupnya menua di penjara. Sementara, gambar kedua mencari tumbal untuk difitnah dengan tujuan menyelamatkan dirinya dan mendapatkan harta.

Tidak perlu heran, jika pada akhirnya yang dipilih adalah gambar kedua pada koin itu. Hal ini sudah menjadi salah satu cara bertahan hidup manusia modern. Untuk menjaga kelangsungannya, menghirup oksigen saja tidak cukup. Dia harus pandai pula membangun narasi. Narasi itu bernama perangai, pola pikir dan tata ucap yang semuanya harus terlihat baik. Karena sejatinya dengan oksigen manusia bisa hidup dalam raga. Tetapi tanpa citra dalam lingkungan, manusia seperti ikan yang hidup di air keruh. Lambat laun, dirinya akan mati. Bukan karena detak jantungnya yang berhenti. Tetapi, karena karakter dan pribadinya telah lumpuh dalam keterasingan. Untuk itulah manusia harus mampu membangun narasi, sekalipun harus membunuh narasi manusia lainnya.

Sepasang manusia yang sedang berkejaran itu kini hampir mendekati anak tangga menuju lantai satu. Han merasakan sendinya mulai lelah. Nafasnya tersengal dan pita suaranya mendekati parau. Bukan karena lari Tiffany yang kencang, tapi langkahnya yang tak linier dengan pikirannya. Otaknya mengajak berlari kebelakang menelusuri kemungkinan, menerka hipotesa dan jutaan pertanyaan yang sedari tadi menggunung. Sekuel-sekuel dalam benak. Itulah yang membuat langkahnya ragu. Apakah harus menangkap burung itu atau justru melepaskannya ?. 

ENCODEWhere stories live. Discover now