Empat 2/4

18 0 0
                                    


Tubuhnya merebah. Kepalanya bersandar menyudut pada jendela. Lengkap seperti orang galau yang menatap keluar kaca sambil membaca otomatis tulisan-tulisan yang terekam retina. Lamat-lamat matanya sedikit memejam melihat visualisasi membosankan dari jalan raya. Air Conditioner taksi memantapkan pelupuk matanya untuk menutup. Dia terlelap, tapi tidak pikirannya.

Serebrum-nya masih menelisik memori--menyusun probabilitas kasus. Merangkai-rangkai beberapa puzzle petunjuk untuk menjadi deduksi. Puzzle terbanyak masih berasal dari surel ayahnya dan yang lain masih berceceran di rumah Tuan Tama.

Han kini tidak benar-benar tidur. Imajinasinya tidak mengiyakan lelap, melainkan mengajaknya mereka-reka. Mari perlahan mengurai. Intuisinya menuntun pelan. Titik pertama, penyebab kematian diduga berasal dari pembunuhan atau bunuh diri, keduanya tergantung dari kondisi tangan korban saat memegang gagang pisau. Secara kasat, seolah korban menusukkan pisau pada perutnya sendiri. Tapi, kemungkinan hal ini hasil rekayasa masih amat sangat mungkin. Intuisi Han masih samar meraba kemungkinan.

Titik kedua, motif. Jika dugaan mengarah pada pembunuhan, maka motif bisa merujuk dari berbagai sudut kepribadian korban. Seperti sikap, sifat, tingkah laku, ucapan, kebijakan hingga kenangan masa lalu korban dengan pihak yang membencinya. Bukan tentang kepribadian buruk si korban. Tetapi, menyangkut hal yang menguatkan pelaku untuk melakukan pembunuhan. Hipotesa motif mengenai kasus Tuan Tama memberi tiga cabang asumsi. Cabang pertama, hubungan kerja hingga isu perebutan kekuasaan di PT Prastama. Cabang kedua, harmonisasi keluarga Tuan Tama yang kurang baik. Cabang terakhir adalah lady home. Entahlah, mengapa intuisinya ingin membedakan cabang dugaan terhadap Tiffany. 

Titik ketiga adalah petunjuk. Ada brosur penuh bercak darah yang digenggam tangan kiri Tuan Tama di TKP. Selain penuh darah, brosur itu juga terdapat sedikit sobekan dibagian tengah. Bukan karena disobek tetapi seperti disayat pisau karena tekstur potongannya rapi. Kalau Tuan Tama sengaja menggenggam brosur sebagai petunjuk. Pelaku dimungkinkan berasal dari PT Prastama karena brosur itu adalah berisi informasi produk yang di launching perusahaan tersebut saat malam kejadian. Garis dititik ketiga masih putus-putus. Rasanya masih ada benda di TKP yang lebih memberi titik terang.

Masuk ke Titik keempat yang bisa juga menjadi plot terakhir. Mengenai beberapa kejanggalan yang didapat dari beberapa sumber. Pertama, mengenai surel dari ayahnya. Esensi surel memberikan gambaran singkat tentang keterangan dari beberapa saksi. Disitu tertulis ilustrasi yang kemungkinan bersumber dari Pak Nardi sebagai satpam, Bibi Fay si pembantu dan Tiffany yang disebut sebagai orang pertama penemu korban. Informasi deskripsi tentang kondisi pertama kali saat korban ditemukan sepertinya bukan dari Tiffany, melainkan dari satpam dan pembantu. Bukan meragukan kesaksian mereka, tetapi mata orang yang pertama kali melihat tentu berbeda dengan orang kedua bahkan ketiga. Jika asumsi ini benar. Maka ilustrasi kejadian dari Mr. Salim masih abu-abu, karena pembantu dan satpam melihat kondisi korban setelah mendengar teriakan Tiffany alias mata pertama. Rasanya masih ada "tirai yang tertutup" sebelum teriakan Tiffany. Jika Tiffany spontan berteriak setelah melihat mayat ayahnya, maka ilustrasi Mr. Salim benar. Tetapi jika Tiffany tidak langsung berteriak, maka tirai tertutup itu benar-benar ada. Dan itu masih menyisakan satu kata yang dilingkari dalam intuisi Han. Janggal. 

ENCODEWhere stories live. Discover now